Pendukung Rizieq Shihab Bebas Merajalela, Negara Kemana?
[Oleh:Rudi S Kamri]
Tanggal 10 November 2020, bagi saya bukan sekedar Hari Pahlawan, tapi lebih merupakan hari kekalahan negara dari sekelompok orang yang bebas leluasa memporakporandakan semua aturan negara. Dan sekelompok orang yang menabrak semua aturan di jalan tol dan merusak fasilitas umum di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta adalah mengaku beragama Islam yang sedang "menuhankan" junjungannya yaitu Mohammed Rizieq Shihab.
Akal sehat mereka musnah saat virus kultus individu terhadap manusia menggerogoti jiwanya. Ajaran Islam yang begitu mulia yang mengajarkan "kebersihan adalah sebagian dari iman" lenyap di otak para pemuja buta. Akhirnya yang terjadi kedzaliman terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka tidak peduli terhadap kerusakan yang mereka timbulkan, mereka tidak peduli dengan kepentingan orang lain yang harus berkorban jadwal terbang mereka yang berantakan. Dan mereka pun tidak peduli bagaimana mata dunia International begitu buruk melihat Indonesia.(lanjutkan baca narasi menarik berikkut di bwh ... )
Dan ironisnya negara terkesan abai menjaga wibawanya. Jujur saya tidak percaya dengan analisa ini adalah "strategi catur Jokowi" lagi. Saya juga tidak setuju dengan semua analisa yang membenarkan apapun langkah Jokowi. Fanatisme para pendukung Jokowi yang buta, di mata saya sama dan sebangun dengan level fanatisme pendukung Rizieq Shihab. Semua sama-sama telah kehilangan obyektivitas dan akal sehat. Tidak pernah mampu melihat putih adalah putih, hitam tetaplah hitam.
Apapun alasannya, negara telah dipermalukan oleh kelakuan seenak hati para pendukung Rizieq Shihab. Negara tidak hadir untuk melindungi obyek vital seperti Bandara. Harus diakui para pembantu Presiden Jokowi di bidang politik dan keamanan telah bertindak banci, dengan membiarkan kehormatan Presiden diinjak-injak oleh kelompok yang jelas berseberangan dengan Pemerintah.
Bahkan Menkopolhukam dan Mendagri pun membiarkan Gubernur DKI Jakarta "sowan" ke mantan pelarian dengan mengabaikan semua protokol kesehatan. Bahkan konon kabarnya segera Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat, giliran akan sowan ke Rizieq Shihab. Bagaimana mungkin para pembantu Presiden merendahkan diri kepada orang yang sering mendzolimi Presiden Jokowi dengan menyebut "presiden ilegal". Anies Baswedan dan Ridwan Kamil secara terang benderang, melecehkan kewibawaan Presiden, hanya karena kepentingan pragmatis ingin beternak dukungan untuk 2024. Dan anehnya Menkopolhukam dan Mendagri tidak berbuat apa-apa untuk melindungi kehormatan Presiden. Ini ada apa?
Belum lagi, betapa sedihnya saya melihat barisan pegawai BUMN PT. Angkasa Pura di bagian apron Bandara berbaris rapi di bawah pesawat mengelu-elukan kedatangan Rizieq Shihab. Bagaimana langkah Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengatasi gejala radikalisme yang semakin nampak terang benderang di lingkungan BUMN? Juga apa langkah kongrit Panglima TNI melihat ternyata masih banyak tentara yang terpapar paham radikalisme? Jangan-jangan semua pembantu Presiden saat ini bukan bekerja sesuai arahan Presiden tapi malah sedang sibuk mengamankan posisinya nanti di tahun 2024. Entahlah.....
Bagaimana mungkin negara dikelola seperti ini?
Jujur saya kecewa. Dukungan saya kepada Presiden Jokowi harus didukung juga dengan langkah tegas Presiden untuk membentuk Tim Kerja Presiden yang hanya loyal kepada Presiden Jokowi dan Pancasila. Presiden Jokowi harus segera mengambil keputusan yang strategis, cerdas dan keras. Jangan lagi melakukan pembiaran. Kedatangan Rizieq Shihab bagi saya adalah signal kuat terbangunnya perlawanan kepada Pemerintah dengan lebih masif dan sistematis. Presiden Jokowi tidak boleh melihat fenomena ini dengan biasa-biasa saja. Harus ada langkah contingency plan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bakal terjadi.
Terakhir, saya hanya mengetuk kesadaran kolektif bagi para pendukung fanatik Presiden Jokowi. Mari jadi pendukung Presiden Jokowi dengan obyektif dan terukur. Menjaga Indonesia dan menjaga Presiden Jokowi bukan berarti harus selalu membenarkan langkah Presiden dan pembantunya tanpa reserve. Terkadang kita perlu juga mengkritisi dan memberi masukan kepada Presiden Jokowi. Bagi saya itulah cara yang paling cerdas dan elegan agar Presiden Jokowi selamat menuntaskan pengabdiannya hingga Oktober 2024.
Mudah-mudahan ke depan negara tidak lagi abai menjaga marwah dan kehormatannya. Radikalisme dengan menggunakan topeng agama sedang mengancam Kebhinekaan Indonesia. Radikalisme ini adalah saudara kandung dari ideologi pro khilafah. Dan keduanya harus dibendung sekuat tenaga agar Indonesia tetap ada sampai waktu yang tak terhingga.
Ini hanya sekedar keprihatinan saya, seorang rakyat jelata yang cinta Indonesia dan Pancasila.
Salam SATU Indonesia
12102020
====================
ARTIKEL TAMBAHAN
Sikap saya memilih Jokowi tidak lepas dari dukungan saya kepada PDIP. Saya tahu kelemahan PDIP. Apa itu? politisasi agama. Sejak Jokowi jadi presiden, gerakan fitnah terhadap PDIP sangat sistematis. Itu dilakukan terutama oleh kelompok radikal dan punya dendam pribadi kepada Soekarno.
Mereka ini jelas ex Masyumi, Darul islam Indonesia dan termasuk ex orba. Di era Jokowi gerakan islam walau tadinya segelintir namun semakin lama semakin besar. Mengapa ? Karena diongkosi oleh partai dan kelompok yang dendam kepada PDIP.
Dalam situasi ini, anda bisa bayangkan. Kalau Jokowi keras , akan semakin merugikan PDIP. Akan semakin kuat persatuan islam diakar rumput untuk menghabisi PDIP. Sementara PDIP itu perjuanganya adalah NKRI, Pancasila, UUD 45. Poltik kebangsaan.
Berseberangan dengan umat islam justru tidak mencerminkan dasar perjuangan PDIP sendiri. Secara UU jelas gerakan radikalisme itu melawan negara. Namun masalahnya, kaum radikal dan non radikal itu berbaur. Mereka menjadi invisible power, yang kapan saja bisa dimanfaatkan oleh Parpol untuk mendapaktan suara. Salah kelola akan menimbulkan konplik.
https://erizeli.literalisme.com/2020/11/jalan-panjang-pdip-mengawal-pancasila.html
Source : https://youtu.be/ErcI5ti7gEI
No comments:
Post a Comment