JOKOWI DITIKAM DARI BARAT, TIMUR, DARI LUAR DAN DALAM
Tampaknya banyak yang tidak suka jika Indonesia maju. Banyak yang kebakaran celana dalam jika negeri ini membangun.
Di Timur, tetiba gerakan separatisme menggila. Mereka membantai pekerja yang hendak membangun Papua. Padahal di Papua terhampar sumberdaya alam yang selama ini dikuasai asing. Ketika Jokowi memerintahkan agar proses divestasi Freeport harus selesai sebelum tutup tahun, tetiba keberingasan meledak. Entah dari mana mereka bergerak.
Tujuannya jelas. Slogan Jokowi untuk membangunan Papua, hendak dicoreng.
Di bagian Barat, kelompok radikal sedang memainkan taringnya. Lihat saja. Kelompok pendukung khilafah dan kaum Islam politik tumbuh subur di Sumatera. Orang-orang digiring dengan kebencian agama. Tujuannya sama, mengganggu konsolidasi pembangunan.
Dari luar negeri, statemen duta besar Saudi yang menuduh Ansor organisasi sesat bukan tanpa sengaja. Berhasil merangsek langsung ke jantung emosi umat NU. Penjaga NKRI ini sedang dikoyak martabatnya. (baca terus narasi menarik berikut di bawah ...👨👇 )
Osama Al-Suaib memang telah mengedit tuitnya. Tapi ia tak kunjung minta maaf telah memasuki permasalahan internal negeri kita. Sesuatu yang diharamkan dalam adab diplomasi internasional.
Repotnya, para bakul politik ikut menabuh genderang yang memicu keributan. Prabowo di Singapura bicara soal korupsi seolah negeri ini mau hancur. Ia ingin memeloroti kepercayaan asing pada Indonesia. Padahal partainya paling banyak mengajukan Caleg mantan koruptor.
Singapura termasuk negara yang terganggu dengan pembangunan Indonesia. Usaha pemerintah untuk menarik seluruh aset warga dari luar negeri ke dalam sistem fiskal nasional --dengan amnesti pajak-- sangat menganggu ekonomi negeri Singa itu. Belum lagi beroperasinya pelabuhan besar di Sumatera Utara. Kapal-kapal yang sebelumnya bersandar di Singapura kini bisa langsung masuk Indonesia. Pendapatan negeri itu melorot.
Jika mereka memberi panggung pada Prabowo untuk meracau tentang keburukan Indonesia, bahkan memakai data yang salah, rasanya bisa dimaklumi. Singapura terganggu dengan kebangkitan Indonesia yang dikomandoi Jokowi. Mereka ingin Indonesia seperti dulu. Indonesia yang gampang dikibuli. Di tangan Prabowo-Sandi, harapan itu disandarkan.
Membangkitkan harga diri bangsa, memang bukan jalan mudah. Nasionalisme bisa diartikan sebagai ancaman kepentingan asing. Kemajuan ekonomi Indonesia juga dianggap ancaman. Tantangan inilah yang dihadapi Jokowi.
Lelaki kurus tukang kayu ini tidak muluk-muluk berfikirnya. Ia hanya ingin Indonesia bisa sejajar dengan negara lain. Ia ingin kesejahteraan rakyat meningkat pesat. Ia ingin meletakkan pondasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Justru karena itulah Jokowi dimusuhi.
Asing memusuhinya, karena Jokowi sangat telaten menjaga kekayaan alam Indonesia. Elit lokal memusuhinya karena Jokowi menutup semua celah yang biasa mereka nikmati untuk menggarong kekayaan rakyat.
Kelompok garis keras memusuhi, karena garis politik Jokowi menghambat pergerakan mereka. Sumber daya ekonomi mereka juga dipotong. Jokowi mengeluarkan UU yang melarang Ormas radikal ada di Indonesia.
Indonesia adalah negara kaya yang selama ini dikelilingi perompak. Semua berebut menikmati bancakan. Dulu elitnya masa bodoh, bahkan ikut beramai-ramai menghabisi kekayaan Indonesia. Rakyat gigit jari.
Kini Jokowi membuka mata semua orang, bahwa kita bisa berdiri di kaki sendiri. Kita bisa mengelola kekayaan sendiri untuk kesejahteraan rakyat.
Sepanjang pemerintah mau kerja serius, mau bersusah-susah menjaga harta rakyat, kita punya peluang untuk maju. Tapi ingat, tidak semua orang suka dengan rakyat yang cerdas dan bermartabat. Apalagi kemajuan ini berakibat pada tertutupnya sumber nafkah mereka.
Itulah yang dihadapi Jokowi sekarang. Apakah kita akan membiarkannya berjalan sendirian?
"Mas, Jokowi gak akan sendirian. Ia bukan jelangkung, yang datang gak dijemput, pulang gak diantar. Ia Presiden kita, mas," ujar Abu Kumkum.
Eko Kuntadhi
No comments:
Post a Comment