Latest News

Selengkapnya Diteruskan DI NEWS.TOPSEKALI.COM

Wednesday, October 31, 2018

Mau kecolongan lagi, bro?!



Tulisan dari Noorca M.Massardie ini bagus...
A wake up call !!!!

Insiden bendera dan mudahnya terprovokasi oleh isyu agama yang dapat menyulut radikalisasi umat membuktikan bahwa, para kader dan pendukung Capres/Cawapres No 1, tidak bekerja sama sekali di kalangan akar rumput.

Sibuk memadamkan kebakaran dan membela diri hanya akan menghabiskan energi dan mengabaikan kampanye pemberdayaan di masyarakat bawah. Massa jutaan penduduk yang tidak begitu peduli pada data, angka dan fakta keberhasilan.

Katanya kerja kerja dan kerja! Mana buktinya?

Kerja tidak cukup hanya di mulut dan di belakang meja. Siapa yang sudah terjun ke masyarakat bawah? Jangan cuma mengandalkan pada Jokowi seorang!

Masyarakat cerdas di perkotaan sudah bisa memilih dan memilah siapa yang terbaik dan terbukti baik.

Tapi, bagaimana dengan ratusan juta warga di daerah/pelosok/perkampungan yang setiap hari dicekoki fitnah dan hoax?

Ingat! Dalam pemilu one man = one vote. yang cerdas dan yang bodoh sama nilainya.

Ingat ! Lebih bahaya jutaan orang bodoh yang dipimpin seorang yang cerdas, ketimbang jutaan orang cerdas yang dipimpin seorang yang bodoh!

Mau kecolongan lagi, bro?!

Bangun! Ayo kerja yang bener! Jangan cuma nunggu kemenangan yang belum pasti! Kemenangan itu harus diperjuangkan! Sejak dari akar rumput..!!

Monday, October 29, 2018

Islam Moderat Harus Membumi



Gbr Ilustrasi

Islam Moderat Harus Membumi

PPIM UIN Jakarta menggelar launching hasil survei di Hotel Le Meridien, 16 Oktober 2018. Survei
PPIM UIN Jakarta
 2018 "Pelita yang Meredup" ini merupakan kelanjutan dari survei "Api dalam Sekam" tahun 2017 mengenai keberagamaan siswa/mahasiswa dan guru/dosen.

Fenomena maraknya kecenderungan intoleran dan radikalisme agama tidak hanya terjadi pada siswa sekolah menengah, namun juga terjadi pada level pendidikan paling dini sekalipun.

Ada temuan yang menarik dari survei tahun lalu, bahwa guru memiliki tingkat opini intoleransi yang cukup tinggi. karenanya tahun ini PPIM memperdalam temuan tersebut dengan melakukan survei terhadap 2.237 guru dan kepala sekolah (musllim) di 34 provinsi.

Sedangkan alat ukur yang digunakan adalah self report- CAI dan IAT, IAT ini jarang digunakan terlebih di Indonesia. Tes psikologis ini lebih bersifat tidak langsung dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi pada responden dewasa.

Profil sampel guru mencakup kategorikal mata pelajaran yang diampu, guru kelas (sekolah dasar), honorer, dari yayasan, penghasilan, jenis kelamin, dll. Mulai dari guru TK/ RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/K/MA.

Temuan
Temuan-temuan menarik di lapangan berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan yang pertama adalah guru di Indonesia mulai dari TK/RA hingga SMA/MA memiliki opini toleran dan opini radikal yang tinggi.

Direktur PPIM UIN Jakarta menjelaskan bahwa opini intoleran para guru melalui uji IAT mencapai 56.90% dan melalui kuesioner sebesar 63.07%.

Bila ada kesempatan, aksi intoleran 29% guru berkeinginan untuk menandatangani pelisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama.

Lalu, 34% guru pun berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak pendidikan sekolah berbasis agama non-islam di sekitar tempat tinggalnya.

Ironisnya, 29% guru setuju untuk ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, atau Irakdalam memperjuangkan berdirinya agama Islam.

Kemudian, 33% guru pula setuju untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang mewujudkan negara Islam.

Sedang 27,59% guru berkeinginan untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang dalam mewujudkan negara Islam.

Tak sampai disitu, 13.30% guru berkeinginan untuk menyerang polisi yang menangkap orang-orang yang sedang berjuang mendirikan agama Islam.

Bila dilihat dari sisi gender, guru wanita ternyata memiliki sifat intoleran yang lebih tinggi dibandingkan guru laki-laki. Bila dilihat dari jenis sekolah, ternyata sekolah swasta dan madrasah memiliki sikap intoleran yang lebih tinggi dibandingkan sekolah negeri.

Faktor-faktor yang terkait dengan intoleransi dan radikalisme diantaranya adalah pandangan Islami, aspek demografis, dan ormas serta sumber pengetahuan keislaman.

Peran ormas Islam yang paling berperan dalam timbulnya sikap intoleran dan radikalisme yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Nahdhatul Wathan, Majelis Tafsir Alquran, dan Front Pembela Islam.

Kalau ditinjau dari pengalaman organisasi yang pernah diikuti guru pada saat mahasiswa, ternyata organisasi HMI memberi pengaruh 12.30%, PMII 7.20%, LDK 3.98%, KAMI 1.4%, dan IMM 0.9%. Sedangkan 62.28% guru tidak pernah aktif berorganisasi pada saat menjadi mahasiswa.

Henny Supolo Sitepu (Ketua Yayasan Cahaya Guru) mengatakan bahwa,"bisa jadi guru menjadi intoleran bukan berarti karena mereka 'tidak mau' tetapi bisa jadi mereka 'tidak tahu'. Ketidaktahuan guru tentang agama lain membuatnya memiliki sikap intoleran.

"Kita perlu membuka ruang-ruang perjumpaan, mengadakan praktik-praktik yang positif, dan mengangkat nilai kemanusiaan agar guru mulai menyadari bahwa kebinekaan merupakan suatu perbedaan yang indah, yang harus ditanamkan kepada peserta didiknya", imbuh Henny Supolo Sitepu,MA.

Heru Purnomo (Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia) juga menanggapi hasil survei nasional PPIM. Ia mengatakan bahwa pendidikan merupakan strategi pengetahuan yang harusnya digunakan para guru untuk menyampaikan paham-paham intoleran dan radikalisme kepada muridnya.

Heru juga mengatakan,"Guru muda yang berpenghasilan rendah cenderung memiliki sifat intoleran. Ya mungkin saja itu karena ia sedang mencari keadilan dan keadilan yang hakiki di dunia ini adalah keadilan Tuhan. Oleh karena itu ia lebih menekankan muridnya untuk taat beragama saja"

Bahrul Hidayat, Ph.D (Ahli pendidikan) menanggapi bahwa "identity closes" membawa pengaruh yang besar kepada individu untuk lebih mengutamakan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu mereka menolak untuk memilih kepala dinas yang berbeda agama.

"Bagian lain yang harus kita pahami yaitu mengenai pembelajaran keagamaan kita sendiri. Apakah kita dan tokoh agama kita sudah mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamin?", imbuh Bahrul Hidayat (Ahli Pendidikan).

Menurut Prof. Dr. Jamhari Makruf (Advisory Board PPIM),"Guru memang aktor penting yang memberi pengaruh tumbuhnya sikap intoleran. Untuk itu, perlu berbagai program yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan yang majemuk dan beragam"

Rekomendasi
Sebagai hasil dari penelitian, PPIM UIN Jakarta mengajukan rekomendasi sebagai berikut : Pertama, perlu berbagai program yang memberikan kesempatan pada guru madrasah untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan majemuk dan beragam, meningkatkan religious literasi pada guru madrasah agar mengenal agama dan kelompok yang berbeda.

Kedua, salah satu cara yang efektif memperkuat wawasan kebangsaan dan kemajemukan para guru baik yang mengabdi di madrasah maupun swasta adalah pemberdayaan lembaga-lembaga yang memproduksi guru, seperti LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), Pendidikan Profesi Guru (PPG), Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB).

Ketiga, peranan Ormas-ormas seperti NU dan Muhammadiyah yang selama ini dikenal mendakwahkan Islam moderat harus lebih membumi.

(Dwi Nugroho) selamat datang di: www.politikandalan.blogspot.com

Sunday, October 28, 2018

SURAT TERBUKA UNTUK ADEKKU YANG CANTIK PENDUKUNG HTI


Gambar Ilustrasi

SURAT TERBUKA
UNTUK ADEKKU YANG CANTIK PENDUKUNG HTI

Adekku yang cantik.....

Dek, apa kabar ? Senang melihatmu begitu atraktif mendukung Hizbut Thahrir. Adek pasti sama dengan sekian ratus pendukung Hizbut Thahrir di seluruh dunia, bermimpi tentang indahnya negeri ini ketika berada di bawah naungan khilafah.

Tapi coba dech abang ingatkan dulu dengan sebuah peristiwa...

Adek kenal wanita yang bernama Bibi Aisha ?
Bibi Aisha adalah gadis muda cerdas yang tinggal di Afghanistan. Ia sebelumnya baik-baik saja sebelum ayahnya berhutang pada organisasi Taliban. Taliban ini adalah pendukung khilafah, sama seperti yang Hizbut Thahrir lakukan. Mereka punya keyakinan yang sama.

Akhirnya Bibi Aisha dikawinkan paksa pada usia 14 tahun, justru saat dia sedang menikmati masa remajanya. Dan adek tahu apa yang terjadi pada Bibi Aisha ? Dia dihajar habis oleh suaminya, karena konsep khilafah yang mereka yakini tidak mengenal wanita sebagai pendamping, tapi hanya aksesori.

