PARTAI DEMOKRAT VS. DEMOKRASI
Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph. D.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kepada Yth,
Kepengurusan Partai Demokrat
Jakarta
Dengan hormat,
Jujur, dari awal gonjang-ganjing di internal Partai Demokrat (PD) muncul ke publik, karena pihak PD begitu kencang menyuarakannya ke media, atas adanya isu kudeta yang melibatkan pejabat negara di lingkungan Istana, saya jadi bingung. Publikasi ini maksudnya apa? Apa untuk publik sekedar tahu, atau publik boleh berpendapat?
Sejak awal saya menyarankan, masalah internal PD jangan dibawa ke luar, selesaikan secara internal dengan cara demokratis dan bermartabat.
Suka atau tidak, gonjang-ganjing PD saat ini sudah menjadi bola liar di public domain. Bisa-bisa menjadi masalah baru bagi PD.
Cara-cara yang dilakukan PD menurut saya kontra produktif, karena sbb:
1. Posisi PD sebagai partai oposisi (penyeimbang)
2. PD secara terbuka menyebut nama pejabat negara di lingkungan Istana, terlibat upaya kudeta pengambilan paksa kepemimpinan Ketum AHY.
Yang saya tangkap dari dua hal di atas, seolah-olah ada upaya mendeskreditkan pemerintah. Lebih-lebih Ketum AHY berkirim surat perihal dugaan keterlibatan pejabat negara di lingkungan Istana tersebut, ke Presiden Jokowi. Surat Ketum AHY bagi saya tidak hanya bernakna berokratis, namun juga politis. Hal ini yang saya maksudkan kontra produktif. Dan, sama sekali tidak memberikan pendidikan politik yang baik ke rakyat Indonesia.
Bagi saya pribadi, kematangan seorang pemimpin ditentukan bagaimana dia bisa mengelola konflik: baik konflik di dirinya sendiri, maupun konflik di sekitarnya. Gonjang-ganjing PD saat ini justru telah menjadi bola liar yang menimbulkan kegaduhan politik di tengah masyarakat. Dan ini patut disayangkan, karena Pemerintah dan rakyat Indonesia lagi fokus mengatasi pandemi covid-19 di tanah air.
Konflik internal PD saat ini mengingatkan saya atas kejadian yang sama, yang pernah terjadi di Partai Golkar beberapa tahun yang lalu, dimana Partai Golkar terpolarisasi atas dua kutub yang sangat kuat, yaitu antara kutubnya pak Suryo Paloh dan pak Aburizal Bakrie. Akhirnya pak Aburizal Bakrie memenangkan kontestasi pada kala itu dan menjadi Ketum Partai Golkar. Mohon maaf kalau saya keliru, karena saat itu saya masih menetap di Saint-Etienne, Perancis.
Saya mendapat info yang sangat intensif, terstruktur dan masiv perihal gonjang-ganjing PD dari media yang disampaikan secara resmi oleh PD. Namun, saya juga mendapatkan informasi dari pihak-pihak lain. Saya mencoba obyektif dan tidak memihak siapapun, mengingat saya orang di luar PD.
Dipecatnya tujuh kader PD, menurut saya justru membuat masalahnya menjadi semakin rumit dan pelik.
Cara-cara demokratis tetap cara yang terbaik dan bermartabat dalam menyelesaikan gonjang-ganjing internal PD.
Saya ingin memberikan wacana/perspektif lain ke PD yaitu sbb:
1. Ada kejenuhan atas kepemimpinan saat ini di internal PD. Butuh kepemimpinan baru yang bisa menjadi suatu pengharapan dalam membangkitkan semangat dan asa terhadap kader-kader dan simpatisan PD di tanah air menghadapi kontestasi politik 2024.
2. Kondisi di atas didukung oleh fakta, bahwa elektabilitas PD semakin menurun dari waktu ke waktu.
Das Leben hat viele Seiten. Problematika di internal PD saat perlu didekati dari berbagai sudut padang, agar komprehensif melihatnya dan tuntas.
Semoga masukan saya sebagai rakyat jelata ke PD ini bisa diterima secara legowo. Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun.
Badai pasti berlalu. Terimakasih.
Yogyakarta, 2021-02-27
Hormat saya,
BP. Widyakanigara
No comments:
Post a Comment