Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan atas UU Ormas. Alhasil, sejumlah ancaman hukuman pidana bagi anggota ormas adalah konstitusional.
Pemohon meminta sejumlah pasal dihapus. Yaitu Pasal 82A ayat (1) dan ayat (2) UU Ormas selengkapnya menyatakan:
(1) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 1 tahun.
(2) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf a dan huruf b, dan ayat (4) dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun.
Menurut MK, pasal tersebut tidak bertentangan dengan UUD 1945.
“Seseorang meskipun menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas namun tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang sebagaimana diuraikan di atas maka orang yang bersangkutan bukanlah subjek yang diancam pidana sebagaimana
“Oleh karena itu, dalil para Pemohon yang didasarkan pada proposisi bahwa seseorang diancam pidana karena orang itu menjadi anggota atau pengurus Ormas padahal yang melakukan pelanggaran adalah Ormasnya adalah tidak benar,” ujar MK.
Berikut larangan yang diatur UU Ormas yang digugat:
1. Melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras atau golongan.
4. Melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia
5. Menggunakan nama, lambang, bendera dkk gerakan separatis atau organisasi terlarang.
6. Melakukan kegiatan separatis.
7. Menganut dan mengembangkan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila.
Khusus point 3, 4,5,6 dan 7 dihukum penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun.***
https://www.jurnalpolisi.id/sah-ormas-anti-pancasila-pengurus-dan-anggotanya-siap-di-masukan-ke-jeruji-besi/
===============
ARTIKEL LAINNNYA:
https://www.portal-islam.id/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
MUI Ingatkan Banser : Anda Sok Kuasa !!! Jaga Adab Terhadap Ulama , Tidak Boleh Kyai Dibentak Bentak , Khilafah Ajaran Islam , Tidak Sama Dengan PKI
KONTENISLAM.COM Sunday, August 23, 2020
Kasus penggerudukan yang dilakukan Banser Ansor ke salah satu lembaga pendidikan di Rembang, Pasuruan, Jawa Timur mendapat sorotan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Wakil Sekjen MUI, Nadjamuddin Ramli mengingatkan kepada Ormas Banser Ansor untuk menjaga adab terhadap Ulama.
"Adinda tidak boleh seperti itu. Membentak-bentak Kyai itu bahkan polisi pun tidak boleh melakukan. Jadi ada adab. Tidak boleh anak-anak muda melakukan seperti itu kepada orang tua apalagi kepada Kyai. Anda sok kuasa, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Di negeri ini ada piranti hukum, ada kekuasaan Yudikatif, yang perlu kita hormati," kata Wakil Sekjen MUI Nadjamuddin Ramli di acara Kabar Petang TVone, Sabtu (22/8/2020).
Sebelumnya viral video puluhan anggota Banser Ansor yang menggeruduk lembaga pendidikan di Rembang yang dituding menyebarkan Khilafah dan menjadi sarang HTI.
Dalam video itu Saad Muafi, Ketua PC Anshor Bangil yang juga Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan, membentak-bentak Ustadz Zainulloh atas tudingan menyebarkan Khilafah.
MUI: Khilafah Ajaran Islam, Tidak Sama dengan PKI
Terkait Khilafah yang dipersoalkan Banser Ansor, Wakil Sekjen MUI Nadjamuddin Ramli juga menjelaskan bahwa Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam, jangan disamakan dengan PKI.
"Saya kira dengan dibubarkannya HTI, Khilafah tidak menjadi sesuatu yang dilarang untuk didiskusikan, karena Khilafah adalah bagian daripada perjalanan sejarah Islam, bagian daripada ajaran Islam," ujarnya.
Nadjamuddin menyampaikan khilafah adalah bagian dari ajaran Islam dan telah diajarkan di
sekolah-sekolah, seperti Diniyyah, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
"Bagi Islam kekhilafahan dan Khilafah itu memang patut diketahui oleh umat Islam seluruh dunia karena itu bagian dari sejarah Islam," ucapnya.
