Sebagian orang lagi mungkin akan menyebut bahwa Jokowi adalah pribadi yang sangat merakyat. Dalam setiap kunjungannya ke berbagai daerah, kita melihat betapa Jokowi sangat dekat dengan rakyatnya. ia tidak sungkan untuk turun langsung menemui masyarakat, berbincang hangat dengan mereka tanpa ada sekat di antara mereka.
Jokowi juga mungkin dianggap sebagai seorang pemimpin pendobrak. Saudara kita di Papua telah merasakan pemikiran dan kebijakannya yang revolusioner itu. Jokowi hadir tidak dengan cara-cara yang biasa yang kesannya hanya seremonial belaka. Namun, ia hadir langsung di pusat-pusat permasalahan yang selama ini tidak tersentuh.
Visi revolusioner Jokowi begitu terasa di wilayah timur Indonesia. Di samping fasilitas jalan yang terus digenjot, Jokowi juga secara berkelanjutan menjawab segala persoalan klasik yang selama ini seakan-akan tidak terpecahkan. Fasilitas pertanian seperti embung dan bendungan, pun pembukaan lahan persawahan baru dikerjakan secara massif.
Begitu juga pelabuhan serta bandara udara diperbaiki serta dibangun untuk menekan harga-harga yang cukup mahal selama ini. Anggaran untuk pembangunan berbagai infrastruktur di Indonesia pada APBN 2018, sebagian besarnya dialokasikan untuk pembangungan infrastruktur di berbagai tempat di Indonesia Timur.
Akan tetapi, bagi mereka yang kepentingannya terganggu, Jokowi memang kejam. Kebijakan Jokowi menenggelamkan kapal-kapal asing illegal yang memasuki wilayah perairan Indonesia, lewat Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti misalnya, membuat para pengusaha yang selama ini menikmati hasil dari penangkapan ikan illegal di laut Indonesia berang. Namun bagi Muhammad Lutfi, mantan Menteri Perdagangan di era pemerintahan SBY itu, Jokowi bukanlah seperti apa yang selama ini digambarkan oleh Fadli Zon, Fahri Hamzah, atau Ferdinand Hutahaean. Menurutnya, Jokowi adalah seorang pemimpin sederhana, rendah hati, dan pekerja keras yang mempunyai komitmen untuk rakyatnya.
Muhammad Lutfi merupakan seorang pengusaha yang pernah dipercaya oleh SBY untuk menduduki beberapa jabatan strategis di negeri ini. Tahun 2005, ia diangkat oleh SBY untuk duduk sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Selanjutnya pada Agustus 2010, ia ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Jepang dan Federasi Mikronesia. Beberapa bulan sebelum SBY mengakhiri masa jabatannya, ia dipercaya menjadi Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu II menggantikan Gita Wirjawan. Lebih dari setengah tahun ia duduk sebagai orang nomor satu di kementerian yang mengurusi perdagangan Indonesia itu.
Nah, baru-baru ini, sebuah video berisi kesaksian Muhammad Lutfi tentang kebersahajaan Jokowi beredar di media sosial. Mantan anak buah SBY itu mengutarakan sebuah fakta tentang seorang Jokowi. Ia menceritakan betapa ia begitu terkaget-kaget dan kagum melihat kesederhanaan dan kekuatan hati mantan Wali Kota Solo itu.
Suatu waktu, ketika ia masih duduk sebagai Kepala BKPM, ia mengadakan kunjungan kerja ke kota Solo yang pada waktu itu Jokowi merupakan wali kota di daerah itu. Dan ternyata, pertemuan pertamanya dengan Jokowi si tukang kayu itu meninggalkan kesan yang cukup mendalam serta pelajaran hidup yang sangat berharga.