Bibi Aisha kabur dari suaminya tetapi ia tertangkap. Dan adek tahu apa yang dialami Bibi Aisha? Hidungnya yang mancung dipotong oleh suaminya dan Bibi Aisha ditinggal dalam kondisi koma karena kekurangan darah. Untunglah ia ditemukan oleh orang baik dan dilarikan ke rumah sakit.

Wajah Bibi Aisha dengan hidungnya yang hilang kemudian menjadi cover majalah Time tahun 2010 dan ia bercerita tentang kehidupan di Afghanistan pasca penguasaan kelompok Taliban yang meyakini negara Islam.

Penderitaan Bibi Aisha juga yang diderita para wanita di Nigeria yang diculik oleh kelompok Boko Haram yang meyakini konsep khilafah yang sama. Jangan tanya apa yang dilakukan ISIS kepada wanita dan para gadis yang bahkan belum matang di Irak dan Suriah. Mereka habis-habisan diperkosa..

Adekku yang cantik..

Adek harusnya bersyukur tinggal di negeri tercinta ini. Negeri indah yang memuliakan wanita. Mendorong wanita supaya bisa setara dengan pria. Memberikan pendidikan yang sama tanpa membedakan siapa dia.

Banyak pahlawan wanita disini, RA Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Mala Hayati, Christina Martha Tiahahu dan lain lain yang berjuang untuk mendapatkan sisi yang sama dengan para lelaki.

Adek bisa masih cantik dan bebas bersuara, karena konsep dan sistem Pancasila di negeri ini. Jika Indonesia menjadi negeri khilafah seperti yang adek dambakan, adek sudah pasti tidak bisa turun ke jalan apalagi bersuara keras seperti sekarang yang adek lakukan. Adek bisa-bisa sudah dikawinkan sejak dini dan harus patuh pada suami untuk tidak boleh kemana-mana, bahkan untuk shopping keluar saja. Belum lagi mengalami kekerasan.

Adekku yang cantik, boleh-boleh saja bermimpi tentang negara Islam, tetapi manakah di dunia ini yang sudah menerapkan sistemnya ? Belum ada, dek. Bahkan negara sekelas Arab Saudi saja masih monarkhi dan dari penerapan syariat mereka wanita berada di kelas dua. Mereka baru boleh menyetir mobil sendiri baru-baru saja. Bukan karena Saudi menghormati wanita, tapi karena ekonomi mereka sedang berada pada titik terendah dan penerapan supir untuk wanita membebani kas negara.

Jadi adek seharusnya cukup bersyukur saja bahwa adek ada di tempat yang memuliakan wanita. Negeri Indonesia adalah surganya. Tidak perlu ribut menggantinya dengan sistem yang bahkan adek tidak mengerti dampaknya.

Mungkin Bibi Aisha dan banyak wanita lain di dunia (yang ditindas dengan sistem khilafah yang salah) akan berseru, "Hai cantik. Nikmat Tuhan manakah yang kau ingkari dengan hidup di negeri seperti Indonesia-mu itu ? Lihatlah kami, diri kami ditindas setiap hari karena arogansi sebuah sistem yang menjadikan wanita sebagai aksesori. Bersyukurlah, apakah tidak cukup bagimu semua ini ?"

Adekku yang cantik, belajarlah dengan baik. Jadilah wanita yang bisa mengangkat derajat dan harkat sesamamu nanti. Tidak usah meributkan hal yang tidak kau mengerti. Biar kami yang menjaga negeri ini dan cukuplah dirimu mendukung perjuangan kami menjaga dirimu, kaum wanita sepertimu dan ibu pertiwi.

Salam dari abang
Pendukung Secangkir Kopi
Denny Siregar

DEKLARASI RELAWAN JOKOWIMOTION - LAHIRKAN SUMPAH PEMUDA JILID MILENIAL



PRESS RELEASE @JOKOWIMOTION_ID

28 OKTOBER 2018
DEKLARASI RELAWAN JOKOWIMOTION -  LAHIRKAN SUMPAH PEMUDA JILID MILENIAL

Relawan Jokowimotion yang dikenal sebagai salah satu organ relawan milenials pendukung Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo-KH. Ma’ruf Amin membuat satu langkah pasti dengan melakukan DEKLARASI RELAWAN JOKOWIMOTION tepat di Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2018.

Acara pun dikemas dinamis, fun dan seru karena dari 260 relawan yang hadir 80% merupakan generasi milenial.

Deklarasi JokowiMotion menghasilkan point-point Sumpah Pemuda Jilid Milenial, yakni :
1. Kami Putra Putri JokowiMotion tidak akan menyebarkan hoax dan ujaran kebencian
2. Kami Putra Putri JokowiMotion menghargai adanya keragaman suku, agama, ras dan budaya dengan semangat Bhineka Tunggal Ika
3. Kami Putra Putri JokowiMotion berjanji akan menjaga perdamaian dan menjalin tali persaudaraan demi Kesatuan Indonesia.

Berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat Deklarasi JokowiMotion juga diikuti oleh Relawan JokowiMotion yang tersebar di 34 Provinsi dan 11 Negara Besar di dunia lewat Sosial media dan melalui Video Conference dengan beberapa perwakilan.

Nike Supit dalam sambutannya menyampaikan bahwa apa yang dikerjakan oleh Pak Jokowi merupakan usaha “Building Dignity” atau Membangun Martabat Bangsa.
Presiden Jokowi yang Nike sebut sebagai Bapak Infrastruktur dianggap sebagai sosok visioner yang bisa membawa Indonesia lebih maju dan disegani dunia.

Relawan JokowiMotion yang dikenal sebagai relawan dengan ide kampanye kreatif menargetkan rebut 50% suara milenials.

“Saya dan Seluruh Pengurus JokowiMotion berharap bahwa semangat Pak Jokowi membangun negeri tertular pada seluruh rakyat Indonesia khususnya pemuda-pemudi Bangsa Indonesia. Dan setelah Deklarasi ini, kami akan lebih gencar dong lakukan kampanye kreatif demi Pak Joko Widodo dan K.H Ma’ruf Amin” tegas  Ketua Umum JokowiMotion Nike Supit.


Jokowi BERGERAK
Jokowi BEKERJA
Jokowi SATU KALI LAGI👍🏼

Muak Dengan Politik Kebohongan



Muak dengan Politik Kebohongan
https://politikandalan.blogspot.com/2018/10/muak-dengan-politik-kebohongan.html

Saksikan Bedah EDITORIAL MEDIA INDONESIA setiap pagi pukul 07.05 WIB hanya di *METRO TV atau LIVE STREAMING nya melalui mediaindonesia.com/streaming*

Anda bisa menanggapi langsung dan memberikan opini dengan menghubungi 021-58300022, Twitter @mediaindonesia atau kirimkan komentar Anda ke e-mail: _*forum@mediaindonesia.com*


Muak dengan Politik Kebohongan

TENTU bukan tanpa sebab jika Joko Widodo sampai harus menyinggung ketidaknyamanan dia soal politik kebohongan dalam dua kesempatan selama dua hari berturut-turut.
Pertama ia sampaikan dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI saat berpidato pada perayaan HUT Partai Golkar, Minggu (21/10). Jokowi meminta para politikus untuk mengakhiri politik kebohongan, politik yang merasa benar sendiri, karena hal itu akan menjebak rakyat yang saat ini tengah membangun.

Alangkah lebih elok dan sehat bila semua pihak menanggalkan kebohongan dan memperkuat politik pembangunan. Sehari kemudian, Senin (22/10), kali ini dalam statusnya sebagai calon presiden, Jokowi mengingatkan para juru bicara dan influencer di tim kampanyenya agar tidak sekali-kali melakukan politik kebohongan.

Ia menegaskan kematangan dan kedewasaan rakyat dalam berpolitik harus dibangun dengan fondasi narasi yang benar dan akurat, bukan di atas tumpukan kebohongan. Ekspresi geram Jokowi terhadap gencarnya sebaran informasi bohong atau hoaks, yang jika dibungkus dalam konteks dan tujuan politik menjadi politik kebohongan, sejatinya mewakili jutaan suara masyarakat Indonesia yang merasakan hal sama.

Harus diakui, hoaks dan ujaran kebencian yang membanjir terutama melalui media sosial telah memberi efek teramat buruk bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Media sosial yang semestinya menjadi sumber informasi dan arena bersosialisasi malah kerap berubah wujud menjadi tempat bersemainya pertikaian dan perceraian antaranak bangsa.

Penyebaran hoaks yang masif juga telah mengubah masyarakat menjadi lebih gampang memercayai apa pun informasi yang mereka dapat sekalipun itu tidak berbasis data dan fakta yang akurat. Pada akhirnya mereka kian mudah pula menyerap hasutan.

Celakanya, di tengah suhu politik yang kian menghangat menjelang Pemilu 2019, ada pihak yang justru memanfaatkan hoaks itu demi kepentingan-kepentingan politik praktis. Mereka bahkan rela membayar produsen hoaks untuk menciptakan informasi-informasi sesat demi memengaruhi sikap politik dan persepsi publik.

Tak jarang, hoaks diorganisasi untuk menyerang dan menjatuhkan kredibilitas lawan politik. Itulah politik kebohongan. Memuakkan di satu sisi, tapi tetap mendapat ruang di sisi yang lain karena literasi dan pemahaman tentang baik-buruknya media sosial di masyarakat harus diakui masih rendah.

Menjengkelkan bagi sebagian orang, tetapi oleh sebagian yang lain malah dijadikan peluru untuk berkampanye dan memenangkan kepentingan mereka. Dalam situasi seperti itu, kiranya substansi ajakan Jokowi untuk menyetop politik kebohongan patut kita dukung. Tak perlu diinterpretasikan macam-macam, mestinya seluruh elemen bangsa ini sepakat bahwa politik dan demokrasi kita mesti dijaga dari gulma-gulma yang dapat membuatnya luruh.

