Kepada Yth,
Para Saudaraku Keturunan Arab
Di Indonesia.
Hal : Tabiat tak bermartabat.
Assalamualaikum, WW.
Semoga Bapak, Ibu selalu dalam lingkup kebaikan dan di jaga Allah dalam bermuamalah.
Bapak, Ibu, seperti kita ketahui dan rasakan bersama bhw akhir-akhir ini khususnya sejak Rizieq Shihab mendirikan FPI, seolah dia mengambil alih peran ulama, peran ustadz, peran satpol PP, bahkan peran penegak hukum. Dia menyebut dirinya imam besar umat Islam Indonesia, entah siapa yg mengangkatnya. Padahal sejak Wali Songo pun tidak ada klaim imam besar umat Islam Indonesia, karena kita sadar betul bhw Islam di Indonesia juga beragam aliran.
Setelah rentetan keributan dan penghasutan dari mulut kotornya Rizieq, seperti rentetan demo murahan, Minggu ini kita dibuat lelah melihat prilakunya sejak pulang ke Indonesia setelah 3,5 thn kabur dari kasusnya, dia seolah bak manusia dewa dgn kelakuan bejatnya mengumbar gaya. Membiarkan penjemputan dan melakukan hajatan dgn mengumpulkan ribuan masa di tengah pandemi Corona, yg bisa memicu penularan massal. Melakukan orasi tak senonoh di atas mimbar di acara maulid nabi yg di adakannya sendiri. Ngaku cucu nabi, habib kok kelakuan jongkok.
Pengakuan imam besar atas dirinya terus dilanjutkan dgn mulut tak pantasnya, sampai orang mengatakan tema maulid nabi dgn isu " lonte ", ini sangat memalukan umat Islam secara keseluruhan. Agama jadi mainan, nabi dilecehkan, Bahkan Tuhan dipermainkan. Ini keterlaluan, sekali lagi keterlaluan.( baca terus surat terbuka di bwh ini...👇 )
Tidak dapat dipungkiri bhw prilaku dan tindakannya yll mengganggu ketenteraman umat Islam sendiri dan umat yg beragama lain. Karena saat ramadhan FPI bs mensweeping orang jualan makanan, saat Natal mereka bisa masuk ke Mall mengganggu org yg bekerja memakai baju Sinter Class. Kebiasaan itu berkembang menebar permusuhan sampai ke tingkat penghinaan kepada Pancasila, ulama, bahkan Kepala Negara.
Saya tidak menyamaratakan kelakuan saudara kita keturunan Arab yg tinggal di Indonesia seolah "berengsek" semua, masih banyak ulama dari saudara keturunan Arab yg berilmu dan mulia, ada Prof. Quraisy Shihab, dst. Tapi dalam berpolitik warga keturunan Arab yg seolah mengklaim warga kelas atas karena nabi Muhammad lahir disana, hanya saja sebagian yg ada di Indonesia ternyata keturunan Abu Jahal, dan Ibnu Muljam. Buktinya mereka jahat dan kejam merusak tatanan ke islaman dan keamanan sosial serta mengancam negara kesatuan RI yg lahir dari darah pahlawan, bukan hadiah dari raja Arab.
Jenderal Purnawirawan Hendro Priyono pernah beberapa kali memperingatkan dgn keras dan menyebut warga keturunan Arab jgn membuat onar di Indonesia. Namun tanpa meminjam kalimat beliau pun didepan mata kita dgn kasat bisa kita lihat, bahwa kalimat itu nyata adanya.
Kita sebut saja prilaku Anis Baswedan dgn mengacak Jakarta, Yusuf Martak, Ba'asyir, Heikal Hasan, dst. Bicaranya selalu revolusi, dan sejenisnya menggertak NKRI, memaki Pancasila. Mengaku beradab, menyanjung keturunan kesayangan Tuhan, namun kelakuannya membahayakan negara kesatuan. Bahkan sekelas anaknya Rizieq sdh bs memprovokasi di dalam pengajian, seolah Indonesia akan di kuasai China.
Dari statistik thn 2018, warga keturunan Arab di Indonesia populasinya ada 11.000, dan China 3,2 juta. Jujur kalau kita bicara muamalah warga keturunan China lah yg jauh lebih bermanfaat ada di republik ini karena dengan populasi sebesar 1,2% itu mereka menguasai 80% perekonomian Indonesia, jutaan tenaga kerja di tampung pada industri mereka, dari mulai makanan sampai baja dan pakaian.
Terus maaf warga keturunan Arab sumbangannya apa, import gamis sebagai budaya, sekalinya ngaku ulama jadi provokator, jualannya ngasi janji surga, padahal selama di dunia perut inilah yg harus diurus, nah warga China lah yg mengurusi perut sebagian besar rakyat Indonesia, bukan orang Arab yg janjikan surga gak pernah ngasi apa-apa.
Coba melek mata dan hati. Anis ngaku pribumi, jadi gubernur Jakarta menggantikan Ahok yg China, padahal Anis juga bukan pribumi, dia berlindung di balik keislamannya yg berengsek.
