*APA ARTINYA EFIKASI VAKSIN 65,3 % ?*
https://news.iniok.com/2021/01/apa-artinya-efikasi-vaksin-653_11.html*Saat yang ditunggu-tunggu tiba*, yaitu pengumuman *hasil uji klinik (interim report) vaksin* Sinovac sekaligus pemberian ijin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization = EUA) kepada PT Bio Farma sebagai pengusung vaksin ini di Indonesia. Paling tidak sebagian besar pertanyaan telah terjawab mengenai efikasi dan keamanannya.
*Vaksin Sinovac dinyatakan memiliki efikasi 65,3%, dan dari segi keamanan dinyatakan aman.* Kekuatiran tentang kejadian antibody-dependent enhancement (ADE) seperti yang banyak disebut di beberapa media sosial dan menjadi ketakutan banyak orang tidak terjadi pada uji klinik Sinovac di Indonesia, maupun di Turki dan Brazil. Tapi kemudian banyak orang bertanya, kok efikasinya lebih rendah daripada yang di Turki atau Brazil ya?
*BAGAIMANA CARA MENGHITUNGNYA?*
Vaksin dengan efikasi atau kemanjuran 65,3% dalam uji klinik berarti terjadi penurunan 65,3% kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi (atau plasebo). Dan itu didapatkan dalam suatu uji klinik yang kondisinya terkontrol. Jadi misalnya pada uji klinik Sinovac di Bandung yang melibatkan 1600 orang, terdapat 800 subyek yang menerima vaksin, dan 800 subyek yang mendapatkan placebo (vaksin kosong). Jika dari kelompok yang divaksin ada 26 yang terinfeksi (3.25%), sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang yang kena Covid (9.4%), maka efikasi dari vaksin adalah = (0.094 – 0.0325)/0.094 x 100% = 65.3%. Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak.
*Efikasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal dari tingkat risiko infeksi tempat uji*, karakteristik subyek ujinya, pola kesehatan masyarakat, dll. Jika subyek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat. Jadi misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo bertambah menjadi 120 yg terinfeksi, maka efikasinya menjadi 78.3%.
*Uji klinik di Brazil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan*, *sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi*. Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil. Jika subyek placebonya berisiko rendah, apalagi taat dengan prokes sehingga tidak banyak yg terinfeksi, maka perbandingannya dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, dan menghasilkan angka yang lebih rendah. Dan mungkin juga ada faktor2 lainnya yang berpengaruh terhadap hasil uji kliniknya. (lanjutkan baca ulasan ilmiah berikut ini....👲👵👸👇 )
*APAKAH EFIKASI SEBESAR ITU DAPAT BERDAMPAK SIGNIFIKAN?*
Penurunan kejadian infeksi sebesar 60%-an secara populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak ikutan yang panjang. Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8 juta yang bisa terinfeksi, maka jika program vaksinasi berhasil hanya ada 3 juta penduduk yang terinfeksi. Dapat dihitung (0.08 – 0.03)/0.08 x 100% = 62.5%. Jadi ada 5 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah 5 juta kejadian infeksi tentu sudah sangat bermakna dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan. Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, yaitu jika dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity.
*Mungkin ada yang mengatakan bahwa ini terlalu optimistik..* yah, hidup harus optimis dan berpikir positif, dengan tetap berupaya dan menyiapkan diri dengan skenario apapun.
Jadi, saya pribadi masih menaruh harapan kepada vaksinasi, semoga bisa mengurangi angka kejadian infeksi COVID di negara kita. Apalagi jika didukung dengan pemenuhan protokol kesehatan yang baik, semoga dapat menuju pada pengakhiran pandemi COVID di Indonesia.
*A GOOD START*
Ketika tadi diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65.3%, mungkin ada yang kecewa.. kenapa kok rendah... Tapi menurut saya it is a good start… apalagi batasan minimal FDA, WHO dan EMA pun utk persetujuan suatu vaksin adalah 50%. Artinya, secara epidemiologi, menurunkan kejadian infeksi sebesar 50% itu sudah sangat berarti dan menyelamatkan hidup banyak orang. Kita akan menunggu efektivitas vaksin setelah dipakai di masyarakat. Dan perlu diingat bahwa karena ini baru EUA yg berasal dari interim report, pengamatan terhadap efikasi dan safety masih tetap dilakukan sampai 6 bulan ke depan untuk mendapatkan full approval.