Politik kebohongan ialah gulma, bahkan racun, yang bakal menghancurkan demokrasi bila terus dibiarkan merajalela. Kebohongan juga berkait erat dengan kesantunan. Tentu tidak bisa disebut santun bila pemimpin politik, politikus, elite, justru gemar menebar berita dusta sembari menganggap rakyat hanya penonton dagelan yang mudah dibohongi.

Padahal, rakyat juga butuh kesantunan politik. Karena itu, jika kita menginginkan demokrasi di Republik ini bakal bertahan kukuh dan berumur panjang, tidak bisa tidak, pelaksanaannya harus betul-betul steril dari politik kebohongan.

BACA NASKAH LENGKAP:
http://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1514-muak-dengan-politik-kebohongan

LIVE STREAMING:
http://mediaindonesia.com/streaming

Banyak pihak melihat bahwa Indonesia sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.


 Banyak pihak melihat bahwa Indonesia sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.

Apalagi, kejadian yang berlangsung hari ini memperlihatkan perbuatan SEGELINTIR orang membakar bendera HTI kemudian dicitrakan sebagai aksi organisasi BANSER dan dibenturkan dengan masyarakat awam.

M. Najih Arromadoni alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus dan Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyamy) melihat pola-pola Suriah terlihat semakin jelas di Indonesia.

Bahkan pola tersebut sama persis.

"Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain.

Wacana itu kemudian sampai ke Indonesia, paling tidak mulai 2016.

Fakta-fakta menunjukkan banyak pola Suriah yang disalin menjadi sebuah gerakan-gerakan di Indonesia.

Indikasi menguatnya penggunaan kedok agama demi kepentingan kekuasaan, sebagaimana pernah dilakukan di Suriah, terlihat dalam banyak hal, di antaranya adalah penggunaan masjid sebagai markas keberangkatan demonstran.

Jika di Damaskus masjid besar untuk kumpul demonstrannya Jami' Umawi, maka di Jakarta Masjid Istiqlal.

Adakah yang pernah menghitung, berapa kali Masjid Istiqlal diduduki pelaku berangkat demonstrasi?

Pelaksanaannya pun kebanyakan di hari Jumat seusai waktu Salat Jumat, didahului dengan hujatan politik di mimbar kotbah, sehingga mengelabui pandangan masyarakat.

Persis dengan apa yang pernah terjadi di Suriah menjelang krisis.

Masjid pun berubah menjadi tempat yang tidak nyaman, gerah, dan tidak lagi menjadi tempat 'berteduh'.

Kedua, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah dengan terus-menerus menebar fitnah murahan terhadap pemerintah.

Sesekali presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, sesekali dituduh kafir, dan pembantai Sunni.

Kelompok makar bahkan menghembuskan isu bahwa al-Assad mengaku Tuhan, disebarkanlah foto bergambar poster al-Assad dengan beberapa orang sujud di atasnya.

Dalam konteks Indonesia, Anda bisa mengingat-ingat sendiri, presiden Indonesia pernah difitnah apa saja, mulai dari Kristen, Cina, Komunis, anti-Islam, mengkriminalisasi ulama, dan sederet fitnah lainnya.

Ketiga, pembunuhan karakter ulama. Dalam proses menghadapi krisis, ulama yang benar-benar ulama tidak lepas dari panah fitnah,
bahkan yang sekaliber Syeikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, yang pengajiannya bertebaran di berbagai saluran televisi Timur Tengah,
kitabnya mengisi rak-rak perpustakaan kampus-kampus dunia Islam, dan fatwa-fatwanya menjadi rujukan.

Begitu berseberangan pandangan politik dengan mereka, seketika dituduh sebagai penjilat istana dan Syiah (padahal beliau adalah pejuang Aswaja yang getol).

Upaya penghancuran atas nama Islam sedang digulirkan di negara kita.

Pola-pola yang sama ketika kelompok radikal menghancurkan Suriah sedang disalin untuk menghancurkan negara kita.

Bedanya Suriah sudah merasakan penyesalan dan ingin rekonsiliasi, merambah jalan panjang membangun kembali negara mereka. Sedangkan, kita baru saja memulai.

Jika kita tidak berusaha keras menghadang upaya mereka, maka arah jalan Indonesia menjadi Suriah kedua hanya persoalan waktu. Semoga itu tidak pernah terjadi."

https://www.gelorabangsa.com/2018/10/yang-bicara-bukan-sembarang-orang.html

Wednesday, October 24, 2018

INDONESIA TANPA JOKOWI



INDONESIA TANPA JOKOWI

Oleh :
Rudi S. Kamri

MEMBAYANGKAN Indonesia tanpa Jokowi setidaknya sampai akhir 2024 membuat saya terhenyak seketika. Saya seolah mati suri. Bagaimana mungkin semua alur pembangunan semesta yang sudah direncanakan dengan cermat akhirnya akan kembali ke titik NOL atau setidaknya akan terbengkalai begitu saja.

Saya meyakini bahwa lawan tanding Jokowi di Pilpres 2019 ini TIDAK BERKEMAMPUAN untuk  membuat program yang pro-rakyat. Premis saya sudah teruji dari rekam jejak mereka selama ini yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. Apa yang terjadi pada Pilgub DKI Jakarta 2017 menguatkan kekhawatiran saya. Bagaimana mereka tega memporak-porandakan semua tatanan sosial dan menghancurkan nilai hakiki spritualitas masyarakat dengan berbagai cara. Kesucian Agama dibawa oleh mereka ke level dasar dengan dalil-dalil penggalan yang dicoba dicekokkan kepada para pendukungnya. Ayat dan mayat adalah menu hari-hari yang disajikan dengan aroma kepentingan. Dan celakanya sebagian masyarakat lunglai terperdaya.

Saya melihat ada indikasi kuat mereka akan menggunakan pola yang sama untuk Indonesia. Mereka akan membanjiri rakyat dengan berbagai fitnah, kebohongan dan aneka ramuan ujaran kebencian. Contohnya kasus Ratna Sarumpaet. Kasus ini adalah salah satu amunisi yang mereka tembakan. Hanya sayangnya porak-poranda karena dikemas dengan strategi kebodohan yang memalukan. Saya meyakini hal-hal seperti ini akan berulang mereka lakukan kembali. Dengan kemasan berbeda dan strategi yang lain warna.

Pada dasarnyanya sebenarnya mereka tidak mencintai Indonesia. Mereka tidak pernah peduli dengan rakyat. Mereka hanya menghamba pada kekuasaan yang akan dipakai mereka untuk memuaskan birahi setaniyah yang terlanjur 'nge-blendded' dalam pola pikir dan perilaku mereka. Membayangkan Indonesia akan dikelola olah Kaum Tuna Nalar dan Tuna Empati seperti mereka, membuat saya sesak nafas akut.

Inilah alasan kuat mengapa saya sangat mendukung Jokowi. Karena di tangan Jokowi selama ini, saya melihat negeri indah yang bernama Indonesia Raya ini berubah berwarna dan beraura cerah. Ini bukan untuk saya atau anda yang membaca tulisan ini. Tapi untuk untuk anak cucu kita. Semua ini untuk mempermudah Generasi Emas Indonesia 2045 dalam membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih tinggi.

Pilihan saya terhadap Jokowi bukan berarti Jokowi tanpa kekurangan. Banyak hal yang harus beliau sempurnakan ke depannya. Meskipun saya menyadari bahwa pada periode awal pemerintahan Jokowi 2014 - 2019 bukan pekerjaan ringan dan mudah. Menerima warisan keadaan negara yang compang-camping dari Pemimpin yang mengidap GLORIFIKASI dan "merasa paling" seperti SBY bukan perkara gampang. Tapi dengan ketekunannya, Jokowi berhasil mengurai kekusutan masalah satu persatu. Ke depan dengan modal hasil kerja 5 tahun belakangan ini saya yakin langkah-langkah penyempurnaan dari Jokowi relatif lebih mudah.

Kalau anda semua mempunyai ketakutan yang sama dengan saya dalam membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi, mari kita mendukung Jokowi dengan cerdas dan tepat langkah. Jangan kita membuat blunder euforia yang over dosis. Kita jangan pernah percaya dukungan banyak partai adalah 'golden ticket' buat Jokowi. Disamping itu hasil kerja Jokowi yang hebat bukan merupakan jaminan utama rakyat di level grassroots dan kaum milenial pasti serta merta memilih Jokowi.

Rakyat di pedesaan, kaum marjinal di perkotaan dan kaum milenial mempunyai LOGIKA tersendiri. Kita tidak bisa memaksakan logika kita kepada mereka. Yang harus kita lakukan adalah kita masuk dalam alam pikiran mereka dan mencoba menyelami logika mereka. Ini yang saya namanya Empati Sosial.
Kepekaan empati sosial kaum relawan pendukung Jokowi adalah modal utama kita untuk secara halus dan bertahap untuk meluruskan pemahaman dan logika mereka ke arah yang lebih baik.

Satu hal yang perlu saya sampaikan berdasarkan hasil survei suatu lembaga yang kredibel, bahwa hanya 30% rakyat Indonesia yang bermain Medsos (FB, IG, Twitter YouTube). Sisanya yang 70% mereka tidak bermain Medsos. Jadi kita (termasuk saya) jangan keasyikan, kegenitan dan kepedean hanya bermain Medsos. Mari kita turun ke bumi realita membantu anak cucu Indonesia agar mereka tidak terwarisi dengan negara yang amburadul apalagi ada jejak khilafah yang siap mencengkeram Indonesia. Yakinilah, bahwa keganasan manusia pro khilafah jauh lebih kejam dibanding PKI. Rakyat di Suriah, Afghanistan, Irak dll sudah merasakan hal itu.

Jadi membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi ?
Perutku jadi mual...
Dan nafasku tersengal....
Anda juga kan ?

