TENTANG PENANGKAPAN EDHY PRABOWO
Edhi Prabowo ini kalau dalam daftar menteri kabinet Jokowi, memang wajar termasuk yang teratas dalam prioritas penangkapan KPK. Prabowo Subianto, sebagai juragannya, terlalu mengambil resiko ketika menempatkannya di Kementrian Kelautan dan Perikanan.
OK, itu keputusan Jokowi sebagai pemilik hak prerogatif. Tapi, membiarkan anak asuhnya ini di "sektor yg sensitif" begini semestinya bisa diantisipasi sejak dini.
Harusnya PS sadar bahwa menteri yg digantikannya adalah "public darling". Susy Puji Astuti dalam istilah saya dia ini adalah profiling "Jokowi Perempuan". (teruskan baca narasi di bawah ini... 👇)
Dia adalah menteri terbaik yang dimiliki Jokowi pada periode pertamanya menjabat sebagai presiden. Prestasinya tidak main2, kelasnya dunia. Untuk pertama kalinya, negara Indonesia naik kelas: berani bersikap tegas. Membuat laut Indonesia sebagai halaman yg steril dan berdaulat dari para maling. Jadi relatif steril dari pencurian ikan.
Menenggelamkan kapal adalah metoda praktis dan efektif yg saya pikir akan selamanya dikenang dunia. Nyaris tanpa kontoversi hukum yg berbelit. Sama sekali tidak melanggar HAM.
Mungkin, dari sini, lahir peribahasa baru: hancurkan pancingnya, penjarakan pelakunya. Tampak sederhana, tapi efek jeranya luar biasa. Bagaimana, mau mencuri lagi. Kalau alatnya sudah dihancurkan. Bikin kapal lagi? Halah!
Sialnya Si EP ini, sejak awal sudah menunjukkan kecongkakannya. Karakter dasarnya sebagai pesilat, alih2 rendah hati. Ia menunjukkan kesombongannya. Lupa pada masa lalu-nya sebagai anak pungut Prabowo. Ia adalah salah satu anak yg dibesarkan, bukan sekedar kelak diberi jabatan. Namun memang sejak masa kuliahnya dibiayai oleh PS. Dalam paket ini, jumlahnya cukup banyak. Tapi karakternya nyaris mirip ya sejenis2 Si FZ-lah.
Manusia snob, yg mudah sekali melupakan masa lalu-nya yg penuh derita. OKB, karena nasib baik perkawanan!
Ketika belum apa2, baru beberapa waktu menjabat menteri sudah bilang ke media: "Apa salahnya saya memberi konsesi kepada sahabat2 saya".
Ia dg arogan mersa tidak bersalah ketika banyak pengusaha datang kepadanya. Ia anggap itu sebagai kawan yg berkunjung. Silahkan chek di podcat sejuta umat bermasalah-nya Deddy Corbuzier kalau gak percaya. Konon ini media untuk klarifikasi banyak manusia yang nyeleb, baik itu seleb entertaintment, politik, agama, apa pun....
Persoalannya terkait rencana pembukaan lagi eksport benih benur, yg selama Susy menjabat diharamkan. Alih2 menjaga jarak, ia justru mempamerkan kedekatannya dg para pengusaha itu. Tentu, mereka ini bukanlah para pengusaha dalam arti petani sesungguhnya. Jangan lupa, petani itu juga harusnya dianggap sebagai pengusaha. Mereka ini adalah kelompok pemburu rente, para pengusaha yg sekedar duduk manis mencari selisih harga.
Persoalannya bukan di situ menurut saya, dalam konteks hari ini dia ditangkap. Kalau cuma yg berkarakter maling, setengah menteri Jokowi hari ini juga sama saja.
Dalam penangkapan dini hari pagi tadi, muncul sebuah sinyalemen buruk. Sangat buruk!
Kenapa ada Novel Baswedan di sana? Kenapa musti hanya dia yg disebut oleh media. Kemana penyidik lainnya? Kenapa sedemikian buru2, kenapa musti harus sejak pintu pesawat dibuka langsung dikerakap? Takut kabur?
Ini pertama kalinya, seorang tersangka sudah ditangkap sejak dari pintu pesawat dibuka. Kasar? Entahlah tidak ada ukuran atau kode etik untuk menangkap maling. Tapi tentu saja ini adalah show of force gaya baru.
Tapi lagi2 persoalannya bukan disitu!
Ini adalah sinyal dari kelompok "kadrun" yg komandannya adalah Pak Tua itu. Jangan pernah lagi menyebut Si Chaplin! Banyak yg marah, karena Charlie Chaplin adalah seorang mahadewa di dunia seni. Ia orang baik yg melegenda. Mosok, hanya karena sama berkumis nanggung, lalu disebut demikian. Ayo dong, beri respect pada Sir Charlie Chaplin!
Kembali lagi ini adalah sinyal, atau katakanlah perlawanan balik dari kelompok JK. Bahwa nyaris semua lininya sedang kena sapu. HRS walau baru pulang, sudah dilenyapkan sementara.
Di titik bisinisnya, ia tak mendapat pembelaan dari pemerintah. Ketika ia mendapat masalah dari QNB. Kasus kredit macetnya di BRI diaduk2 sedemikian rupa. Dan nasib, si pionnya AB di DKI Jakarta sedang dalam kondisi genting. Kalau pemerintah betul2 berani menegakkan hukum, harusnya si AB ini minimalkan diskors. Kalau tidak malah diberhentikan dan menghadapi sidang pengadilan.
Tentu saja, orang yg paling mendapat keuntungan adalah "sang wagub tiban" itu. Yg kebetulan adalah orang Gerindra. Dan sinyalemen ini sudah sangat kuat. Dan kompornya adalah PKS, yg tentu saja kalau AB berhasil dilengserkan. Merekalah yg akan mendapat durian runtuh. Lumayanlah pokoknya. Semoga dg kasus ini, PS dan Gerindra makin sadar, janganlah suka main di dua kaki. Gak enak!
Saya cuma sedih saja, ketika seorang kawan tiba2 buat postingan bahwa penangkan EP ini bukti KPK tidak dilemahkan. Pret! KPK ya tetap lemah, ia tampak kuat jika NB bereaksi ketika kepentingan "klan-nya" terganggu! Sampai kapan?
Nyatanya gak ada yg berani ngusik dia tuh, sampai hari ini. Merekalah rezim korupsi sesungguhnya. Mereka lah, yg membolehkan siapa korupsi, siapa tidak.
Sekali lagi, KPK itu hanya alat politik. Di sana yg berkuasa adalah "kelompok penyidik"-nya. Jajaran komisionernya itu macan ompong. Hambok diisi bakul gudeg atau tukang sayur juga akan tampak bagus. Jika penyidiknya mau bergerak dg obyektif. Tidak main tebang pilih, sesuai pesanan. Ya seperti kali ini...
Btw, saya ikut senang juga EP ditangkap. Ini meringankan beban moril dan citra Jokowi. Tapi saya sarankan kalau bersorak ya gak usah keras2. Bersorak senyap, pokoknya tanpa ke-gembira-an.
Kayak kalau orang bersenggama itu. Coitus interuptus-lah.....
#BerharapSusyDipanggilKembali
Andi Setiono Mangoenprasodjo
No comments:
Post a Comment