"Oleh karena itu, bicara tentang Khilafah tidak sama dengan komunisme. Ini jangan sampai salah paham. Jadi penegak hukum dan penguasa yang diberi amanah untuk menjadi pemerintah, kalau khilafah sistem pemerintahan Islam dan nama penguasanya atau al-imam adalah khalifah. Itu semuanya harus paham bagian daripada substansi ajaran Islam dan bagian dari sejarah Islam yang tidak sama dengan PKI, tidak sama dengan komunisme," ujarnya.
SUMBER
https://www.portal-islam.id/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
https://www.kontenislam.com/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
=====================
7 Langkah Menjadi Wahabi, WASPADALAH!!!
Paham wahabi yg kemudian disebut sebagai salafi, berubah lagi menjadi ahlus sunnah (tanpa wal jamaah); merupakan paham yg dapat mempengaruhi seseorang hingga pada tahapan paling ekstrim, virus ini bisa mengubah manusia yg awalnya pendiam menjadi seorang pembunuh berdarah dingin.
Seperti bahaya laten yg tersembunyi, tiba2 menyerang seseorang (biasanya pondasi agamanya lemah) dan kemudian menjangkiti hingga mengubah pola pikir dan mengubah perilaku sehari2, namun anehnya dirinya sendiri tidak sadar sudah terinfeksi virus mematikan ini.
Bagaimana tahapan menuju ke sana? Berdasarkan pengalaman dan pengamatan dan pengalaman pribadi, kita lihat tahapan2-nya:
1. Awalnya biasa saja, seperti manusia pada umumnya. Mau bergaul dengan teman dan tetangga. Suatu saat tiba2 ingin mendekatkan diri dengan Tuhan. Ingin beragama dengan baik dan benar. Teringat dosa2 yg lalu, ingin bertobat dengan mulai meningkatkan ibadah. Biasanya tidak pernah sholat, menjadi rajin sholat 5 waktu.
Pada tahapan ini, semuanya seperti berjalan baik. Perubahan sikap untuk mendekatkan diri kepada agama.
2. Pola ibadah meningkat. Dari yg sholat 5 waktu di rumah mulai sering berjamaah ke masjid. Mulai rajin membaca al-quran. Rajin puasa dan sholat sunnah. Malah sering mengingatkan teman untuk ikut berjamaah ke masjid, membentuk kelompok tilawah bersama, membuat grup wa saling mengingatkan sholat tahajud dsb.
Tahapan ini masih berjalan baik. Everything is well.
3. Ibadah sudah meningkat, baik sunnah dan wajib dikerjakan dengan baik. Kemudian mulai berpikir dan berusaha mencari sosok guru/murobbi. Sering buka youtube mencari ceramah/kajian. Beli buku2 online. Tapi tidak sadar bahwa ceramah yg dibuka banyak dari ustadz wahabi. Buku2 yg dibeli dari penerbit wahabi.
Dari sinilah awal mula hal yg sudah berjalan baik sedikit demi sedikit bergeser ke arah yg tidak baik.
4. Dengan sering mendengar dakwah ustadz wahabi dan membaca buku wahabi, tapi tidak sadar bahwa apa yg didengar dan dibaca adalah wahabi; mulailah terdoktrin dan sedikit demi sedikit mengubah perilaku mereka dengan alasan mengamalkan sunnah nabi. Celana mulai digulung ke atas mata kaki, jidat mulai dibuat hitam, sering bicara dengan bahasa arab seperti antum, akhi, afwan, syukron, syafakillah. Intinya mengutamakan penampilan luar dalam beragama dan ingin terlihat alim dibandingkan orang lain.
Dari sini perilaku mereka sudah mulai eksklusif, sudah mulai menganggap diri dan kelompoknya paling benar. Mulai tertutup dengan teman dan tetangga, intens bergaul dengan sesama golongannya saja.
5. Mind set sudah terbentuk bahwa kelompoknya saja yg benar, kemudian ingin mengubah budaya dan ajaran leluhur yg selama ini ada dalam masyarakat pada umumnya. Sudah mulai menyerang amal ibadah muslim lain yg bukan golongannya. Kata2 "bid'ah, syirik, haram, sesat, kafir" mulai keluar dari mulutnya. Contohnya: Tahlilan diharamkan, ziarah kubur disyirikkan, sholawat dibidahkan dan sebagainya.