*Sekali lagi, bismillah*… *manusia berusaha, Allah yang menentukan*. *KepadaNya kita pasrahkan*.
*Saya siap divaksinasi.*
https://news.iniok.com/2021/01/apa-artinya-efikasi-vaksin-653_11.htmlKETIKA VAKSIN PUNYA IDEOLOGI
Ancen mbelgedhes —-
Susungguhnya ada sebagian yang sedang memperturutkan hawa nafsu, meski pki kalau cocok ya di dukung. Meski ulama kalau nggak cocok dengan pendapatnya ya dilawan. Tiba-tiba Ribka Ciptaning yang dulu pernah dibully karena disebut-sebut PKI dijadikan referensi melawan vaksin. Jadi ini bukan soal Bodrex, Baygon, atau vaksin bikinan China, tapi lebih pada soal nafsu yang dijadikan Tuhan palsu.
Ini namanya mbel-gedhesssss 🙏😄😄
^^^^*
Apa salah vaksin sinovacs sehingga dilawan ? Apa karena bikinan China atau menunggu vaksin merah putih bikinan anak negeri yang tak pernah selesai tapi terus diperdebatkan ? Atau vaksin berkalung syahadat ? Atau nunggu bikinan timur tengah atau negeri lainnya yang sesuai keinginan ? Lantas bagaimana dengan bikinan China yang lain ? Gadgatmu bahkan sendal dan sepatumu ? Atau ini hanya semacam politik dagang dan perang antar firma ? Tapi saya peduli apa ?
Apa dipikir obat pening kepala semisal: Bodrex, Panadhol, Oskadhon atau puyer bintang tujuh yang telah dipakai puluhan tahun itu bukan bikinan China ? Hampir semua perangkat laptop bikinan China, bahkan semua jenis pakaian dalam Cd, kaus kutang dan BH.
Bagi yang memperturutkan hawa nafsu, apapun akan diberi label dan cap agama. Bahkan lebih menyusut menjadi ideologi. Masih ingat dengan baju kotak-kotak. Apa salah warna kotak-kotak sehingga siapapun yang pakai dianggap pendukung Ahok ? Jadi jelas ini bukan soal iman atau agama yang dianuti, tapi soal nafsu yang kelewat batas dan amarah yang tidak terkendali. Lantas agama dijadikan tunggangan untuk membenarkan.
^^^
Buya Yunahar Ilyas (Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah) merasakan betul prilaku buruk sebagian orang yang memperturutkan hawa nafsu, orang- orang yang hanya mengagumi pendapatnya sendiri, dan menafikkan pendapat siapapun yang berbeda, bahkan tidak segan berkata kafer, sesat atau yang semisal.
Beliau bertutur tegas : ‘Kebanyakan mengikuti ulamanya jika sesuai dengan keinginannya kemudian meninggalkan bahkan menghujat ulama yang kebetulan tidak sesuai dengan pikirannya —mereka tidak menghormati ulama tapi memperalat ulama”.
Agama hanya dijadikan alat untuk membenarkan hawa nafsunya— yang cocok dipakai yang tak cocok dibuang. Mereka inilah yang menzalimi agama dengan sebenar-benar zalim. Sesungguhnya sedang tidak memperjuangkan agama tapi menjadikan agama sebagai alat perjuangan. Agama hanya menjadi alat. Kelompok ini insya Allah yakin pasti kalah dan morat-marit. Sebab Tuhan tidak diam ketika agamanya dizalimi.
^^^^
Firman Allah tabaraka wataala dibawah sudahlah mencukupi: ‘Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan ? dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?’. Al Jatsiyah 23. Wallahu taala a’lam 🙏🙏🌹
@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar
====================================
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10214578403013083&id=1811803313
APA ARTINYA EFIKASI VAKSIN 65,3 % ?
