*KEJAHATAN SBY YANG TAK TERLIHAT*
Oleh: Saiful Huda Ems.
https://news.iniok.com/2021/02/kejahatan-sby-yang-tak-terlihat.html
Orang sering keliru menilai SBY sebagai sosok yang kalem, kharismatik dan flamboyan, padahal SBY sesungguhnya merupakan sosok yang sangat kejam, brutal dan pendendam. Olehnya beberapa sahabat saya yang saat SBY jadi presiden dan mereka jadi kepala-kepala daerah (Gubernur dan Walikota) selalu saya ingatkan agar hati-hati kalau sudah berurusan dengan Presiden SBY. Kalau mau mengkritisi SBY jangan melalui Handphone karena pasti disadap dan semua info akan didengarnya, dan pasti akan direspon dengan cepat olehnya yang sangat bisa mencelakakan sahabat-sahabat saya itu.
Tetapi mungkin sahabat-sahabat saya (kepala-kepala daerah) itu tidak terlalu menghiraukan saran-saran saya, mereka masih terus dengan beraninya mengkritisi SBY soal skandal Bank Century, pembelian mobil pejabat Toyota Camry Royal Saloon dengan harga milyaran padahal mobil-mobil pejabat saat itu masih bagus-bagus dan layak pakai, renovasi pagar istana hingga puluhan milyar dll. melalui hp ke saya dan ke teman-teman lainnya, akhirnya SBY murka beneran dan mencari-cari kesalahan-kesalahan sahabat-sahabat saya itu, meskipun sesungguhnya hanyalah masalah-masalah kecil tapi hukumannya sangat besar: dikorupsikan !.
Terus ada lagi sahabat senior saya waktu itu yang jadi Gubernur, ketika beliau sedang berjaya beliau diminta oleh SBY melalui orangnya untuk masuk menjadi pengurus Partai Demokrat. Akan tetapi beliau yang merasa sudah dari mudanya berkiprah di Partai Golkar, dan masih jadi pengurus Partai Golkar, tentu saja beliau menolak ajakan SBY melalui orangnya SBY itu untuk masuk dan menjadi pengurus Partai Demokrat. Akibatnya SBY marah dan sahabat saya itu dipenjarakan atas tuduhan korupsi mobil Damkar, padahal harga mobil Damkar itu diputuskan oleh Mendagri dan semua kepala daerah dipaksa harus menerimanya. Emangnya berani gitu Mendagri kala itu berani memutus kebijakan tanpa persetujuan Presiden SBY? Ya nggaklah...
Lalu ada juga sahabat senior saya seorang Walikota yang karena kritisnya pada Presiden SBY saat itu, beliau dituduh telah membantu suksesi Anas Urbaningrum saat mau nyalonin Ketua Umum di Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010. Beliau dituduh membantu Anas Rp. 20 milyar, padahal beliau sama sekali tidak membantu Anas apa-apa kecuali hanya sebatas mendukung secara moril saja karena ketepatan beliau sahabat dekat Anas Urbaningrum. Apa yang terjadi kemudian? SBY memerintahkan Bambang Widjoyanto yang saat itu menjadi salah satu pimpinan KPK untuk segera memenjarakan sahabat saya itu dengan hukuman maksimal. Akibatnya sahabat saya itu kemudian divonis oleh hakim Tipikor dengan hukuman 10 tahun penjara dari tuntutan jaksa 15 tahun penjara atas kasus bansos yang sangat kecil nilainya, yang biasanya orang hanya dipenjara setahun dua tahun tapi ini sepuluh tahun !.