6. Saking seringnya membidahkan dan mensyirikkan amalan orang lain, membuat jiwanya semakin tertantang untuk meluruskan ibadah orang lain. Ingin semua orang yg dianggap sesat dan syirik itu "bertobat" dan mengikuti ajaran salaf versi dia. Dengan slogan "kembali ke al-quran dan sunnah" seolah2 mereka saja yg paling paham al-quran dan sunnah. Ketika kesombongan tersebut sudah merasuki jiwanya maka sering keluar kata2 "bertobatlah antum", "semoga antum dapat hidayah" kepada muslim lainnya. Seakan2 hanya dia dan golongannya yg mendapat hidayah Allah, menganggap bahwa Tuhan selalu berada di pihaknya. Inilah bentuk kesombongan yg tidak mereka sadari.
7. Tahapan paling ekstrim. Terbiasa mengkafirkan muslim lain yg tidak sepaham dengan dirinya. Setelah dikafirkan maka dengan mudah dihalalkan darahnya. Dengan alasan Berjihad atas nama agama, maka membunuh orang lain pun dianggap berpahala. Apalagi dibumbui dengan iming-iming mendapatkan surga plus 72 bidadari yg siap memuaskan nafsu mereka.
Inilah tahapan yg paling berbahaya. Agama dijadikan alasan untuk membunuh manusia lain. Menjadikan mereka seperti zombie2 yang siap memangsa korbannya.
=====================
Ketika Agama Dipolitisasi dan Kebenaran Dimonopoli Demi Tujuan Kekuasaan
Bisa kita lihat, saat ini politisasi Islam pun masih berlangsung. Agama masih jadi primadona sebagai jalan politik kekuasaan. Contohnya nyata, HTI yang notabene sudah dibubarkan oleh pemerintah, masih eksis mempromosikan idea Khilafahnya.
Bahkan mereka menggunakan segala cara untuk membenarkan tujuan politiknya. Termasuk ingin menggulingkan kekuasaan yang sah dan menancapkan sistem pemerintahan baru, Khilafah Islamiyah (versi Hizbut Tahrir tentunya).
Selengkapnya:
https://www.hwmi.or.id/2020/08/ketika-agama-dipolitisasi-dan-kebenaran.html
Demi menggapai sebuah kekuasaan, dalam berpolitik tidak jarang kebenaran atas nama agama pun dimonopoli. Bukan sebuah kebenanran yang hakiki yang didapat, karenaa faktanya hanya akan mencatatkan torehan sejarah kelam dan pencorengan atas kemuliaan Islam yang Rahmatan lil Alamin. Buktinya adalah berikut ini.
Kembali menengok sejarah kelam dalam politik di masa lampau. Menurut ulama dan juga sejarawan Imam at-Thabari, setelah dibunuh, jenazah Sayyidina Ustman bin Affan, khalifah ke-3 yang diangkat pada tahun 644 terpaksa “bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”.
Ketika jenazah beliau disemayamkan, bahkan tak ada orang yang menshalati. Karena siapa saja dilarang menshalatinya. Jasad orang tua yang sudah berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya di patahkan. Karena tak dapat dikuburkan di pemakaman Islam, akhirnya terpaksa jenazahnya dimakamkan di Hisy Kaukab, yaitu wilayah pekuburan Yahudi.
12 tahun kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan berujung pada pembunuhan dirinya. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, namun orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak pemerintahannya.
Kontestasi politik tidak berhenti disana. Bergantinya pemerintahan, pada tahun 661, setelah lima tahun memimpin, Ali bin Abi Thalib pun dibunuh dengan pedang beracun. Khalifah ke-4 itu akhirnya wafat setelah dua hari kesakitan.
Siapakah pembunuhnya ? Teryata bukan orang Yahudi atau orang kafir tetapi orang islam sendiri yang bernama Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi padahal ia dikenal pengetahuan agamanya luas, sangat taat dalam beribadah, ahli shalat, puasa, dan penghafal Al-Qur’an.
Karena telah membunuh khalifah Ali, sebagai hukumannnya ia juga mati ditebas pedang dan mayatnya dibakar. Kekerasan di balas kekerasan, nyawa dibalas nyawa. Tidak ada hukum yang beradab dalam kontek politik. Padahal islam tidak mengajarkan, namun politisasi agama punya dalil untuk melegalkan.