Salam SATU Indonesia
21102018

DETIK DETIK YG MENENTUKAN ; dialog HABIBIE dg PRABOWO

DETIK DETIK YG MENENTUKAN ; dialog HABIBIE dg PRABOWO

Semua Pelaku dan Saksi masih hidup hingga sekarang...., bisa dicrosscheck.

Habibie : Terjadi dialog antara saya dan Pangkostrad, dan sebagaimana biasanya jika kami bertemu, ia berbicara dalam bahasa Inggris.

Prabowo : "Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad."

Saya (Habibie) menjawab, "Anda tidak dipecat tetapi jabatan Anda diganti."

Prabowo : "Mengapa?"

Habibie : “Saya menyampaikan bahwa saya mendapat laporan dari Pangab bahwa gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan dan Istana Merdeka.”

Prabowo : "Saya bermaksud mengamankan presiden,"

Habibie : "Itu adalah tugas Pasukan Pengamanan Presiden yang bertanggungjawab langsung kepada Pangab dan bukan tugas Anda."

Prabowo : "Presiden apa Anda? Anda naif!" jawab Prabowo dengan nada marah.

Habibie : "Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yg sangat memprihatinkan," jawab Habibie.

Prabowo : "Atas nama ayah saya Prof. Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad," mohon Prabowo.

Habibie jawab dengan nada tegas, "Tidak! Sampai matahari terbenam Anda sudah harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru!"

"Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya!" Mohon Prabowo kpd Presiden Habibie.

Habibie langsung menjawab, "Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad yang baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja."

"Yang saya kehendaki adalah pasukan saya," jawab Prabowo.

Habibie menegaskan : "Ini tidak mungkin, Prabowo!"

Sementara itu pintu terbuka dan Sintong Panjaitan masuk dan mengatakan, "Jenderal, Bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera meninggalkan ruangan."

Habibie mengatakan, "Sebentar,"

Sintong Panjaitan meninggalkan ruangan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Prabowo untuk meminta agar ia dapat berbicara melalui telepon dengan Pangab. Habibie tugaskan kepada salah satu ADC Presiden yang berada di ruangan untuk segera menghubungi Pangab.

Setelah menelpon ke Markas Besar ABRI, ADC Presiden menyampaikan bahwa Pangab tidak dapat dihubungi.

Untuk kedua kalinya pintu terbuka dan Sintong Panjaitan mempersilahkan Prabowo meninggalkan ruangan karena tamu Presiden yaitu Gubernur BI sudah tiba dgn staf, bersama Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita.
_____

Sumber :
[Bacharuddin Jusuf Habibie, "Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang  Indonesia Menuju Demokrasi, THC Mandiri, 2006]
=========
Itulah watak obsessive PRABOWO sejak remaja. Jadi Pemimpin Tertinggi bisa semau gue.
Menurut kajian,
Orang2 pendukungnya lebih banyak bukan nasionalis NKRI yang berideologi Pancasila Bhineka Tunggal Ika, UUD45. Survey LSI menyatakan 90 % orang yang pro Ganti sistem ke negeri Agama.
Ini yang bikin PRABOWO SANDI diDukung setengah hati oleh Demokrat  dan PAN.
PRABOWO SANDI cuma ditunggangi Demokrat dan PAN untuk Pileg. Sedang PKS demi menggoalkan NKRI Bersyariah jadi bagian kekhilafahan.

Kenyatanya PRABOWO SANDI tidak pernah tegas menyatakan menegakkan NKRI yang berideologi Pancasila Bhineka Tunggal Ika, UUD45. Ini bikin yang Nasionalis tidak mungkin mendukung PRABOWO SANDI.

Dari segi security Indonesia paling lemah karena terdiri dari banyak pulau



Mendengar ocehan Bosan,membuat hati tambah bosan.Bosan semakin hari tambah galau.Gimana mungkin HR bisa bergerak,ditempat pengunsiannya saja sudah dicekal.Itu hanya,isu-isu yang dibuat-buat seperti sebelumnya guna memancing simpati akar rumput yang masih layu belum tersirami koalisi waras. Bowo sudah ketinggalan,tdk ada lagi pengaruhnya di abri.Abri sekarang sudah semakin solid.Kepulangan HR ke Indonesia sebelum April 2019 hanya sebuah mimpi di siang bolong.Keculai kalau dia bertobat,mengakui kesalahannya kepada Jkw.

Yang sangat perlu diperhitungkan adalah gerakan pendanaan dari negara tetangga,Aus,Spore,Malay,karena bagaimana pun juga mereka sangat berkepentingan terhadap Indonesia sehubungan kebijakan2 yg sudah dijalankan oleh Jkw.Terlebih-lebih AS.Sementara orang bilang,Freeport itu kan perusahaan ? Apa hubunganya ?? Haha....ingat bung ! Tahu kah Anda sudah berapa puluh ribu,1.000. ton emas Indonesia di bw ke AS....Waaaah luar biasa banyak.Bgm mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan Negara AS.Hahahaaa. Bgm pun juga bank2 di negar tetangga tempat penyimpanan uang orang Indonesia, sangat berkepentingan dengan kebijaksanaan Jkw.Sehingga dgn cara apapun mereka ingin membantu pihak luar agar perekonomian mereka tidak terusik. Selamat pagi.

Dari segi security Indonesia paling lemah karena terdiri dari banyak pulau.Narkoba,senjata,uang sangat mudah masuk ke dalam negeri tanpa perlu tranferan.Mereka menyusup via pulau-pulau kecil, ratusan pulau di Riau Kepulauan sono.Sangat sulit dipantau,dan tidak cukup persoanal guna memantaunya.Tanpa kerja sama rakyat, memberi pengertian kpd rakyat tentang persatuan dan kesatuan, Indonesia tetap di ambang kehancuran.Teringat akan Ahok soal sistem penyelidikan guna membongkar kekayaan pribadi pejabat secara terbalik.Selidiki sumber kekayaanya,bila dinilai mencurigakan langsung dibui sampai diketahui sumbernya secara tuntas. (JMG)


Godaan tidak berhenti di zaman Adam atau Pilatus.



Sulit untuk menyangkal ada udang di balik bakwan.Sulit untuk menolak adanya politik dagang sapi para caleg kristiani.Demikian juga dlm penyelengara negara.Mungkin banyak orang belum atau tidak menyadarinya search google dari waktu kewaktu hingga detik ini yang paling top adalah tetap Tuhan.Melebihi pencaharian apa pun di muka bumi ini.Melebihi uang dan sex.Percetakan Alkitab tetap mendominasi jumlah terbesar dari percetakan buku apa pun di dunia ini dari tahun ke tahun.Sadar atau tidak nama Tuhan tetap dominan bhn promosi dan perdebatan umat manusia tanpa henti.

Ular mengalahkan manusia pertama Adam, karena mengunakan "atas nama"perkataan Tuhan.Dalam Mat 26 diceritakan bgm seorang murid menjual gurunya dgn harga yg sangat murah.Persoalan pokok bkn masalah harga melainkan sarana mencapaian kekuasaan.Peristiwa sama terjadi menjelang Pileg dan Pilpres sekarang ini.Semua kelihatan datang bak sang penolong mendekati Keuskupan,Gereja,Masjid,Musola,Medsos komuniti,kantong,dan komunitas identitas lainnya.Mereka datang dan memperlihatkan diri sbg bagian dari penyelamat rakyat dari ketempurukan dan kesulitan.Mereka memperlihatkan diri sebagai utusan pembela rakyat.

Godaan tidak berhenti di zaman Adam atau Pilatus.Percobaan dalam perebutan kekuasaan tanpa henti,besar dan kecil terus berlangsung selama manusia hidup.Jualan termahal tetaplah yang terindah yaitu"atas nama Tuhan". Keindahan Tuhan tidak terbatas dan tidak terjangkau akal pikiran manusia.Kecenderungan melawan ketidakterbatasan tetap ada dari kerterbatasan,karena kecongkakan dan kesombongan manusia.Sering kepintaran,kekayaan,dan kekuasaan yg mereka miliki menjadi tempat teratas,melebihi Tuhan.Lagi-lagi mereka mendirikan menara Babel.Karena kurang undrstand firman Tuhan.(JMG)

Tuesday, October 23, 2018

INDONESIA TANPA JOKOWI



INDONESIA TANPA JOKOWI

MEMBAYANGKAN Indonesia tanpa Jokowi setidaknya sampai akhir 2024 membuat saya terhenyak seketika. Saya seolah mati suri. Bagaimana mungkin semua alur pembangunan semesta yang sudah direncanakan dengan cermat akhirnya akan kembali ke titik NOL atau setidaknya akan terbengkalai begitu saja.

Saya meyakini bahwa lawan tanding Jokowi di Pilpres 2019 ini TIDAK BERKEMAMPUAN untuk  membuat program yang pro-rakyat. Premis saya sudah teruji dari rekam jejak mereka selama ini yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. Apa yang terjadi pada Pilgub DKI Jakarta 2017 menguatkan kekhawatiran saya. Bagaimana mereka tega memporak-porandakan semua tatanan sosial dan menghancurkan nilai hakiki spritualitas masyarakat dengan berbagai cara. Kesucian Agama dibawa oleh mereka ke level dasar dengan dalil-dalil penggalan yang dicoba dicekokkan kepada para pendukungnya. Ayat dan mayat adalah menu hari-hari yang disajikan dengan aroma kepentingan. Dan celakanya sebagian masyarakat lunglai terperdaya.

Saya melihat ada indikasi kuat mereka akan menggunakan pola yang sama untuk Indonesia. Mereka akan membanjiri rakyat dengan berbagai fitnah, kebohongan dan aneka ramuan ujaran kebencian. Contohnya kasus Ratna Sarumpaet. Kasus ini adalah salah satu amunisi yang mereka tembakan. Hanya sayangnya porak-poranda karena dikemas dengan strategi kebodohan yang memalukan. Saya meyakini hal-hal seperti ini akan berulang mereka lakukan kembali. Dengan kemasan berbeda dan strategi yang lain warna.