Tulisan Profesor apoteker Zuliies Ikawati (Dosen farmasi UGM) untuk diketahui, 🙏🏻
Saat yang ditunggu-tunggu tiba, yaitu pengumuman hasil uji klinik (interim report) vaksin Sinovac sekaligus pemberian ijin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization = EUA) kepada PT Bio Farma sebagai pengusung vaksin ini di Indonesia. Paling tidak sebagian besar pertanyaan telah terjawab mengenai efikasi dan keamanannya. Vaksin Sinovac dinyatakan memiliki efikasi 65,3%, dan dari segi keamanan dinyatakan aman. Kekuatiran tentang kejadian antibody-dependent enhancement (ADE) seperti yang banyak disebut di beberapa media sosial dan menjadi ketakutan banyak orang tidak terjadi pada uji klinik Sinovac di Indonesia, maupun di Turki dan Brazil. Tapi kemudian banyak orang bertanya, kok efikasinya lebih rendah daripada yang di Turki atau Brazil ya? Atau lebih rendah dari vaksin Pfizer dan Moderna?
BAGAIMANA CARA MENGHITUNGNYA?
Vaksin dengan efikasi atau kemanjuran 65,3% dalam uji klinik berarti terjadi penurunan 65,3% kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi (atau plasebo). Dan itu didapatkan dalam suatu uji klinik yang kondisinya terkontrol. Jadi misalnya pada uji klinik Sinovac di Bandung yang melibatkan 1600 orang, terdapat 800 subyek yang menerima vaksin, dan 800 subyek yang mendapatkan placebo (vaksin kosong). Jika dari kelompok yang divaksin ada 26 yang terinfeksi (3.25%), sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang yang kena Covid (9.4%), maka efikasi dari vaksin adalah = (0.094 – 0.0325)/0.094 x 100% = 65.3%. Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak.
Efikasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal dari tingkat risiko infeksi tempat uji, karakteristik subyek ujinya, pola kesehatan masyarakat, dll. Jika subyek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat. Jadi misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo bertambah menjadi 120 yg terinfeksi, maka efikasinya menjadi 78.3%. Uji klinik di Brazil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan, sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi. Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil. Jika subyek placebonya berisiko rendah, apalagi taat dengan prokes sehingga tidak banyak yg terinfeksi, maka perbandingannya dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, dan menghasilkan angka yang lebih rendah. Dan mungkin juga ada faktor2 lainnya yang berpengaruh terhadap hasil uji kliniknya.
APAKAH EFIKASI SEBESAR ITU DAPAT BERDAMPAK SIGNIFIKAN?
Penurunan kejadian infeksi sebesar 65% secara populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak ikutan yang panjang. Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8,6 juta yang bisa terinfeksi, maka jika program vaksinasi berhasil hanya ada 3 juta penduduk yang terinfeksi. Angka 65% diperoleh dari hitungan (0.086 – 0.03)/0.086 x 100% = 65%. Jadi ada 5,6 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah 5 juta kejadian infeksi tentu sudah sangat bermakna dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan. Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, yaitu jika dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. Mungkin ada yang mengatakan bahwa ini terlalu optimistik.. yah, hidup harus optimis dan berpikir positif, dengan tetap berupaya dan menyiapkan diri dengan skenario apapun.
Jadi, saya pribadi masih menaruh harapan kepada vaksinasi, semoga bisa mengurangi angka kejadian infeksi COVID di negara kita. Apalagi jika didukung dengan pemenuhan protokol kesehatan yang baik, semoga dapat menuju pada pengakhiran pandemi COVID di Indonesia.
A GOOD START
Ketika tadi diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65.3%, mungkin ada yang kecewa.. kenapa kok rendah... Tapi menurut saya it is a good start… apalagi batasan minimal FDA, WHO dan EMA pun utk persetujuan suatu vaksin adalah 50%. Artinya, secara epidemiologi, menurunkan kejadian infeksi sebesar 50% itu sudah sangat berarti dan menyelamatkan hidup banyak orang. Apalagi disampaikan juga tadi bahwa vaksin memiliki imunogenisitas yang tinggi mencapai 99-an % yang berarti dapat memicu antibody pada subyek yang mendapat vaksin.
Kita akan menunggu efektivitas vaksin setelah dipakai di masyarakat. Dan perlu diingat bahwa karena ini baru EUA yg berasal dari interim report, pengamatan terhadap efikasi dan safety masih tetap dilakukan sampai 6 bulan ke depan untuk mendapatkan full approval.
Sekali lagi, manusia berusaha, Allah yang menentukan. KepadaNya kita pasrahkan.
Saya siap divaksinasi.
====================
No comments:
Post a Comment