Oh ya, pernah suatu ketika saya jalan-jalan ke Lapas Sukamiskin Bandung, di dalam Lapas itu saya ketemu sahabat senior saya yang secara kebetulan selalu bersama dengan mantan Bendum DPP Partai Demokrat Muhamad Nazarudin (MN) selama di Lapas Sukamiskin. Sahabat senior saya itu bercerita ke saya yang suatu saat pernah bertanya pada MN, "Mas, sebenarnya kasus yang terjadi pada sampeyan itu gimana? Tolong jujur saja ke saya, toh sudah gak ada gunanya kan disini pakai bohong segala? Hehe"...Diapun menjawab:"Sebenarnya dalam kasus saya ini ada empat orang yang paling bersalah dan harusnya semuanya bertanggung jawab, namun ada yang tidak mau bertanggung jawab padahal seharusnya ia yang paling bertanggung jawab. Mereka itu no 2 adalah saya, no 3 itu Mas Anas Urbaningrum, no 4 itu Edhie Baskoro Yudhoyono". Lalu sahabat saya tanya lagi," Lho, kok main lompat saja sih, no 1 nya itu siapa?". Kemudian dia menjawab:"Big Boss". "Big Boss itu SBY ya?" Tanya sahabat saya lagi. Dan dia menganggukkan kepalanya.
SBY itu saya katakan dari awal orangnya kejam dan brutal. Bayangkan, saat itu Partai Demokrat mau mengadakan MUSDA DPD Partai Demokrat, dimana para kader dibebaskan untuk berkompetisi memperebutkan posisi ketua tingkat provinsi (Ketua DPD). Sahabat saya karena sudah didorong oleh banyak kader Partai Demokrat untuk mencalonkan sebagai ketua DPD Partai Demokrat, beliau selama 6 bulan penuh keliling daerah untuk mencari dukungan dari ketua-ketua cabang (DPC). Beliau sudah mendapatkan banyak dukungan bahkan bisa dipastikan akan menang. Namun saat terjadi MUSDA DPD Partai Demokrat, eee...SBY kirim SMS ke anaknya Edhie Baskoro Yudhoyono, dan mengatakan,"Orang itu tidak boleh nyalon !". Orang itu siapa? Ya sahabat saya yang hampir menang tanding itu tadi. Akhirnya sahabat saya itu diam saja, nyaris putus asa karena kerjanya selama berbulan-bulan dan selalu keliling daerah siang malam tidak dihargai oleh Ketum Partai Demokrat saat itu yakni SBY !. SBY kemudian main tunjuk saja orang lain untuk jadi Ketua DPD nya, sedangkan orang itu diam-diam sesungguhnya merupakan ketua tim sukses sahabat saya.
Saya sendiri pada awalnya menjadi pendukung SBY, karena itu saya sempat menjadi relawan SBY dalam PILPRES 2009. Namun saat SBY mulai korup, saya mulai jaga jarak. Kendatipun demikian saat itu saya masih selalu berusaha tabayyun check and recheck dengan berkomunikasi secara intensif meskipun hanya melalui hp ke Andi Malarangeng yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri juga ke Anas Urbaningrum yang saat itu masih jadi Ketum Partai Demokrat dan masih belum ada konflik terbuka dengan SBY. Tetapi dari hasil tabayyun saya tidak puas, akibatnya saya mulai putuskan sejak saat itu untuk terus menggerilya politik SBY. Sayangnya, masyarakat kita saat itu masih tertutupi kemasan pencitraan SBY yang aduhai, hingga SBY tetap jadi presiden hingga periode keduanya berakhir.
Dari penjelasan saya di atas, saya ingin sampaikan pada sahabat-sahabat saya yang sampai saat ini masih jadi pengurus Partai Demokrat, berhati-hatilah dengan SBY. Ia sosok yang selain sangat ambisius, gila hormat, juga merupakan sosok yang sangat kejam, brutal dan pendendam. Sekarang kalian bisa saja tertipu oleh mulut manisnya, namun jika waktunya tiba kalian akan dikorbankannya juga !. Saya pikir kalian lebih hafal dari saya, siapa-siapa saja orang dekatnya yang pernah menjadi korban kejahatannya. Korupsinya ramai-ramai, tapi yang dikorbankan ya anak buahnya saja, agar ia tetap tampak suci dan pantas dianggap sebagai Bapak Bangsa, paling tidak bagi mereka yang akan berkunjung ke Museum Galerinya. Jika kalian masih sahabat saya, jungkalkan dinastinya yang saat ini mengusai partai ! Merdeka !✊...(SHE).
