Ketika tadi saya diskusikan perihal aparat yang slow motion kemaren, ini jawaban dari seorang pendukung pemerintah...
He he he... santai saja bro's & sis's.
Ketika tgl. 9 Okt. bulan lalu aparat seperti membiarkan demonstran yang menentang Omnibus Law melakukan kerusuhan dan pengrusakan, dampaknya seluruh lapisan masyarakat jadi membenci demo. Termasuk demo² anti UU Cipta Kerja, yang sejatinya buat menjatuhkan Jokowi itu.
Sejak itu berapapun dana dikucurkan bandar penggulingan Jokowi, toh demo terhadap pemerintah dengan modus Omnibus Law sudah gembos, bos.
Dan aparat pun lalu leluasa menangkapi dan memborgol para korlap gerakan makar itu.
Maka ketika Menkopolkam Mahfud seperti menginstruksikan aparat untuk 'slow' saja menangani massa penjemput bRizieq, sehingga lalu terjadi gangguan jalan toll, disruption pada operasional penerbangan, dan kerusakan sarana Bandara, lantas dampak sosial yang sama pun muncul.
Belum pernah terjadi di masa lalu seluruh lapisan masyarakat begitu membenci bRizieq dan FPI seperti sekarang ini, sekaligus juga membenci kasir² di belakang dia.
Maka tanpa bRizieq harus dibuka video bokepnya pun, masa depan politisnya sudah gembos, bos.
Modal bRizieq buat manggung sebetulnya hanyalah jualan khilafah dan RI syariah, sekaligus 'mempantatkan' Pancasila dan menebar intoleransi.
Maka sebenarnya bRizieq justru merupakan cobaan terbesar bagi gerakan politik praktis keislaman Indonesia seperti PKB, PPP, PAN, bahkan juga PKS dan nanti Partai Ummat-nya Amin Rais serta Masyumi Reborn.
Bagi mereka ini jelas bRizieq merupakan masalah serius. Upaya konsolidasi partai² tsb. menjelang 2024 tidak lagi mudah dilakukan.
Karena apapun manuver politis bRizieq, sulit mereka kontrol. Sebab dia ada di luar jalur legal formal. Bisa berbuat semaunya tanpa terikat strategi, aturan dan taktik partai.
Padahal issue syariah, khilafah, dan anti Pancasila serta intoleransi sejak Jokowi berkuasa telah menjadi political-no-no bagi siapapun di bumi Nusantara ini.
Bahkan tidak akan mengejutkan kalau bRizieq justru akan dihabisi oleh parpol² berbasis islam itu sendiri.
Dan langkah sedemikian itu pasti akan langsung disambut oleh ormas besar seperti NU dan Muhammadyah.
Dan situasi semacam itu akan dimanfaatkan oleh aparat agar keseimbangan politik tidak ke sana ataupun ke sini. Tetap setia pada Pancasila, UUD '45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Maka jargon "revolusi", "people power", dsb. itu akan tersisa menjadi omongan gombal saja.
Dan kalau ada oknum² makar yang perlu diamankan, menjadi mulus saja jalannya untuk menciduk dan memborgol mereka.
Bagi gerakan politik nasionalis pun bRizieq bukan soal serius.
Buktinya kelakuan antek² radikalisme yang berlaku anarkis, terlepas apakah itu karena dibiarkan aparat atau tidak, nyatanya telah menimbulkan lautan antipati seluruh lapisan masyarakat pada kumpulan² preman bergamis seperti itu.
Sehingga karenanya upaya parpol² nasionalis untuk memenangkan 2024 secara nyaman dan damai menjadi lebih mudah tercapai.
#WongSoloKoqDilawan
Ngupi Siang2 yuk ☕🥧
No comments:
Post a Comment