“…Saya hanya datang ke kota Solo. Jadi dijemputlah oleh wali kota namanya Ir. Joko Widodo. Jadi Pak Jokowi itu terima saya di depan itu, dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Satu yang saya ingat sampai hari ini adalah pelayanan dari pada KTP musti selesai dalam waktu yang ditunggu. Artinya musti ditunggu bisa jadi selesai. Pada saat itu adek-adekku, ngurus KTP itu bisa satu hari, bisa seminggu, bisa sebulan, bisa tiga bulan, suka-suka hati. Tergantung bayarnya berapa…” Muhammad Lutfi bercerita, bahwa alasan utama kenapa Jokowi memerintahkan untuk mengurus KTP harus selesai satu jam adalah karena warga Solo itu kebanyakan orang miskin. Jadi, menurut Jokowi, jika warga Solo mengurus KTP harus menghabiskan waktu selama satu hari, maka mereka akan bekerja selama 4 hari untuk membayar kerugian mereka dalam satu hari itu.
Mantan Menteri Perdagangan itu melanjutkan kesaksiannya bahwa para pegawai yang bertugas untuk mengurusi KTP, oleh Jokowi diwajibkan memakai seragam. Untuk apa? Agar mereka dapat menghargai dirinya. Sebab menurut Jokowi, jika para petugas itu dapat menghargai dirinya, maka mereka akan menghargai rakyat yang mereka layani.
Mantan Kepala BKPM itu, lalu menceritakan pengalamannya tentang kesederhanaan seorang Jokowi. Ia berkisah ketika hendak pulang dari Solo ke Jakarta, ternyata ia satu pesawat dengan Jokowi sebab Jokowi ada pertemuan di sebuah hotel di Jakarta. Namun tempat duduknya berbeda. Jika Lutfi duduknya di depan, Jokowi duduk di belakang.
Wah, betapa herannya mantan pembantu SBY itu. Ia berujar, “…Ini, dia (Jokowi) duduk, jalan langsung ke belakang, bawa tas satu biji ga ada orang yang ngikuti, seeendirian. Jadi ini orang bawa tas plastik, duduk di belakang. Eh kaget kan saya. Sederhana sekali ini orang. Setelah selesai, begitu dia keluar pesawat, saya tunggu dia. Saya pikir ada yang jemput dong di luar. Ehh, kawan ini udah ngantri taksi. Astagfirullah!”
Keheranan seorang Muhammad Lutfi tidak berhenti sampai di situ. Ia bercerita, bahwa setibanya di Jakarta, ia memerintahkan bawahannya untuk mempersiapkan mobil yang paling bagus serta ajudan dan sopir untuk mengawal Jokowi selama di Jakarta. Dan, rasa salut Muhammad Lutfi terhadap Jokowi semakin bertambah-tambah.
Jokowi ternyata menolak pengawalan itu. Jokowi justru memberi sang sopir dan ajudan tersebut uang dan menyuruh mereka pulang. Jokowi lebih memilih naik taksi. Sungguh luar biasa presiden kita itu. Lalu, dengan pernyataan yang begitu menyentuh, Muhammad Lutfi menutup kata sambutannya. Ia berujar,
“Jadi adek-adekku sekalian. Waktu kita lihat beliau kampanye tahun 2014 naik pesawat kelas ekonomi. Saya adalah saksi matanya. Bukan dia itu pencitraan. Saya saksinya. Kita melihat bahwa ini orang memang bukan sembarangan. Jadi memang hatinya adalah memang hati yang lembut. Orangnya rendah hati. Karena dia rendah hati, orangnya pekerja keras dan dia punya suatu komitmen untuk rakyat. Dua kali dipilih di Solo itu, angka kemenangannya itu yang kedua lebih dari 90 persen. Jadi bukan saya tidak percaya sama Sandi, tapi saya percaya bahwa Jokowi akan menyejahterakan Indonesia.”
Sungguh sebuah kesaksian yang begitu menyentuh. Tetap sehat dan kuat Pak Jokowi. Ada ratusan juta rakyat yang begitu mencintai dan menaruh rasa hormat yang begitu tinggi kepada Bapak. Salam satu jempol!
Source : https://seword com/politik/merinding-dengar-ceritanya-kesaksian-mantan-menteri-sby-tentang-jokowi-DQpLnrhJQ
https://news.iniok.com/2020/12/merinding-dengar-ceritanya-kesaksian.html
No comments:
Post a Comment