Jakarta, 18 Februari 2021.
https://news.iniok.com/2021/02/kejahatan-sby-yang-tak-terlihat.html
Orang sering keliru menilai SBY sebagai sosok yang kalem, kharismatik dan flamboyan, padahal SBY sesungguhnya merupakan sosok yang sangat kejam, brutal dan pendendam. Olehnya beberapa sahabat saya yang saat SBY jadi presiden dan mereka jadi kepala-kepala daerah (Gubernur dan Walikota) selalu saya ingatkan agar hati-hati kalau sudah berurusan dengan Presiden SBY. Kalau mau mengkritisi SBY jangan melalui Handphone karena pasti disadap dan semua info akan didengarnya, dan pasti akan direspon dengan cepat olehnya yang sangat bisa mencelakakan sahabat-sahabat saya itu.
Tetapi mungkin sahabat-sahabat saya (kepala-kepala daerah) itu tidak terlalu menghiraukan saran-saran saya, mereka masih terus dengan beraninya mengkritisi SBY soal skandal Bank Century, pembelian mobil pejabat Toyota Camry Royal Saloon dengan harga milyaran padahal mobil-mobil pejabat saat itu masih bagus-bagus dan layak pakai, renovasi pagar istana hingga puluhan milyar dll. melalui hp ke saya dan ke teman-teman lainnya, akhirnya SBY murka beneran dan mencari-cari kesalahan-kesalahan sahabat-sahabat saya itu, meskipun sesungguhnya hanyalah masalah-masalah kecil tapi hukumannya sangat besar: dikorupsikan !.
Terus ada lagi sahabat senior saya waktu itu yang jadi Gubernur, ketika beliau sedang berjaya beliau diminta oleh SBY melalui orangnya untuk masuk menjadi pengurus Partai Demokrat. Akan tetapi beliau yang merasa sudah dari mudanya berkiprah di Partai Golkar, dan masih jadi pengurus Partai Golkar, tentu saja beliau menolak ajakan SBY melalui orangnya SBY itu untuk masuk dan menjadi pengurus Partai Demokrat. Akibatnya SBY marah dan sahabat saya itu dipenjarakan atas tuduhan korupsi mobil Damkar, padahal harga mobil Damkar itu diputuskan oleh Mendagri dan semua kepala daerah dipaksa harus menerimanya. Emangnya berani gitu Mendagri kala itu berani memutus kebijakan tanpa persetujuan Presiden SBY? Ya nggaklah...
Lalu ada juga sahabat senior saya seorang Walikota yang karena kritisnya pada Presiden SBY saat itu, beliau dituduh telah membantu suksesi Anas Urbaningrum saat mau nyalonin Ketua Umum di Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010. Beliau dituduh membantu Anas Rp. 20 milyar, padahal beliau sama sekali tidak membantu Anas apa-apa kecuali hanya sebatas mendukung secara moril saja karena ketepatan beliau sahabat dekat Anas Urbaningrum. Apa yang terjadi kemudian? SBY memerintahkan Bambang Widjoyanto yang saat itu menjadi salah satu pimpinan KPK untuk segera memenjarakan sahabat saya itu dengan hukuman maksimal. Akibatnya sahabat saya itu kemudian divonis oleh hakim Tipikor dengan hukuman 10 tahun penjara dari tuntutan jaksa 15 tahun penjara atas kasus bansos yang sangat kecil nilainya, yang biasanya orang hanya dipenjara setahun dua tahun tapi ini sepuluh tahun !.
Oh ya, pernah suatu ketika saya jalan-jalan ke Lapas Sukamiskin Bandung, di dalam Lapas itu saya ketemu sahabat senior saya yang secara kebetulan selalu bersama dengan mantan Bendum DPP Partai Demokrat Muhamad Nazarudin (MN) selama di Lapas Sukamiskin. Sahabat senior saya itu bercerita ke saya yang suatu saat pernah bertanya pada MN, "Mas, sebenarnya kasus yang terjadi pada sampeyan itu gimana? Tolong jujur saja ke saya, toh sudah gak ada gunanya kan disini pakai bohong segala? Hehe"...Diapun menjawab:"Sebenarnya dalam kasus saya ini ada empat orang yang paling bersalah dan harusnya semuanya bertanggung jawab, namun ada yang tidak mau bertanggung jawab padahal seharusnya ia yang paling bertanggung jawab. Mereka itu no 2 adalah saya, no 3 itu Mas Anas Urbaningrum, no 4 itu Edhie Baskoro Yudhoyono". Lalu sahabat saya tanya lagi," Lho, kok main lompat saja sih, no 1 nya itu siapa?". Kemudian dia menjawab:"Big Boss". "Big Boss itu SBY ya?" Tanya sahabat saya lagi. Dan dia menganggukkan kepalanya.