Pada dasarnya sebenarnya mereka tidak mencintai Indonesia. Mereka tidak pernah peduli dengan rakyat. Mereka hanya menghamba pada kekuasaan yang akan dipakai mereka untuk memuaskan birahi setaniyah yang terlanjur 'nge-blendded' dalam pola pikir dan perilaku mereka. Membayangkan Indonesia akan dikelola olah Kaum Tuna Nalar dan Tuna Empati seperti mereka, membuat saya sesak nafas akut.

Inilah alasan kuat mengapa saya sangat mendukung Jokowi. Karena di tangan Jokowi selama ini, saya melihat negeri indah yang bernama Indonesia Raya ini berubah berwarna dan beraura cerah. Ini bukan untuk saya atau anda yang membaca tulisan ini. Tapi untuk untuk anak cucu kita. Semua ini untuk mempermudah Generasi Emas Indonesia 2045 dalam membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih tinggi.

Pilihan saya terhadap Jokowi bukan berarti Jokowi tanpa kekurangan. Banyak hal yang harus beliau sempurnakan ke depannya. Meskipun saya menyadari bahwa pada periode awal pemerintahan Jokowi 2014 - 2019 bukan pekerjaan ringan dan mudah. Menerima warisan keadaan negara yang compang-camping dari Pemimpin yang mengidap GLORIFIKASI dan "merasa paling" seperti SBY bukan perkara gampang. Tapi dengan ketekunannya, Jokowi berhasil mengurai kekusutan masalah satu persatu. Ke depan dengan modal hasil kerja 5 tahun belakangan ini saya yakin langkah-langkah penyempurnaan dari Jokowi relatif lebih mudah.

Kalau anda semua mempunyai ketakutan yang sama dengan saya dalam membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi, mari kita mendukung Jokowi dengan cerdas dan tepat langkah. Jangan kita membuat blunder euforia yang over dosis. Kita jangan pernah percaya dukungan banyak partai adalah 'golden ticket' buat Jokowi. Disamping itu hasil kerja Jokowi yang hebat bukan merupakan jaminan utama rakyat di level grassroots dan kaum milenial pasti serta merta memilih Jokowi.

Rakyat di pedesaan, kaum marjinal di perkotaan dan kaum milenial mempunyai LOGIKA tersendiri. Kita tidak bisa memaksakan logika kita kepada mereka. Yang harus kita lakukan adalah kita masuk dalam alam pikiran mereka dan mencoba menyelami logika mereka. Ini yang saya namanya Empati Sosial.
Kepekaan empati sosial kaum relawan pendukung Jokowi adalah modal utama kita untuk secara halus dan bertahap untuk meluruskan pemahaman dan logika mereka ke arah yang lebih baik.

Satu hal yang perlu saya sampaikan berdasarkan hasil survei suatu lembaga yang kredibel, bahwa hanya 30% rakyat Indonesia yang bermain Medsos (FB, IG, Twitter YouTube). Sisanya yang 70% mereka tidak bermain Medsos. Jadi kita (termasuk saya) jangan keasyikan, kegenitan dan kepedean hanya bermain Medsos. Mari kita turun ke bumi realita membantu anak cucu Indonesia agar mereka tidak terwarisi dengan negara yang amburadul apalagi ada jejak khilafah yang siap mencengkeram Indonesia. Yakinilah, bahwa keganasan manusia pro khilafah jauh lebih kejam dibanding PKI. Rakyat di Suriah, Afghanistan, Irak dll sudah merasakan hal itu.

Jadi membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi ?
Perutku jadi mual...
Dan nafasku tersengal....
Anda juga kan ?

Salam SATU Indonesia,
Rudi S Kamri
21102018

Apa Kata Pemimpin Dunia Tentang Jokowi & Indonesia



🇲🇨🇲🇨
Apa Kata Pemimpin Dunia Tentang Jokowi & Indonesia)
(Ini bukan masalah dukung mendukung capres tapi kebanggaan kita sbg WNI yg kini negara kita dierhitungkan dunia)

Antonio  Gutteres
Sekjen PBB
Joko Widodo seorang Presiden sekaligus pelaku perdamaian.

Angela Merkel
Kanselir Jerman
Joko Widodo adalah Presiden hebat yg mampu melakukan turning arround sehingga ekspor Indonesia ke Eropa lbh besar drpd impor.

Tonny Abbot
PM Australia
Dibawah kepemimpinan Joko Widodo Kekuatan Militer Indonesia menjadi paling kuat di kawasan.

Donald Trump
Presiden Amerika
Joko Widodo cukup menjengkelkan dan merugikan Amerika karena  menasionalisasi dan menganulir perusahaan2 tambang Amerika di Indonesia. Saya berharap Joko Widodo tidak lagi memimpin Indonesia.

Benyamin Netanyahu
PM Israel
Joko Widodo sangat berbahaya bagi Israel karena sulit sekali ditundukkan. Berbeda dengan Kawasan Arab.

Raja Salman
Kaisar Arab Saudi
Kami hadiahkan quota haji lebih banyak kepada Republik Indonesia karena Joko Widodo memberikan kesempatan Arab Saudi  membangun pabrik dan Industri Pariwisata di Indonesia.

Jim Yong Kim
Presiden Bank Dunia
Joko Widodo Presiden yang sangat Inspiratif

Shinso Abe
PM Jepang
 Joko Widodo telah menunjukkan kepada dunia bahwa Investasi  di Indonesia sangat sehat. Tanpa pungli.

Mahatir Mohammad
PM Malaysia
Sejak dipimpin Joko Widodo,Indoesia menjadi terdepan di ASEAN.
Malaysia perlu belajar cara pemberantasan korupsi dari Indonesia

Sayid Ali Khamenei
Pemimpin Agung Republik Islam Iran
Sukarno adalah pemimpin Asia Afrika.
Joko Widodo adalah pemimpin kaum miskin.

Paus Franciskus
Pemimpin Tertinggi Vatikan
Luar Biasa, Negeri berpenduduk Islam terbesar di dunia ini pemimpinnya bisa melakukan pemerataan kesejahteraan yg adil dengan penduduk non muslim.

Oleh :
Komunitas Penulis & Penerjemah Bandung

RAKYAT NKRI WAJIB BACA* SUARA DARI PAPUA...



RAKYAT NKRI WAJIB BACA*
SUARA DARI PAPUA...

Saya Bacanya Aja Merinding .

FC : Curahan Hati Seorang Anak Papua , Ini Saya Copas Dari Wall Hadi Wibowo ...

Sangat Peduli Papua , Presiden Jokowi 🇮🇩👌👍

By Cristian Pundulay Asli Anak Papua ...

Bnyk orang yg SOMAD ( sok tau amad ) tentang Papua , nulis begana begini begono tentang Papua .

Eeeh saya hidup di Papua sejak Tahun '95 tdk mau belagu Nulis tentang Papua , apalagi Sok tauu .

Saya hidup di daratan Serui , tau Serui tdk ! ?

Daerah ujung tipis yg Masyarakatnya hidup di garis bawah , sejak Bumi ini ada . Miskin ?? sdh Pasti . tapi kami tau cara Bersyukur pd Tuhan .🙏

Stop ‼ Menulis tentangg kami anak² Papua , jngn lagi kalian mencari nama dngn se-olah² berempati pd kami , tapi tdk melakukan apa² .‼

Kalian mungkin beruntung hidup di Barat Indonesia . senangnya bukan main , serba ada dan murah .

Kalian Lahir pakai dokter , kami tdk !!! .

Kalian bisa nonton TV sejak Lahir , bahkan sebelum Lahir , kami baru 3 Tahun ini .😭

Kalian bisa berjalan di Aspal gagah , kami ?? Syukur² bukan Kubangan Babi .

Tau tdk Kalian , berapa Harga sekarung Beras 50 kg ?? 1Jt cuk 1 Jt ... !!

Puji Tuhan 🙏 kami tdk terlalu biasa makan Nasi yg mewah sejak kecil . Beras itu makanan Mewah bagi kami , makanan orang² Kaya . kami cukup hidup dngn Talas atau Enau . Syukur 🙏 klu Jagung lagi murah , sedikit mewahlah kami makan Sekeluarga .

Tau nggak ? kenapa Rumah kami cuma bak kandang Sapi kalian ?? siapa yg mampu beli Semen satu sak 2,5 juta . liat uang segitu besar nggak pernah Broo . cuma tau baca kami disini . Tdk terpikir mau beli Semen buat Rumah , bawa Semen satu sak 20 km , sdh Mati duluan kami disini .

Terus apa kami marah dngn kondisi dan ketimpangan itu ?? tdk .

Kami so biasa jadi anak tiri bahkan di anggap anak boleh pungut .

Kami biasa di lupakan meski kekayaan alam kami di keruk sampai ke akar Bumi . lalu Uangnya di beri utk kalian di Barat sana . Aspal kalian licin , Rumah kalian Terang , Sekolah kalian bagus , Rumah Sakit kalian mewah .

Kami dpt apa ??

Dapat Ampas dan kerusakan dari itu semua . Kami tdk Marah !!! kami ikhlas berbagi sama kalian , kekayaan Alam kami utk mempercantik Daerah kalian .

Kemudian hari ini Daerah kami mulai di bangun Rumah Sakit so ada dokter , Sekolah so pakai Sepatu . Harga Beras murah . beli Semen so tak semahal Berlian lagi . Jalan kami mulai Lebar , tapi kalian ribut ... !

Apa cuma kalian yg ingin rumah sakit lengkap ? Apa hny kalian yg ingin Jalan beraspal ? Apa hny kalian yg ingin makan Nasi ? Apa hny kalian yg ingin pasang Listrik !!! ?

