PESAN JOKOWI KE LISTYO SIGIT PRABOWO: HANTAM RADIKALISME TEGAKKAN HUKUM
Pesan Presiden Jokowi kepada Komjen Listyo Sigit Prabowo sangat jelas. Jokowi menginginkan Kapolri yang memiliki haluan tegas. Dia berani memberantas terorisme, intoleransi, diskriminasi, untuk menjaga stabilitas politik. Keputusan Jokowi memilih Listyo Sigit sungguh fenomenal. Dan, sangat menarik.
Catatan Listyo Sigit cemerlang. Tegas. Dia mencokok orang paling licin Djoko S Tjandra. Lalu belakangan memberangus FPI dan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) bersama Fadil Imran dan, pewarna spekrum politik luar biasa Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman, dan Nikita Mirzani.
Kisah operasi penangkapan Djoko S Tjandra spektakuler. Djoko S Tjandra adalah koruptor dengan akar di semua lini. Kejaksaan, Peradilan, Kepolisian, Ketentaraan, dan Politikus. Semua dia kuasai. Maka Jokowi yakin Kabareskrim muda mampu memotong belenggu di internal dan eksternal Polri.
Buron mastermind perampokan Bank BNI Rp1,2 triliun Maria Pauline Lumowa, dia cokok langsung di Serbia. Operasi khusus berikutnya menankap Djoko Tjan di Malaysia. Kenapa operasi khusus dan Listyo Sigit turun langsung? Untuk memotong kepentingan. Dan, hasilnya sukses.
Lumowa dan Djoko Tjandra, bertekuk lutut jadi ayam sayur di depan Listyo Sigit Prabowo. Test case besar inilah yang menjadikan Jokowi yakin akan kemampuan intelijen dan independensi mirip Tito Karnavian dimiliki oleh Listyo Sigit.
Empat hari sebelum beredar resmi, pembicaraan internal Istana Bogor, menyiratkan pertimbangan pengangkatan Komjen Listyo. Di ring 1 beredar suara kekhawatiran persis seperti yang beredar sekarang ini. Bahwa Listyo Sigit beragama Katolik. Pasti kalangan kadrun akan bereaksi.
Pertimbangan subyektif soal agama yang bahkan memengaruhi kalangan orang dewasa rasional. Yang dikhawatirkan akan membuat langkah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tak mampu melangkah seperti Jenderal Idham Aziz dan Jenderal Tito Karnavian.
Jokowi memang mendengarkan. Namun, Jokowi juga seorang visioner yang koppeg: keras kepala. Jokowi tidak suka sama sekali dengan testing the water. Makin dilakukan testing the water makin dia akan menjauh. Jokowi sama sekali tidak suka digiring-giring untuk mengambil keputusan.
Sama halnya, penolakan keras terhadap Listyo bagi Jokowi menjadi semakin menarik. Dia pun mencoret yang sudah mengalami rasa asin peredaran sebagai calon Kapolri. Terpilihlah: Listyo Sigit Prabowo.
Pilihan Jokowi ini memang top. Listyo Sigit sebagai orang Katolik sudah melalui test komunikasi sosial di Jawa Tengah. Pati. Sukoharjo. Banten. Listyo mampu memegang tokoh agama dan masyarakat.
Sebagai Kapolda Banten dia dekat dengan Abuya Muhtadi. Hingga dia tegas menjadi ahli strategi, bersinergi dengan Densus 88, pembuka jalan untuk menangkapi teroris di Ciputat, Pandeglang, Serang, Cilegon, dan wilayah Banten.
Maka ketika menjadi Kabareskrim, dia dengan sigap melakukan pendalaman terhadap strategi menghabisi FPI dan MRS. Pesan tegas perintah menghabisi FPI dan kelompok radikal adalah hal yang tak bisa ditawar. Bukan hanya soal subyektivitas kebencian MRS terhadap Jokowi, namun kekuatan proxy di belakang MRS, pencengkeraman khilafah di lembaga dan BUMN menjadi tantangan besar NKRI. Dan, itu disadari penuh oleh Listyo Sigit Prabowo.
Terkait subyektivitas agama, hingga Listyo dianggap akan mengalami psychological distraction jika harus bertindak keras terhadap terorisme berbau agama, FPI, HTI dan kadrun. Itu soal kecil untuk Jokowi dan Listyo. Penegakan hukum bukan soal agama. Pun Listyo Sigit Prabowo bukan bekerja untuk dirinya. Dia bertindak atas nama Institusi Polri, Negara.
Listyo Sigit Prabowo pun bisa menunjuk Wakapolri, Kabareskrim yang baru sesuai dengan kebutuhan profesional. Jika hanya untuk menjawab subyektivitas agama yang diimani Listyo Sigit Prabowo. Dan, Jokowi paham betul kemampuan manajerial-sosial di institusi profesional Polri.
Untuk itu, semua kekhawatiran publik, dan ketakutan Listyo Sigit tak akan efektif, adalah tidak berdasar. Listyo tidak akan tunduk kepada tekanan, dari mana pun. Promoter: Profesional, Modern, Terpercaya. Itu telah dibuktikan dengan penangkapan Lumowa dan Djoko Tjandra.
Di samping komitmen untuk menyelesaikan PR besar sekarang menghancurkan FPI, HTI dan radikalisme sebagai akar terorisme. Dasar stabilitas NKRI. Untuk penegakan hukum lainnya, menghancurkan terorisme, peredaran narkoba, dan sebagainya. Jejak Tito Karnavian dan Idham Aziz ada pada Listyo Sigit. Harapan Jokowi dan NKRI ada di pundaknya.
(Penulis: Ninoy Karundeng).
No comments:
Post a Comment