SBY itu saya katakan dari awal orangnya kejam dan brutal. Bayangkan, saat itu Partai Demokrat mau mengadakan MUSDA DPD Partai Demokrat, dimana para kader dibebaskan untuk berkompetisi memperebutkan posisi ketua tingkat provinsi (Ketua DPD). Sahabat saya karena sudah didorong oleh banyak kader Partai Demokrat untuk mencalonkan sebagai ketua DPD Partai Demokrat, beliau selama 6 bulan penuh keliling daerah untuk mencari dukungan dari ketua-ketua cabang (DPC). Beliau sudah mendapatkan banyak dukungan bahkan bisa dipastikan akan menang. Namun saat terjadi MUSDA DPD Partai Demokrat, eee...SBY kirim SMS ke anaknya Edhie Baskoro Yudhoyono, dan mengatakan,"Orang itu tidak boleh nyalon !". Orang itu siapa? Ya sahabat saya yang hampir menang tanding itu tadi. Akhirnya sahabat saya itu diam saja, nyaris putus asa karena kerjanya selama berbulan-bulan dan selalu keliling daerah siang malam tidak dihargai oleh Ketum Partai Demokrat saat itu yakni SBY !. SBY kemudian main tunjuk saja orang lain untuk jadi Ketua DPD nya, sedangkan orang itu diam-diam sesungguhnya merupakan ketua tim sukses sahabat saya.
Saya sendiri pada awalnya menjadi pendukung SBY, karena itu saya sempat menjadi relawan SBY dalam PILPRES 2009. Namun saat SBY mulai korup, saya mulai jaga jarak. Kendatipun demikian saat itu saya masih selalu berusaha tabayyun check and recheck dengan berkomunikasi secara intensif meskipun hanya melalui hp ke Andi Malarangeng yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri juga ke Anas Urbaningrum yang saat itu masih jadi Ketum Partai Demokrat dan masih belum ada konflik terbuka dengan SBY. Tetapi dari hasil tabayyun saya tidak puas, akibatnya saya mulai putuskan sejak saat itu untuk terus menggerilya politik SBY. Sayangnya, masyarakat kita saat itu masih tertutupi kemasan pencitraan SBY yang aduhai, hingga SBY tetap jadi presiden hingga periode keduanya berakhir.
Dari penjelasan saya di atas, saya ingin sampaikan pada sahabat-sahabat saya yang sampai saat ini masih jadi pengurus Partai Demokrat, berhati-hatilah dengan SBY. Ia sosok yang selain sangat ambisius, gila hormat, juga merupakan sosok yang sangat kejam, brutal dan pendendam. Sekarang kalian bisa saja tertipu oleh mulut manisnya, namun jika waktunya tiba kalian akan dikorbankannya juga !. Saya pikir kalian lebih hafal dari saya, siapa-siapa saja orang dekatnya yang pernah menjadi korban kejahatannya. Korupsinya ramai-ramai, tapi yang dikorbankan ya anak buahnya saja, agar ia tetap tampak suci dan pantas dianggap sebagai Bapak Bangsa, paling tidak bagi mereka yang akan berkunjung ke Museum Galerinya. Jika kalian masih sahabat saya, jungkalkan dinastinya yang saat ini mengusai partai ! Merdeka !✊...(SHE).
Jakarta, 18 Februari 2021.
Ketua Umum Pimpinan Pusat HARIMAU PERUBAHAN:
Saiful Huda Ems (SHE).
Tembang Lawas Nostalgia 80an – 90an Terbaik Sepanjang Masa
No comments:
Post a Comment