*HIMBAUAN PADA KAK SETO*...🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Kak Seto sebagai Ketua LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) mengunjungi anak cucu Moh Rizieq Sihab (MRS) di kediamannya di Petamburan pada 15 Desember 2020, dg alasan ingin melihat kondisi psikologis mereka paska teror di Jl Tol.
Dan yg “menteror” ternyata polisi.
Alasannya mobil yg ditumpangi berjalan sangat kencang.
Takut mereka stres?
Apa kak Seto sebagai psikolog tidak tahu, bahwa kondisi bapak dan kakek mereka MRS yg lari keluar negeri, sebagai “ buron” JUSTRU bisa menyebabkan kondisi psikologis mereka terganggu? Sebagai buronan selama 3,5 tahun dinegeri orang itu justru bisa menyebabkan kondisi psikologis anak terguncang.
Apalagi kakeknya pernah dipanggil polisi Arab Saudi gara2 memasang bendera mirip bendera ISIS.
Pidato “Bapak/kakek” MRS” hampir selalu mengandung umpatan dan ujaran kebencian.
*Lalu apa yang dilakukan LPAI pada anak2 yang diajak demo*, meneriakkan ujaran kebencian pada Presiden yang sah?
Indoktrinasi sesat pada anak tentang bentuk dan dasar negara yang bertentangan dengan bentuk dan dasar negara yang sah ?
Semuanya bisa menyebabkan goncangan psikologis pada pembentukan kepribadian anak. *Mendidik mereka menjadi pemberontak dan pembangkang pada NKRI*.
Apakah Kak Seto dan LPAI secara nyata peduli pada Nation and Character Building?
Yaitu suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila?
Kalaupun peduli apa pernah di foto dan dimasukkan Sosmed agar masyarakat luas tahu?
Kak Seto selama ini sudah menjadi idola anak-anak Indonesia.
Namun dengan tindakannya KHUSUS mengunjungi anak dan cucu MRS, “sosok kontroversi” di kediamannya dan di ekspose di medsos, kak Seto sebagai pribadi atau sebagai Ketua LPAI, mau tidak mau telah menunjukkan keberpihakkan.
Tokoh Idola seperti kak Seto dengan sepak terjangnya selama ini patut diacungi jempol! Namun mempertahankan kondisi terhormat itu juga tidak mudah.
Jangan sampai pepatah “Karena Nila setitik, rusak susu sebelanga” terjadi pada kak Seto.
Salam hormat.
Retno Triani Soekonjono
Psikolog.
No comments:
Post a Comment