Heeiiiii kami jugaaa ...

Kami juga Manusia . Manusia Indonesia . cukuplah kulit kami saja yg Gelap , tapi Daerah kami jngn ikut Gelap . !

Cukup Rambut kami saja yg Bergelombang . Jalanan kami jngn ikut bergelombang . !!
Cukuplah Kekayaan Alam kami saja yg kalian KERUK , sifat kalian juga jngn macam Beruk .

Ikhlaslah sedikit berbagi dngn kami anak² Papua , anak² Pelosok Rimba , yg juga ingin merasakan bagaimana di anggap layaknya seperti Manusia ... !!

Di tangan Tukang Kayu itu , yg rupanya tidaklah Gagah , Badannya tdk Tegap , tapi Hatinya sangat Mulia ...🙏👍

Tapi kami di anggap dan di hargai ...

Kami di setarakan . Kami di Hargai selayak Manusia Indonesia .

Kami tdk kenal rupa Tukang Kayu itu , tapi hasil kerjanya , membuat kami kenal bagaimana Kearifan , Kebijaksanaan, Keadilan , kesejahteraan yg merata ada dalam benak kepemimpinannya dan dia mencoba utk berbuat yg terbaik utk kami .

Membangun tidaklah mudah , apalagi membangun Papua . Daerah dngn struktur Alam perbukitan , meliuk² dan daerah yg masih beralam Brutal ! karena tdk terjamah Pembangunan selama ini .

Semua butuh Waktu ... Semua butuh Proses ...

Tapi ... Seorang anak Desa pinggiran Sungai Bengawan Solo , telah berupaya dan terus Berjuang utk kemajuan kami anak² Papua .

Terima kasih Presiden Ku . Terima kasih Bapak Presiden Joko Widodo . Tuhan yg akan membalasnya 🙏👌👍

Di tangan anda , kami merasakan layaknya di anggap Manusia Indonesia .🙏

Salam dari Serui .

Dari anak Bangsa yg pernah terpinggirkan !!! .

Cristian Pundulay . Asli Anak PAPUA . 🙏🏻🙏🏻✊🏻🤝🏻

Sampaikan kepada sedikitnya 2 Keluarga, atau 10 orang lain!
Sebagai "Target Harian" kita men-sosialisasikan bahwa Kita Bangga dengan Pemimpin yang :

1. Membantai Para Mafia Penggerogot Uang Rakyat mulai dari Pungli Kecil2an hingga Mafia Minyak, Beras, Ikan dll.
TERBUKTI!!!

2. Membangun Infrastruktur Menuju Indonesia Maju.
TERBUKTI!!!

3. Sangat Mencintai dan Menghormati Rakyatnya.
TERBUKTI!!!

4. Tidak Korupsi. TERBUKTI!!!

5. Membagikan Jutaan Sertifikat Tanah kepada Rakyatnya.
TERBUKTI!!!

6. Keluarganya Tidak Memanfaatkan Fasilitas Negara.
TERBUKTI!!!

7. Membangun Perbatasan Negara Demi Harga Diri Bangsa.
TERBUKTI!!!

8. Disegani Para Pemimpin Dunia.
TERBUKTI!!!

9. Merancang Indonesia Menuju Negara No 5 Dunia di 2030.
TERBUKTI!!!

10. Menghormati Para Ulama serta Pemimpin Agama.
TERBUKTI!!!

11. Membangun Bandara International Jawa Barat
TERBUKTI!!!

Kalau kemarin belum men-sosialisasikan ... JANGAN LUPA HARI INI, Sebar + Viralkan !!!

Jadilah duta duta #Jokowi2Periode dimana pun ... siapa pun ... sampai Rakyat faham, Masyarakat faham ... bahwa Presiden Jokowi adalah yang terbaik.

Dapat dimulai dari Keluarga kita - Teman kita - Tetangga kita - Rekan Kerja kita - dan seterusnya ...

Dirumah - Di-Tempat Kerja - atau bahkan di Warung2 saat kita bersantai.

"BERI KEPERCAYAAN JOKOWI MELANJUTKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG SUDAH DIMULAINYA. BERI KESEMPATAN 5 TAHUN LAGI UNTUK MEMBAWA INDONESIA MENUJU NEGARA MAJU"

"APA YANG SUDAH DIMULAI JOKOWI, BIARKAN JOKOWI YANG SELESAIKAN"

Saya sudah menyebarkan ...Bagaimana dengan Anda?

Monday, October 22, 2018

KETIKA MEDIA SOSIAL MENJADI “AGAMA” DAN “KITAB SUCI” BARU



INDONESIA baru mengenal demokrasi yang sebenar-benarnya 20 tahun lalu, tepatnya tahun 1998 ketika terjadi pergolakan dan terjadi wolak-waliking perpolitikan Indonesia. Tahun 1999 pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR/DPR, Presiden Habibie turun. 

Kemudian Pemilu 1999 berlangsung dan mulailah era hobi bergaduh politik di Indonesia. PDI-P menang, namun pihak-pihak dan golongan yang tersenggol kepentingan dengan segala cara, termasuk menggunakan alasan agama untuk menyingkirkan lawan politik. 

Di sinilah pertama kali agama dijadikan kemasan politik. Terbentuklah Poros Tengah dan menggeser Megawati yang sedianya menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia ketika itu. Poros Tengah menarik Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia Ke-4. 

Poros Tengah salah kalkulasi dan salah prediksi, ternyata karakter Gus Dur membuat morat-marit dunia persilatan politik Indonesia ketika itu. 

Baca juga : Birokrasi Zaman Now dan Open Government di Era Media Sosial 

Gus Dur diturunkan karena nyaris mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen. Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia Ke-5 sekaligus menjadi presiden perempuan pertama Republik Indonesia. 

Di era Megawati digodok aturan baru pemilihan presiden secara langsung untuk tahun 2004. Kita semua menyaksikan gegap gempitanya pilpres langsung pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia. 

Walaupun Demokrat bukanlah pemenang Pemilu 2004, tapi gebrakan perolehan suara partai pendatang baru sudah mengejutkan jagat politik Indonesia dan tidak menghalangi Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden Republik Indonesia Ke-6 sekaligus presiden pertama hasil pemilihan langsung. 

Pilpres langsung pertama ini ada lima pasangan calon: Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar. 

Di tahun 2003-2004 belum ada media sosial seperti hari ini. Yang ada maksimal blog dan beberapa situs pertemanan ‘tradisional’ era pra-Facebook dan juga beberapa chatroom (MSN, Yahoo Messenger, ICQ, mIRC). 

Kehebohan gegap gempita pemilihan presiden langsung pertama kali di Indonesia hanya bisa kita ikuti di media massa arus utama, internet masih merupakan ‘barang mewah’ hanya tersedia cukup luas di rumah-rumah dengan provider layanan internet terbatas (dial dan kemudian terdengar suara berkeciap sebelum tersambung internet), sementara platform seluler masih jarang dan sangat mahal. Tentu saja kecepatan internet ketika itu jauh jika dibandingkan sekarang. 

Perlahan terjadi perubahan yang luar biasa cepat dimulai dengan masuknya Facebook ke Indonesia sekitar tahun 2007-2009, dan mulai terjangkaunya internet di platform seluler oleh masyarakat lebih luas. 

Di Pemilu 2009 pemilihan presiden langsung untuk kedua kalinya, Demokrat menang dan SBY melanjutkan periode kedua pemerintahannya. Di masa ini, sudah mulai terjadi polarisasi seteru para pendukung calon presiden pilihannya karena pilihannya hanyalah tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden; SBY-Budiono, Megawati- Prabowo, JK-Wiranto, dibandingkan dengan Pilpres 2004. 

Dengan hanya tiga pasangan calon otomatis para pendukungnya lebih mengerucut mendukung pasangan calon masing-masing. Namun jagat virtual belumlah segaduh hari ini. Dengan koalisi-koalisi tiga pasangan calon, kekuatan politik sebarannya lebih merata. 

Pada waktu pemilihan presiden 2009 baru dimulai ‘demam’ orang Indonesia berinteraksi dengan yang disebut BBM – BlackBerry Messenger. Saat ini baru berinteraksi, belum bersosialisasi apalagi bergedubrakan di media sosial ataupun grup seperti hari ini. 

Facebook sudah ada namun hanya di laptop atau desktop (kebanyakan akses justru di kantor). Produk bergambar apel kroak, iPhone, masih di generasi awal-awal dan merupakan barang papan atas yang tidak semua orang sanggup membelinya dan di masa itu masih kalah jauh dengan demam BlackBerry. 

Berita dan komunikasi yang berseliweran di BBM kadar nyinyirnya masih sangat-sangat rendah. BBM menggunakan PIN khusus yang harus ditanyakan dan ditambahkan serta disetujui atas seizin yang bersangkutan, sehingga tidaklah semasif grup-grup WhatsApp seperti hari ini. 



Kemudian datanglah dentuman masif media sosial itu! Momentum awal adalah Pilkada/Pilgub DKI Jakarta 2012. Tahap awal pengenalan ‘mainan baru’ media sosial, tidaklah menimbulkan riak gelombang. 

Berikutnya adalah Pilpres 2014, di tahun inilah bentuk-bentuk baru bermunculan, hoaks, penyesatan informasi, caci maki terbuka sampai editing foto dan artikel juga dihalalkan. 

Ada kubu yang menghalalkan segala cara termasuk menerbitkan tabloid khusus menggempur salah satu pasangan capres-cawapres. Tidak kalah militannya adalah kubu yang di-framing dengan tabloid tersebut. Fanatisme dan militansi dua kubu setara dan setanding. 

