"Ngapain TNI ngurus kerjaannya Satpol PP ??"
Begitu protes seseorang, yang sebelumnya tidak percaya beredarnya video TNI mencopoti baliho2 Rizik. "Ah, itu seragam Banser, ngakunya TNI.." begitu dia bilang kemarin.
Sesudah tahu itu TNI beneran, dan Pangdam Jaya langsung bicara bahwa dia yang perintahkan pencopotan baliho2 Rizik, orang itu langsung diem, mingkem, seluruh tubuhnya langsung bergetar.
Itu tanda2 panik. Pertama menyangkal, kedua marah, ketiga sedih gak keruan dan pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa harapan besar bahwa TNI ada di pihak mereka sia2 belaka..
Turunnya TNI ke jalan dengan komando langsung Pangdam Jaya, memang sudah saatnya. Karena baliho2 propaganda itu gada yang berani nurunkan. Gak usah ketua RT atau bahkan camat sekalian, Satpol PP DKI aja gak bernyali untuk nurunkan. Mau digeruduk anggota FPI apa ? Trus dituding penista ulama ? Mendingan cari aman deh, sama2 cari makan..
Ya, harus TNI yang turun dan beraksi memang. Langsung auto diem dan tiarap gak bersuara. "Wah, TNI ternyata gak dipihak kita.." begitu sesal mereka.( teruskan baca narasi penting di bwh..👇.)
Turunnya TNI ke jalan punya efek ganda. Pertama, rakyat akhirnya tahu bahwa negara hadir ditengah mereka. Dengan begitu, kelompok2 moderat menahan diri untuk tidak unjuk kekuatan melawan yang radikal. Soalnya kalau yang moderat sudah unjuk kekuatan, bahaya. Bisa terjadi gesekan..
Kedua, TNI menunjukkan dirinya solid dan berada dibelakang pemerintah. Narasi ormas dan oposisi selama ini memang merasa bahwa TNI ada di pihak mereka. Apalagi dulu waktu Gatot Nurmantyo jadi Panglima TNI, si ormas2 itu berasa jumawa. Lalu bikin framing di media sosial, membenturkan TNI versus Polri. Narasi berbahaya yang selama ini seolah dibiarkan saja.
Ketiga, ini bukan hanya sekadar menurunkan baliho, tapi menghancurkan simbol2 yang dibangun ormas radikal bahwa umat Islam seharusnya berada di belakang "Imam besar". Dan yang menurunkan TNI sendiri, yang selama ini diframing bahwa institusi itu ada di pihak mereka.
Turunnya TNI ke jalan dan menurunkan baliho2 itu sudah benar. Kalau ada yang protes, biarkan saja. Itu bentuk kekecewaan mereka karena gak bisa lagi bergerak. Ruang yang dulu luas buat mereka, sekarang sempit. Susah bergerak dan bernafas. Akhirnya yang muncul teriakan2 lemah dan diketawain banyak orang.
Lihat aja narasi baru mereka, "Wah ini pasti ada usaha adu domba.." Padahal mereka itulah yang selama ini mengadu domba orang.
Siapapun kita, baik negara dan TNI juga Polri, harus mulai bergerak menghancurkan simbol2 yang mereka bangun. Jangan lagi diberi kesempatan mereka untuk besar. Jangan lagi mereka diberi ruang untuk tumbuh. Mereka harus dihajar, kalau bisa sampai ke akar2.
Jangan perdulikan elit2 politik yang selalu memanfaatkan kelompok radikal ini. Elit2 politik ini hanya perduli pada kepentingan perut mereka saja. Mereka gak perduli bahwa memelihara ormas2 radikal itu, sama saja dengan memelihara ular, yang akan mematuk mereka sendiri jika ada kesempatan.
Begitulah hancurnya Suriah, Libya, Afghanistan dan banyak negara Timteng lainnya. Ketika elit politik lidahnya bercabang dua dan selalu merangkul ormas radikal itu demi nafsu politik mereka belaka..
Bravo, TNI.
Bravo, Polri.
Bravo, Jokowi...
Rakyat butuh rasa aman. Hadirnya TNI dan Polri di tengah masyarakat menaikkan semangat kita kembali, bahwa negara perduli.
Untuk mereka yang moderat, teruslah bersuara. Gerakkan energi semakin kuat untuk melindungi negara kita. Tidak boleh ada satupun kelompok yang mengatasnamakan agama, tapi melakukan pengrusakan.
Merekalah sesungguhnya penghina Islam, penghina Nabi dan penghina Tuhan..
Seruput kopinya, kawan..
Denny Siregar
No comments:
Post a Comment