Pertanyaannya adalah, mengapa sampai orang islam membunuh Usman bin Affan yang jelas termasuk jajaran sahabat terbaik Rasulullah Saw dan beliau sendiri telah menjamin dia akan masuk surga.
Mengapa sampai orang Islam sendiri tega membunuh Ali bin Abi Thalib yang jelas masih kerabat Nabi dan juga menantu Nabi Muhammad Saw sendiri. Mengapa ?
Ternyata sumber masalahnya adalah politik kekuasaan. Ya, agama dipolitisasi demi tujuan kekuasaan. Mereka yang syahwat ingin berkuasa tega menebarkan fitnah dan ujaran kebencian terhadap penguasa. Tentu saja menggunakan dalil cocoklogi agama.
Akibatnya seperti halnya Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, karena tenggelam dalam fitnah Khawarij, ia menjadi pembunuh sodara Muslimnya sendiri.
Seagaimana sabda Rasulullah Saw, Khawarij adalah kaum yang banyak membaca Al-Qur’an namun tidak memahami apa yang dibaca. Bahkan memahaminya dengan pemahaman yang menyimpang dari kebenaran. Merekalah sebetulnya musuh islam. Musuh peradaban.
“Akan lahir kaum dari keturunan yang bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak melewati batas tenggorokan (tidak memahami substansi-substansi Al-Qur’an dan hanya hafal di Bibir saja).
Mereka keluar dari Agama Islam seperti anak panah keluar dari hewan buruannya, mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Jika aku menemui mereka niscaya aku akan memenggal leher mereka seperti halnya kaum ‘Ad (HR. Muslim)
Terbukti dalam sejarah, jika agama islam di politisir demi kekuasaan, yang terjadi adalah sebuah riwayat panjang tentang arus yang surut. Penyair muslim kelahiran India, Hussain Hali (1837-1914), menggambarkan bagaimana peradaban yang pernah jaya pada abad ke-8 itu akhirnya “tak memperoleh penghormatan dalam ilmu, tak menonjol dalam karya dan industri”.
Yang terjadi kemudian adalah umat Islam hanya sibuk dengan urusan langit dan lupa akan bumi yang mengharuskan bersaing mendapatkan kemakmuran dengan jerih, iktiar atas dasar ilmupengetahuan dan teknologi.
Sementara masa-masa dimana kaum muslim bergerombol-gerombol hanya untuk merebut kekuasaan, adalah masa-masa kelam sejarah mereka. Politisasi agama islam output-nya hanyalah kumpulan orang yang tak henti menyalahkan lawan politiknya.
Bisa kita lihat, saat ini politisasi Islam pun masih berlangsung. Agama masih jadi primadona sebagai jalan politik kekuasaan. Contohnya nyata, HTI yang notabene sudah dibubarkan oleh pemerintah, masih eksis mempromosikan idea Khilafahnya.
Bahkan mereka menggunakan segala cara untuk membenarkan tujuan politiknya. Termasuk ingin menggulingkan kekuasaan yang sah dan menancapkan sistem pemerintahan baru, Khilafah Islamiyah (versi Hizbut Tahrir tentunya).(pecihitam.org)
www.hwmi.or.id
=========================
Pemohon meminta sejumlah pasal dihapus. Yaitu Pasal 82A ayat (1) dan ayat (2) UU Ormas selengkapnya menyatakan:
(1) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 1 tahun.
(2) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf a dan huruf b, dan ayat (4) dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun.
Menurut MK, pasal tersebut tidak bertentangan dengan UUD 1945.
“Seseorang meskipun menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas namun tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang sebagaimana diuraikan di atas maka orang yang bersangkutan bukanlah subjek yang diancam pidana sebagaimana
“Oleh karena itu, dalil para Pemohon yang didasarkan pada proposisi bahwa seseorang diancam pidana karena orang itu menjadi anggota atau pengurus Ormas padahal yang melakukan pelanggaran adalah Ormasnya adalah tidak benar,” ujar MK.