Hasilnya Jakarta diacak-acak seperti orang tak berpendidikan, apalagi beragama. Mulutnya penuh kebohongan, munafik, dan menjijikkan untuk seorang manusia, kecuali kalau dia binatang.
Lihat Minggu ini Jakarta dirusak dua orang keturunan Arab, Anis dan Rizieq dgn prilaku bejadnya, sayang kaum inalnder ini yg terlalu tolol dan kelamaan minum air rendaman sorban orang Arab, walhasil ada orang bejat ngaku ustadz jadi panutan, absurd. Korbannya dua Kapolda bego di copot, dan TNI bergerak menertibkan baliho imam keparat yg menantang aparat.
Wahai saudaraku keturunan Arab, lihat foto yg ada, begitu mesranya kaummu dijamu keluarga Cendana yg 32 thn merusak Indonesia, apakah ini pilihan kalian menjadi embrio meneruskan perusakan nyata dgn memakai tameng agama karena kalian telah mengukir bahwa Islam Indonesia adalah Islam kelas dua. Dan kalian mencemooh Islam Nusantara yg memang telah ada sejak Wali Songo dan sebelumnya.
Jadi jangan klaim bahwa kalianlah yg pertama mengajari kami berislam, karena 3 diantara Wali Songo adalah orang China. Jadi biarkan kami beragama Islam gaya China, melakukan hablumminallah dan hablumminnas dgn cerdas, bukan teriak takbir, kelakuan kafir. Kami akan ikuti akhlak Rasullulah sbg pedagang dan menghidupi jutaan manusia, itulah yg dilakukan orang China, tak salah Rasullulah berkata; belajarlah sampai ke China bukan ke Arab, dan sifat pedagang Rasullulah diteruskan orang China, sementara jazirah Arab dipenuhi perang saudara. Jangan kalian tularkan kebiasaan perang, biarkan kami membiasakan jadi pedagang, tapi bukan dagangan agama, menjual surga.
Pelajaran diatas harusnya cepat di respon oleh paguyuban Arab, apakah itu kumpulan para habib, atau apalah, yg penting hentikanlah keturunan Arab yg banyak membuat ulah dan membuat resah, jangan lagi agama dijadikan komoditi, China dihina padahal kalian gak ada guna-gunanya buat Indonesia.
SELAMAT BERKACA SEBELUM TERAMBAT, ATAU MASIH MAU MINTA BANTUAN LAGI KE CENDANA.
Sidoarjo, 19 Nop 2020.
Tulisan Iyas Subiakto
GERAK SIGAP TNI DAN "ARAB SPRING"
Respon TNI terhadap gelagat memecah persatuan bangsa layak diapresiasi. Nampaknya setelah kecolongan di bandara Soetta, kini TNI - khususnya Pangdm Jaya - tak mau dipermalukan lagi. Atau Pangdam akan hilang jabatan seperti Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jabar.
Saya kira intelejen sudah mencium gelagat yang lebih masif. Bahwa "refolusi akhlak" yang didengungkan itu hanya kedok untuk merebut kekuasaan.
Patut dicurigai bahwa ada banyak elite lokal yang menumpang isu itu. Khususnya kubu Cendana dan pengusaha dan dan mantan penguasa yang diuntungkan oleh rezim sebelumnya. Akumulasi kekecewaan karena tidak kebagian posisi - kehilangan jabatan dan pengungkapan berbagai kasus yang melibatkan mereka. Juga pundi pundi dari bisnis gaya mafia yang hilang.
WAJAH WAJAH yang hadir dalam acara Maulid Nabi dan resepsi pernikahan di Petambuaran - Jakarta Pusat, beberapa hari lalu - menunjukkan siapa saja yang menyuntik energi sang Imam cabul itu punya nyali lebih. Karena backing-nya kuat dan massanya militan.
Afif Fuad Saidi, sorang kolumnis di media Islam moderat Cyber Waroom PP GP Ansor, menandai bahwa tanda tanda "Arab Spring" sudah nampak di sini. Dia menyebut tiga cirinya.
"Arab Spirng" adalah gelombang musim semi politik di jazirah Arab yang awalnya menjatuhan rezim korup di Tunisia namun pada akhirnya merembet dan meluluh lantakkan negara. Dimulai dari Tunisia, Libya, Yaman dan Suriah.
Target berikutnya adalah Indonesia. Dan kini tengah diupayakan.
Negara negara muslim di Timur Tengah itu sudah hancur luluh dan jadi negara gagal akibat gerakan propaganda kaum radikalis yang mengatasnamakan revolusi.
Penjaja revolusi menjanjikan seribu janji manis, khilafah Islam, keadilan, perdamaian, kesejahteraan. Surga. Namun yang terjadi kebalikannya, perang sipil berkobar, sling bunuh sesama, negara hancur dan menyiskan penyesalan. Neraka dunia.
Gerakan yang dimotori oleh kelompok ‘radikal’ tersebut, sudah nampak di sini. Sudah siaga.
Mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh idola mereka di jazirah Arab sana untuk menghancurkan negeri. Massa pendukung mereka adalah orang orang yang kalah - gagal dalam hidup - kurang pendidikan dan korban hasutan politik berkedok agama.
Mimpi khilafah Islamiyah di Suriah, Irak, dan Libya menyebabkan gelombang pengungsian ke Eropa.
Ikhwanul Muslimin yang memenangkan pemilu di Mesir dan Tunisia harus kecewa karena negara-negara tersebut luluh-lantah akibat kekacauan.
Dan kini mencuci otak generasi muda di sini melalui dakwah tarbiyah PKS. Hampir semua kebiajakan pemerintah ditentang PKS. Meniru Mesir.
Keberhasilan kelompok radikal menghancurkan jazirah Arab menjadi semangat jejaring mereka di Eropa, Afrika, Asia, Australia, bahkan kini sampai ke Indonesia.
Inilah tiga tandanya, kata Afif Fuad Saidi :
PERTAMA, politisasi agama.
Sedang gencar dikobarkan. Gerakan mereka mengatasnamakan "umat" dan "Tuhan", gerakan mereka seolah membela "agama" dan umat Islam, serta menjadikan simbol-simbol Islam sebagai basis gerakan mereka. Di Damaskus, mereka menggunakan Masjid Jami’ Umawi sebagai markas demonstran,
Sedangkan di Indonesia, pengajian pengajian dan mimbar masjid - khususnya pada khutbah Jumat - mereka gunakan untuk propaganda kebencian pada pemerintah. Jika Yusuf Al Qardlawi pimpinan Ikhwanul Muslimin pernah menyerukan “Jumat al-Ghadab” atau "Jumat kemarahan", itu yang sudah dipraktikkan di Indonesia.
KEDUA, melakukan pembunuhan karakter pada ulama.
Khususnya ulama yang menjadi lawan politik dan gerakan mereka. Ulama yang pro pemerintah, pro kebangsaan dan NKRI mereka tuding "penjilat istana"
Di Danaskus - Syeikh Sa’id Ramadhan al-Buthi, ulama besar yang karyanya bertebaran di perpustakaan kampus Islam dunia, wafat di masjid al-Iman Damaskus saat pengajian tafsirnya berlangsung. Al-Buthy dan 45 orang lainnya harus terbunuh hanya karena berbeda pandangan politiknya.
Al-Buthi juga dianggap “penjilat istana” dan dianggap sebagai pengikut Syiah - padahal Al-Buthi adalah ulama Aswaja, ceramah dan karyanya getol menyuarakan Aswaja : ashul sunah wa jama'ah - hanya karena pandangan kebangsaannya, beliau harus terbunuh.
Lalu, bagaimana di Indonesia? Kurang lebih sama, para ulama dibunuh karakternya, Prof. Quraish Shyihab adalah salah satunya. Mereka menuduhnya sebagai seorang syiah, Kiai Mustafa Bisri dituduh liberal, begitu juga Kiai Said Agil Siradj, dituduh Syiah dan liberal, yang berseberangan pandangan politiknya dihabisi, difitnah, ingat kasus TGB Zainul Madji?
Tokoh yang awalnya mereka puja, karena pandangan politiknya berubah, mereka memfitnahnya sedemikian rupa.
Sebaliknya mereka memanggungkan ustadz abal-abal yang lebih menghibur. Atau enteng mencaci maki.
KETIGA propaganda anti pemerintah.
Mereka melakukan agitasi dan seruan ketidakpercayaan pada pemerintah dan istana.
Di Suriah, Basyar al-Assad dituduh Syiah, dituduh kafir dan membantai kaum sunni. Sedangkan di Indonesia, Jokowi dituduh anak PKI, keluarganya dituduh sebagai Kristen, antejlk China. Polanya sama.
Mereka juga menggugat ketidak-percayaan pada sistem dan pelaksana negara. Mereka menawarkan “Teko ajaib” bernama khilafah islamiyah sebagai solusi dari sistem demokrasi.
Masalah apa pun yang ada di Indonesia, solusinya adalah Khilafah Islamiyah, dengan melemahkan sistem dan pelaksana negara di Indonesia.
Di Suriah ada jargon tertentu yang selalu diteriakkan, seperti "al-sha’b yurid isqat al-nizam" (rakyat menghendaki rezim turun) dan "irhal ya Basyar" (turunlah Presiden Basyar), di Indonesia juga sama, apa pun demonya, intinya tetap "turunkan Presiden Jokowi".
Polanya sangat mirip, jika tidak boleh dikatakan sama.
Suriah saat ini luluh lantak karena membiarkan dan terlena pada gerakan ‘radikal’ tersebut. Jangan sampai di Indonesia terjadi seperti Suriah.
Semoga TNI dan Polri - khususnya Polda Metro Jaya dan Pangdam Jaya - tidak kecolongan lagi.
Mari bersama lawan propaganda mereka.
Sing waras ojo ngalah!
Yang waras jangan ngalah.
[Supriyanto Martosuwito]
No comments:
Post a Comment