SURAT TERBUKA UNTUK
BENNY K. HARMAN,
ANGGOTA DPR RI DAPIL NTT 1
Mengawali surat terbuka ini saya hendak menyapamu dengan sapaan “co, kreba leso ho’o, kraeng tua? Apa kabar hari ini, bapak? Sapaan itu adalah sapaan khas masyarakat Manggarai di tanah Flores, Nusa Tenggara Timur. Sapaan khas suara rakyat yang mengantarmu duduk di kursi parlemen Indonesia, dengan harapan mendapatkan balasan dari saudara dengan jawaban “porong dia-dia kaud” (saya baik-baik saja).
Saudara Benny K. Harman yang terhormat,
Hari Selasa tanggal 23 Februari 2021 menjadi hari yang sangat bersejarah bagi rakyat Sumba dan rakyat Flores, Nusa Tenggara Timur. Ya, penantian rakyat Sumba dan Flores akan kedatangan sang pemimpin, Presiden RI yang sejak awal pelantikannya hanya disaksikan melalui layar kaca akhirnya terjawab dengan hadirnya Presiden Jokowi di tanah Marapu dan Nusa Nipa. Hanya dengan melihat wajah sang Presieden dari kejauhan, masyarakat sangat bergembira. Sikap tulus rakyat Sumba dan Flores menyambut kehadiran Sang Presiden RI itu pun diutarakan lewat doa dan ucapan syukur rakyat Sumba dan Flores seperti dalam ungkapan “Tuhan, tolong jaga Jokowi, dia orang baik”. Mungkin saja ditengah merumunan masyarakat yang menanti hadirnya Presiden di tanah Sumba dan tanah Flores beberapa hari yang lalu terdapat sahabat kenalan, keluarga ataupun ipar Saudara yang merupakan masyarakat Kabupaten Sikka. Luapan emosi kegembiraan masyarakat dengan berbagai opini, pendapat, pesan dan kesan dalam kunjungan kerja Presiden ke NTT, dapat Saudara temukan jejaknya media sosial, haruslah Saudara tanggapi dengan cara pandang sosial masyarakat.
Saudara Benny K. Harman Yang Terhormat,
Tercatat dalam ingatan kolektif masyarakat Sumba dan Flores bahwa dari 13 wakil rakyat NTT di Parlemen Nasional, Saudara menjadi satu-satunya wakil rakyat NTT di Parlemen Nasional yang menyalahkan Presiden telah melanggar Protokol Kesehatan, padahal Saudara tahu betul kerumunan massa menyambut sang pemimpin itu terjadi secara apa adanya. Dalam pernyataan Saudara di Kompas TV beberapa hari yang lalu, Saudara secara sadar dan tega mendoakan masyarakat NTT di dua wilayah itu dengan mengatakan “Masyarakat NTT rela korbankan dirinya terpapar COVID-19 hanya untuk melihat pemimpinnya”.
Kalau saja Saudara bukan berasal dari tanah Flores, Nusa Tenggara Timur, masyarakat Sumba dan Flores tidak terlalu memikirkan apalagi menanggapi pernyataan Saudara tersebut. Kalau saja Saudara bukan berasal dari Nusa Tenggara Timur, maka pernyataan Saudara akan disejajarkan dengan H. A Bakri HM, S.E., Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jambi yang mengatakan “Tak ada yang istimewa di NTT kecuali komodo”. Saudara H. A Bakri HM, S.E adalah wakil rakyat Jambi di Parlemen Nasional yang tidak memahami nilai-nilai antropoligis dan sosiologis masyarakat NTT. Hal ini berbeda dengan Saudara yang berasal dari rahim bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor) tentu sangat memahami karakter masyarakat NTT sehingga pernyataan Saudara sebagai wakil rakyat Flores, Alor Lembata di Parlemen Nasional yang mengatakan “Masyarakat NTT rela korbankan dirinya terpapar COVID-19 hanya untuk melihat pemimpinnya”, menunjukkan minimnya apresiasi Saudara terhadap rakyat Sumba dan Flores, Nusa Tenggara Timur. Jika untuk mengapresiasi dan menghargai perasaan rakyat Sumba dan Flores dalam menyambut Sang pemimpinnya saja tidak Saudara miliki, lalu apa yang yang harus kami banggakan dari Saudara sebagai wakil kami di Parlemen Nasional?
Sebagai seorang anggota Parlemen Nasional berlatar belakang pendidikan Strata 3 seharusnya Saudara melihat luapan kegembiraan masyarakat Sumba dan Flores menyambut kedatangan Presiden RI tersebut dari sudut pandang sosiologis dan budaya menerima tamu ala orang NTT dan bukan melihat dari sudut pandang sempit Saudara sebagai oposisi Pemerintah.
Saudara sebagai 1 dari jutaan rakyat Flores yang bernasib baik di tanah rantau seharusnya mengeluarkan pernyataan yang membuat rakyat Sumba dan Flores bersimpati dan mencintaimu seperti cinta rakyat Sumba dan Flores kepada Presiden RI. Saudara harusnya berpikir terlebih dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan itu, apakah pernyataan itu akan diterima oleh mayoritas masyarakat Sumba dan Flores atau sebaliknya mendengar nama mu saja masyarakat menjadi antipati.