Dan puncaknya adalah Pilkada DKI 2017, dunia internasional menyaksikan sontak di Indonesia muncul “agama” baru, yaitu media sosial beserta "nabi-nabi"-nya. Baik yang mendeklarasikan diri sendiri sebagai "nabi-nabi" baru media sosial dengan segala gelarnya ataupun yang ditahbiskan oleh para pengikut “agama” baru itu. 

Dua kubu sama-sama militan dan fanatik, saling mengejek sudah menjadi keseharian “agama” baru ini. Cebong, IQ200 sekolam, bani taplak, bani serbet, bumi datar, dan masih banyak lagi. 

Semuanya tidak sadar sebenarnya sedang diperdagangkan oleh para pemilik big data “agama” baru media sosial tersebut. Anda pengguna Facebook aktif? WhatsApp dan segenap grupnya? Instagram? Twitter? Line? 

Sadarkah Anda apa yang nampak di halaman-halaman “kitab suci” media sosial itu adalah targeted preferences? Mesin pencari (Google. Yahoo, Bing, Baidu) newsfeed, Facebook newsfeed dari wall teman-teman, berita di seluruh “renungan harian “kitab suci”” (linimasa) media sosial adalah berita yang Anda sukai. 

Berita atau informasi yang bertentangan dengan preferensi Anda tidak akan muncul di halaman media sosial Anda. Ilustrasi(KOMPAS/HANDINING) 

Contoh: untuk para pengguna pendukung petahana Presiden Joko Widodo akan melihat semua hal positif dan baik pemerintahan Jokowi dan yang jelek-jelek dari kubu oposisi. Sebaliknya, untuk para pengguna pendukung Prabowo, akan melihat semua yang positif tentang Prabowo dan semua yang jelek tentang Jokowi. Sadarkah Anda? 

Yang menjadi masalah di sini adalah jika big data media sosial tadi kemudian diolah menjadi senjata kampanye digital seperti yang terjadi dalam Pilpres Amerika Serikat, Hillary Clinton vs Donald Trump. 

Cambridge Analytica mengolah data 87 juta pengguna Facebook (termasuk 1 juta-sekian pengguna Indonesia) untuk diumpankan ke newsfeed masing-masing layar targeted pengikut “agama” baru (media sosial) itu. 

Konon, pemesan kampanye digital tersebut adalah dari Kubu Trump, yang muncul di publik Amerika adalah semua hal yang negatif tentang Hillary Clinton dan semua yang positif tentang Donald Trump. 

Baca juga : Tak Melulu Negatif, Ada Benefit Luar Biasa dari Media Sosial...   

Alhasil kita semua tahu hasilnya hari ini. Sebegitu masifnya kampanye digital yang tidak mengenal batasan halaman cetak dan waktu terbit, terbukti merasuki alam bawah sadar ataupun atas sadar para pemilih Amerika. 

Who knows, ketika heboh referendum Brexit (British Exit) yang menghasilkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga dipengaruhi dari preferential targeted audience/viewer? Dari semua jajak pendapat mayoritas tidak setuju keluar dari UE, warga Inggris kaget dan menyesal kenapa hasil referendum justru kebalikannya. 

Akan terus terseretkah Anda semua dalam tarikan magis “agama” dan “kitab suci” baru ini? Sebagian besar pengikut “agama” baru sangat mengimani kebenaran semua “sabda” dan “fatwa” halaman-halaman “kitab suci” “agama” baru ini. 

Self-awareness mutlak diperlukan. Selain itu kematangan intelektual dan kematangan pemahaman dunia digital masyarakat Indonesia bisa dibilang masih sangat rendah. Bahkan negara superpower seperti Amerika Serikat tidak steril dari terpaan “agama” baru serta “kitab suci agama” baru ini, bagaimana Indonesia? 

Hanya bisa berharap dan berdoa semoga Pemilu dan Pilpres 2019 Indonesia dijauhkan dari tsunami pengaruh negatif media sosial ini yang sudah menjadi semacam “agama” dan “kitab suci” baru di negeri ini. God bless Indonesia…

AJI CHEN BROMOKUSUMO Kompas.com - 17/04/2018, 09:50 WIB
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/17/09503121/ketika-media-sosial-menjadi-agama-dan-kitab-suci-baru