Berikut larangan yang diatur UU Ormas yang digugat:
1. Melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras atau golongan.
4. Melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia
5. Menggunakan nama, lambang, bendera dkk gerakan separatis atau organisasi terlarang.
6. Melakukan kegiatan separatis.
7. Menganut dan mengembangkan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila.
Khusus point 3, 4,5,6 dan 7 dihukum penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun.***
https://www.jurnalpolisi.id/sah-ormas-anti-pancasila-pengurus-dan-anggotanya-siap-di-masukan-ke-jeruji-besi/
===============
ARTIKEL LAINNNYA:
https://www.portal-islam.id/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
MUI Ingatkan Banser : Anda Sok Kuasa !!! Jaga Adab Terhadap Ulama , Tidak Boleh Kyai Dibentak Bentak , Khilafah Ajaran Islam , Tidak Sama Dengan PKI
KONTENISLAM.COM Sunday, August 23, 2020
Kasus penggerudukan yang dilakukan Banser Ansor ke salah satu lembaga pendidikan di Rembang, Pasuruan, Jawa Timur mendapat sorotan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Wakil Sekjen MUI, Nadjamuddin Ramli mengingatkan kepada Ormas Banser Ansor untuk menjaga adab terhadap Ulama.
"Adinda tidak boleh seperti itu. Membentak-bentak Kyai itu bahkan polisi pun tidak boleh melakukan. Jadi ada adab. Tidak boleh anak-anak muda melakukan seperti itu kepada orang tua apalagi kepada Kyai. Anda sok kuasa, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Di negeri ini ada piranti hukum, ada kekuasaan Yudikatif, yang perlu kita hormati," kata Wakil Sekjen MUI Nadjamuddin Ramli di acara Kabar Petang TVone, Sabtu (22/8/2020).
Sebelumnya viral video puluhan anggota Banser Ansor yang menggeruduk lembaga pendidikan di Rembang yang dituding menyebarkan Khilafah dan menjadi sarang HTI.
Dalam video itu Saad Muafi, Ketua PC Anshor Bangil yang juga Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan, membentak-bentak Ustadz Zainulloh atas tudingan menyebarkan Khilafah.
MUI: Khilafah Ajaran Islam, Tidak Sama dengan PKI
Terkait Khilafah yang dipersoalkan Banser Ansor, Wakil Sekjen MUI Nadjamuddin Ramli juga menjelaskan bahwa Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam, jangan disamakan dengan PKI.
"Saya kira dengan dibubarkannya HTI, Khilafah tidak menjadi sesuatu yang dilarang untuk didiskusikan, karena Khilafah adalah bagian daripada perjalanan sejarah Islam, bagian daripada ajaran Islam," ujarnya.
Nadjamuddin menyampaikan khilafah adalah bagian dari ajaran Islam dan telah diajarkan di
sekolah-sekolah, seperti Diniyyah, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
"Bagi Islam kekhilafahan dan Khilafah itu memang patut diketahui oleh umat Islam seluruh dunia karena itu bagian dari sejarah Islam," ucapnya.
"Oleh karena itu, bicara tentang Khilafah tidak sama dengan komunisme. Ini jangan sampai salah paham. Jadi penegak hukum dan penguasa yang diberi amanah untuk menjadi pemerintah, kalau khilafah sistem pemerintahan Islam dan nama penguasanya atau al-imam adalah khalifah. Itu semuanya harus paham bagian daripada substansi ajaran Islam dan bagian dari sejarah Islam yang tidak sama dengan PKI, tidak sama dengan komunisme," ujarnya.
SUMBER
https://www.portal-islam.id/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
https://www.kontenislam.com/2020/08/mui-ingatkan-banser-anda-sok-kuasa-jaga.html
=====================
7 Langkah Menjadi Wahabi, WASPADALAH!!!
Paham wahabi yg kemudian disebut sebagai salafi, berubah lagi menjadi ahlus sunnah (tanpa wal jamaah); merupakan paham yg dapat mempengaruhi seseorang hingga pada tahapan paling ekstrim, virus ini bisa mengubah manusia yg awalnya pendiam menjadi seorang pembunuh berdarah dingin.
Seperti bahaya laten yg tersembunyi, tiba2 menyerang seseorang (biasanya pondasi agamanya lemah) dan kemudian menjangkiti hingga mengubah pola pikir dan mengubah perilaku sehari2, namun anehnya dirinya sendiri tidak sadar sudah terinfeksi virus mematikan ini.