Saudara harus ingat bahwa kursi yang Saudara tempati di Parlemen Nasional saat ini tidak turun dari langit Cikeas tetapi dari ratusan ribu doa dan harapan suara masyarakat yang tak bersuara di tanah lahirmu, Flores, Nusa Tenggara Timur, rakyat yang beberapa hari yang lalu bergembira menyambut kehadiran sang Pemimpinya di tanah Sumba dan Flores telah Saudara doakan agar terpapar Covid-19. Saudara Benny K. Harman, tidakkah Saudara sadari bahwa karakter dasar yang dimiliki oleh rakyat Sumba dan Flores adalah loyal terhadap pimpinannya. Loyalitas itu pun telah ditunjukkan oleh rakyat Sumba dan Flores ketika menyambut Sang Presiden dalam kunjungan kerjanya ke NTT beberapa hari yang lalu. Di sisi yang sama dari sudut pandang yang berbeda, karakter loyal terhadap pimpinan itu pun telah mengantarkan Saudara untuk menempati sejumlah pos penting baik di Partai Politik maupun di Parlemen Nasional.
Dalam menyambut kehadiran Presiden di tanah Sumba dan Flores, masyarakat Sumba dan Flores tidak pernah menerima undangan, himbauan atau apapun bentuk pemberitahuan agar berkumpul dalam jumlah yang banyak menyambut sang Presiden. Luapan kegembiraan masyarakat menyambut kedatangan Presiden mengalir seperti air tanpa balutan kepentingan politik dan lain sebagainya. Hal yang sama pun terjadi di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT ketika menyambut kunjungan Presiden beberapa waktu yang lalu semuanya berjalan apa adanya tanpa balutan kepentingan politik dan lain sebagainya. Oleh karena itu penyataan Saudara di Kompas TV yang mengatakan “Masyarakat NTT rela korbankan dirinya terpapar COVID-19 hanya untuk melihat pemimpinnya”, sungguh sangat melukai perasaan masyarakat Sumba dan Flores. Dengan entengnya Saudara menyatakan “Presiden jelas kasat mata melanggar Prokes. Aturan yang dibikin Presiden sendiri”. Akan lebih bemartabat jika Saudara mengatakan “saya mengerti luapan kegembiraan masyarakat Sumba dan Flores menyambut kedatangan Presiden karena saya pun bagian dari mereka”. Pernyatan itu akan selalu dikenang oleh masyarakat Sumba dan Flores sebagai wujud penghargaan Saudara sebagai wakil rakyat NTT di Parlemen Nasional. Namun jika Saudara tidak dapat menghargai perasaan rakyat Sumba dan Flores dalam menyambut kedatangan Presiden, lebih baik Saudara diam. Ya, sikap diam menjadi pilihan yang tepat bagi Saudara untuk tidak mengomentari luapan kebahagiaan rakyat Sumba dan Flores menyambut kedatangan Presiden di tanah Marapu dan Nusa Nipa. Seperti dalam tutur lisan di tanah Manggarai, Flores, tempat Saudara dilahirkan terdapat sebuah ungkapan yang mengatakan “eme toe harga ami lehau ga, com hema hau” (jika kau tidak bisa menghargai kami, lebih baik kau diam).
Saudara Benny K. Harman, masih terngiang dalam ingatanku beberapa saat yang lalu dalam sebuah kesempatan Saudara mengatakan bahwa orang Maumere hanya bisa omong. Dan kini ketika Presiden mengunjungi nian Sikka tanah Alok, Saudara kembali membuat pernyataan yang bertolak belakang dengan suara mayoritas masyarakat yang merindukan hadirnya Presiden di nian tanah Sikka. Kehadiran Presiden di nian tanah Sikka untuk meresmikan bendungan mega proyek “Napun Gete”, secara tidak langsung telah membuktikan kepada Saudara, bahwa orang Maumere tidak hanya omong tapi bekerja. Sekecil apapun kontribusi masyarakat, mereka telah mendukung hadirnya proyek strategis nasional tersebut. Di sisa masa jabatan Saudara sebagai anggota Parlemen Nasional saya mengharapkan hadirnya buah karya Saudara di tanah Sumba dan Flores seperti yang sudah dilakukan oleh Presiden sehingga Saudara pun tidak dikenang sebagai orang Flores yang suka mencari-cari kesalahan Presiden.
Dengan segala keterbatasan yang ada ditengah masyarakat, kami rakyat Sumba dan Flores tidak akan pernah membalas ucapanmu yang menyakitkan yang telah mengatakan “masyarakat NTT rela korbankan dirinya terpapar COVID-19 hanya untuk melihat pemimpinnya”. Tetapi suara rakyat Sumba dan Flores akan dibuktikan dibilik suara jika kelak Saudara akan mencalonkan diri kembali menjadi Gubernur NTT 2023-2028 seperti pada 2 periode sebelumnya. Disanalah pembuktian akan nilai argumentasi dan kewibawaanmu sebagai calon pemimpin, seperti sebuah adagium Romawi yang mengatakan “Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio” (nilai wibawa seseorang hanya setinggi nilai argumentasinya).
Teriring salam dan doaku agar Saudara pun mempersembahkan buah karya mu untuk rakyat Sumba dan Flores seperti yang sudah dilakukan oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo.
Fransisco Soarez
No comments:
Post a Comment