Editor : Amir Sodikin

Tags

Analisis Politik (275) Joko Widodo (150) Politik (106) Politik Baik (64) Berita Terkini (59) Jokowi (58) Pembangunan Jokowi (54) Lintas Agama (31) Renungan Politik (31) Perang Politik (29) Berita (27) Ekonomi (25) Anti Radikalisme (24) Pilpres 2019 (23) Jokowi Membangun (22) Perangi Radikalisme (22) Pembangunan Indonesia (21) Surat Terbuka (20) Partai Politik (19) Presiden Jokowi (19) Lawan Covid-19 (18) Politik Luar Negeri (18) Bravo Jokowi (17) Ahok BTP (14) Debat Politik (14) Radikalisme (13) Toleransi Agama (12) Caleg Melineal (11) Menteri Sri Mulyani (11) Perangi Korupsi (11) Berita Hoax (10) Berita Nasional (9) Education (9) Janji Jokowi (9) Keberhasilan Jokowi (9) Kepemimpinan (9) Politik Kebohongan (9) Tokoh Dunia (9) Denny Siregar (8) Hidup Jokowi (8) Anti Korupsi (7) Jokowi Hebat (7) Renungan (7) Sejarah Penting (7) Selingan (7) imlek (7) Ahok (6) Health (6) Perangi Mafia (6) Politik Dalam Negeri (6) Gubernur DKI (5) Jokowi Pemberani (5) KPK (5) Khilafah Makar (5) Kisah Nyata (5) Lawan Radikalisme (5) NKRI Harga Mati (5) Negara Hukum (5) Partai PSI (5) Pengamalan Pancasila (5) Pilkada (5) Refleksi Politik (5) Teknologi (5) hmki (5) kota tangsel (5) natal (5) pengurus (5) peresmian (5) relawan (5) Anti Teroris (4) Bahaya Khalifah (4) Berita Baru (4) Dugaan Korupsi (4) Indonesia Maju (4) Inspirasi (4) Kebudayaan Indonesia (4) Lagu Jokowi (4) Mahfud MD (4) Menteri Pilihan (4) Pancasila (4) Pendidikan (4) Pileg 2019 (4) Politik Identitas (4) Sejarah (4) Tokoh Masyarakat (4) Tokoh Nasional (4) Vaksin Covid (4) Adian Napitupulu (3) Adudomba Umat (3) Akal Sehat (3) Analisa Debat (3) Artikel Penting (3) Atikel Menarik (3) Biologi (3) Brantas Korupsi (3) Breaking News (3) Covid-19 (3) Demokrasi (3) Dewi Tanjung (3) Hukum Karma (3) Karisma Jokowi (3) Kelebihan Presiden (3) Kesaksian (3) King Of Infrastructur (3) Lagu Hiburan (3) Makar Politik (3) Melawan Radikalisme (3) Musibah Banjir (3) Nasib DKI (3) Nasihat Canggih (3) Negara Maju (3) Negara Makmur (3) Nikita Mirzani (3) PKN (3) Pembubaran Organisasi (3) Pemilu (3) Pendidikan Nasional (3) Pendukung Jokowi (3) Penegakan Hukum (3) Poleksos (3) Politik Adudomba (3) Rekayasa Kerusuhan (3) Rencana Busuk (3) Revisi UUKPK (3) Sederhana (3) Tanggung Jawab (3) Testimoni (3) Tokoh Revolusi (3) Waspada Selalu (3) barongsai (3) jakarta (3) Ada Perubahan (2) Agenda Politik (2) Akal Kebalik (2) Akal Miring (2) Anggaran Pemprov (2) Antusias Warga (2) Arsitektur Komputer (2) Basmi Mafia (2) Basmi Radikalisme (2) Beda Partai (2) Berita Internasional (2) Budiman PDIP (2) Capres Cawapres (2) Cinta Tanah Air (2) Dasar Negara (2) Denny JA (2) Erick Thohir (2) Etika Menulis (2) Filsafat (2) Fisika (2) Free Port (2) Gerakan Budaya (2) Gereja (2) Himbauan (2) Information System (2) Isu Sara (2) Jaga Presiden Jokowi (2) Jalan Toll (2) Jenderal Pendukung (2) Jihat Politik (2) Jokowi Commuter (2) Jokowi Guru (2) Jokowi Motion (2) Kabinet II Jokowi (2) Kasus Hukum (2) Kasus Korupsi (2) Kehebatan Jokowi (2) Kemajuan Indonesia (2) Kemanusiaan (2) Kerusuhan Mei (2) Komputer (2) Komunikasi (2) Kriminalisasi Ulama (2) Langkah DPRD-DPR (2) Lawam Penghianat Bangsa (2) Lawan Fitnah (2) Mafia Indonesia (2) Media Sosial (2) Menteri Susi (2) Merakyat (2) Miras (2) Motivasi (2) Nilai Rupiah (2) Olah Raga (2) Opini (2) Pembangunan Pasar (2) Pemimpin Pemberani (2) Pengadilan (2) Pengatur Strategi (2) Penjelasan TGB (2) Penyebar Hoax (2) Perangi Terroriis (2) Pidato Jokowi (2) Political Brief (2) Politik ORBA (2) Program Jokowi (2) Raja Hutang (2) Relawan Jokowi (2) Ruang Kesehatan (2) Sampah DKI (2) Selengkapnya (2) Sertifikat Tanah (2) Simpatisan Jokowi (2) Suka Duka (2) Sumber Kekuasaan (2) Survey Politik (2) Tegakkan NKRI (2) Tenaga Kerja (2) Tirta Memarahi DPR (2) Toll Udara (2) Transparan (2) Ucapan Selamat (2) Ulasan Permadi (2) Ultah Jokowi (2) Undang Undang (2) amandemen (2) jokowi 3p (2) jokpro (2) news (2) perjuangkan (2) Adek Mahasiswa (1) Aksi Gejayan (1) Aksi Makar (1) Alamiah Dasar (1) Ancaman Demokrasi (1) Andre Vincent Wenas (1) Anggarana Desa (1) Anies Dicopot (1) Ansor Banten (1) Antek HTI (1) Anti Cina (1) Anti Terrorris (1) Anti Vaksin (1) Anti Virus (1) Arti Corona (1) Aset BUMN (1) Atheis (1) BIN (1) BTP (1) Bahasa Indonesia (1) Bahaya Isis (1) Bangkitkan Nasionalisme (1) Bangsa China (1) Bank Data (1) Bantu Dishare (1) Basuki Tjahaya Purnama (1) Bawah Sadar (1) Bencana Alam (1) Berani Karena Jujur (1) Berani Melapor (1) Binekatunggal Ika (1) Bintang Mahaputera (1) Bisnis (1) Bongkar Gabeneer (1) Bravo Polri (1) Bravo TNI (1) Budiman Sujatmiko (1) Bumikan Pancasila (1) Bunuh Diri (1) Busana (1) Buya Syafii Maarif (1) Calon Menteri (1) Cari Panggung Politik (1) Cctvi Pantau (1) Cendekia (1) Croc Brain (1) Cudu Nabi Muhammad (1) Cybers Bots (1) Daftar Tokoh (1) Dagang Sapi (1) Danau Toba (1) Data Base (1) Demo Bingung (1) Demo Gagal (1) Demo Mahasiswa (1) Demo Nanonano (1) Demokrasi Indonesia (1) Deretan Jenderal (1) Dewan Keamanan PBB (1) Digital Divelovement (1) Dosa Kolektif (1) Dubes Indonesia (1) Ekologi (1) Extrimis (1) FBR Jokowi (1) Faham Khilafah (1) Filistinisme (1) Filosofi Jawa (1) Fund Manager (1) G30S/PKI (1) GPS Tiongkok (1) Gagal Faham (1) Gaji Direksi (1) Gaji Komisaris (1) Gaya Baru (1) Gelagat Mafia (1) Geografi (1) Gerakan (1) Gerakan Bawah Tanah (1) Gibran (1) Grace Natalie (1) Gubernur Jateng (1) Gus Nuril (1) Gusti Ora Sare (1) HTI Penunggang (1) Hadiah Tahun Baru (1) Hari Musik Nasional (1) Hiburan (1) Hukuman Mati (1) Hypnowriting (1) Identitas Nusantara (1) Illegal Bisnis (1) Ilmu Pengetahuan (1) Ilusi Identitas (1) Imperialisme Arab (1) Indonesia Berduka (1) Indonesia Damai (1) Indonesia Hebat (1) Injil Minang (1) Intermezzo (1) Internet (1) Intoleransi (1) Investor Asing (1) Islam Nusangtara (1) Istana Bogor (1) Isu Agama (1) Isu Politik (1) J Marsello Ginting (1) Jadi Menteri (1) Jalur Gaza (1) Jangan Surahkan Indonesia (1) Jembatan Udara (1) Jenderal Moeldoko (1) Jenderal Team Jkw (1) Jilid Milenial (1) Jiplak (1) Jokowi 3 Periode (1) Jokowi Peduli (1) Jualan Agama (1) Jurus Pemerintah (1) Jusuf Kalla (1) Kadrun (1) Kambing Hitam (1) Kampus Terpapar Radikalisme (1) Kasus BUMN (1) Kasus Keluarga (1) Kebusukan Hati (1) Kecelakaan (1) Kehilangan Tuhan (1) Kehilangan WNI (1) Kekuasaan (1) Kekuatan China (1) Kemengan Jokowi (1) Kena Efisensi (1) Kepribadian (1) Keputusan Pemerintah (1) Kerusuhan 22 Mei (1) Kesaksian Politikus (1) Keseahatan (1) Ketum PSI (1) Kitab Suci (1) Kode Etik (1) Komnas HAM (1) Komunis (1) Konglomerat Pendukung (1) Kopi (1) Kota Bunga (1) Kota Misteri (1) Kota Modern (1) Kota Zek (1) Kredit Macet (1) Kuliah Uamum (1) Kunjungan Jokowi (1) Kurang Etis (1) LPAI (1) Lagu Utk Jokowi (1) Lahan Basah (1) Larangan Berkampanye (1) Larangan Pakaian (1) Lawan Rasa Takut (1) Leadership (1) Legaci Jokowi (1) Lindungi Jokowi (1) Lintas Dinamika (1) Luar Biasa (1) MPG (1) Mabok Agama (1) Mafia Ekonomi (1) Mafia Tanah (1) Mahakarya (1) Mahkamah Agung (1) Manfaat Vaksin (1) Mari Tertawa (1) Masa Kampanye (1) Masalah BUMN (1) Matematika (1) Membunuh Sains (1) Mempengaruhi Musuh (1) Mempengaruhi Orang (1) Mendisplinkan Siswa (1) Mengharukan (1) Menghasut Pemerintah (1) Menghina Lambang Negara (1) Mengulas Fakta (1) Menjaga Indonesia (1) Menjaga Jokowi (1) Menjelang Pemilu (1) Menjlang Pelantikan (1) Menko Polhukam (1) Menteri (1) Menteri Agama (1) Menteri Sosial (1) Menydihkan (1) Mesin Pembantai (1) Minuman Keras (1) Model Tulisan (1) Muhamad Ginting (1) Mumanistik (1) Muslim Prancis (1) Musu RI (1) Musuh Dlm Selimut (1) Obat Tradisional (1) Oligarki (1) Omnibus Law (1) Oramas Terlarang (1) Orang Baik (1) Orang Beragama (1) Orang Bodoh (1) Orang Kaya (1) Ormas Islam (1) Otak Kebalik (1) Overdosis Haram (1) PHK dan Buruh (1) Palestina (1) Panduan (1) Pantau Jakarta (1) Para Makar (1) Parawisata (1) Partai Baru (1) Partai Komunis (1) Pasar Murah (1) Pelarian (1) Pembayaran Utang Negara (1) Pembela Rakyat (1) Pembumian Pancasila (1) Pemerintahan Jayabaya (1) Pemilihan Presiden (1) Pemprov DKI (1) Pencerahan (1) Pencucian Uang (1) Pendukung Lain (1) Penebaran Virus so (1) Pengacau Negara (1) Pengalaman (1) Pengangguran (1) Pengaruh (1) Pengertian Istilah (1) Pengertian Otoritas (1) Penggulingan Rezim (1) Penghianat Bangsa (1) Pengobatan (1) People Power (1) Perang Dunia III (1) Perangi Tetroriis (1) Peraturan (1) Perayaan Natal (1) Percobaan (1) Perguruan Tinggi (1) Peringatan Keras (1) Peristiwa Mei 1998 (1) Pernikahan (1) Pernyataan ISKA (1) Pertamina (1) Pertemuan Politik (1) Pesan Gus Nuril (1) Pesan Habib (1) Peta Politik (1) Pidato Prisiden RI (1) Pil Pahit Srilanka (1) Pilkada 2018 (1) Pilkada Solo (1) Pilpres Curang (1) Pimpinan MPR (1) Politik Agama (1) Politik Catur Jkw (1) Politik Kepentingan (1) Politik LN (1) Politik Uang (1) Politikus (1) Pollitik (1) Profesional (1) Propaganda (1) Propaganda Firehose (1) Psikoanalisa (1) Psikologi Praktis (1) Puisi (1) Pulau Terindah (1) Quick Count (1) RUU Kadrun (1) Raja Bonar (1) Raja Debat (1) Raksasa (1) Rakyat Kecil (1) Realita Politik (1) Rekam Jejak (1) Rekapitulasi DPS (1) Reklamasi Pulau (1) Remix Sunda (1) Rendah Hati (1) Reungan Politik (1) Rhenald Kasali (1) Risma (1) Ruhut P Sitompul (1) Saksi Yehuwa (1) Sangat Canggih (1) Scandal BLBI (1) Seharah Pers (1) Sehat Penting (1) Sejarah Politik (1) Sekilas Info (1) Selamat Imlek (1) Sembuhkan Jiwasraya (1) Seni (1) Seniman Bambu (1) Shanzhai (1) Sidak Harga (1) Sidang MPR (1) Sigmun Freud (1) Silaturahmi (1) Sistem Informasi (1) Skema Kerusuhan (1) Skenario 22 Mei (1) Skenario Demonstrans (1) Skripsi (1) Soekarno (1) Stasiun KA (1) Suku Minang (1) Sumber Inspirasi (1) Super Power (1) Superkarya (1) Syirianisasi (1) System Informasi (1) TKA Siapa Takut (1) Tahun Kampret (1) Taliban (1) Tanda Kehormatan (1) Tanda Zaman (1) Tanggapan Atas Pidato (1) Tanya Jawab (1) Tebang Pilih (1) Teori Kepribadian (1) Terkaya Indonesia (1) Terorisme (1) Terrorisme (1) Tidak Becus Kerja (1) Tindakan Makar (1) Tingkat Kemiskinan (1) Tinjauan Filsafat (1) Tips dan Trik (1) Toleransi Identitas (1) Travelling (1) Tuan Rumah (1) Tukang Kayu (1) UU Cipta Kerja (1) Ucapan Gong Xi Fat Choi (1) Ulama Bogor (1) Ulasan Berita (1) Ulasan Suriah (1) Ustadz Bangsa (1) Via Vallen (1) Virus Covid-15 (1) Wajib Baca (1) Wakil Tuhan (1) Wali Kota (1) Wanita Kartini (1) Wewenang (1) Yusril Blakblakan (1) breaing news (1) karo (1) kontemporer (1) tari (1)