Bagaimana tahapan menuju ke sana? Berdasarkan pengalaman dan pengamatan dan pengalaman pribadi, kita lihat tahapan2-nya:
1. Awalnya biasa saja, seperti manusia pada umumnya. Mau bergaul dengan teman dan tetangga. Suatu saat tiba2 ingin mendekatkan diri dengan Tuhan. Ingin beragama dengan baik dan benar. Teringat dosa2 yg lalu, ingin bertobat dengan mulai meningkatkan ibadah. Biasanya tidak pernah sholat, menjadi rajin sholat 5 waktu.
Pada tahapan ini, semuanya seperti berjalan baik. Perubahan sikap untuk mendekatkan diri kepada agama.
2. Pola ibadah meningkat. Dari yg sholat 5 waktu di rumah mulai sering berjamaah ke masjid. Mulai rajin membaca al-quran. Rajin puasa dan sholat sunnah. Malah sering mengingatkan teman untuk ikut berjamaah ke masjid, membentuk kelompok tilawah bersama, membuat grup wa saling mengingatkan sholat tahajud dsb.
Tahapan ini masih berjalan baik. Everything is well.
3. Ibadah sudah meningkat, baik sunnah dan wajib dikerjakan dengan baik. Kemudian mulai berpikir dan berusaha mencari sosok guru/murobbi. Sering buka youtube mencari ceramah/kajian. Beli buku2 online. Tapi tidak sadar bahwa ceramah yg dibuka banyak dari ustadz wahabi. Buku2 yg dibeli dari penerbit wahabi.
Dari sinilah awal mula hal yg sudah berjalan baik sedikit demi sedikit bergeser ke arah yg tidak baik.
4. Dengan sering mendengar dakwah ustadz wahabi dan membaca buku wahabi, tapi tidak sadar bahwa apa yg didengar dan dibaca adalah wahabi; mulailah terdoktrin dan sedikit demi sedikit mengubah perilaku mereka dengan alasan mengamalkan sunnah nabi. Celana mulai digulung ke atas mata kaki, jidat mulai dibuat hitam, sering bicara dengan bahasa arab seperti antum, akhi, afwan, syukron, syafakillah. Intinya mengutamakan penampilan luar dalam beragama dan ingin terlihat alim dibandingkan orang lain.
Dari sini perilaku mereka sudah mulai eksklusif, sudah mulai menganggap diri dan kelompoknya paling benar. Mulai tertutup dengan teman dan tetangga, intens bergaul dengan sesama golongannya saja.
5. Mind set sudah terbentuk bahwa kelompoknya saja yg benar, kemudian ingin mengubah budaya dan ajaran leluhur yg selama ini ada dalam masyarakat pada umumnya. Sudah mulai menyerang amal ibadah muslim lain yg bukan golongannya. Kata2 "bid'ah, syirik, haram, sesat, kafir" mulai keluar dari mulutnya. Contohnya: Tahlilan diharamkan, ziarah kubur disyirikkan, sholawat dibidahkan dan sebagainya.
6. Saking seringnya membidahkan dan mensyirikkan amalan orang lain, membuat jiwanya semakin tertantang untuk meluruskan ibadah orang lain. Ingin semua orang yg dianggap sesat dan syirik itu "bertobat" dan mengikuti ajaran salaf versi dia. Dengan slogan "kembali ke al-quran dan sunnah" seolah2 mereka saja yg paling paham al-quran dan sunnah. Ketika kesombongan tersebut sudah merasuki jiwanya maka sering keluar kata2 "bertobatlah antum", "semoga antum dapat hidayah" kepada muslim lainnya. Seakan2 hanya dia dan golongannya yg mendapat hidayah Allah, menganggap bahwa Tuhan selalu berada di pihaknya. Inilah bentuk kesombongan yg tidak mereka sadari.
7. Tahapan paling ekstrim. Terbiasa mengkafirkan muslim lain yg tidak sepaham dengan dirinya. Setelah dikafirkan maka dengan mudah dihalalkan darahnya. Dengan alasan Berjihad atas nama agama, maka membunuh orang lain pun dianggap berpahala. Apalagi dibumbui dengan iming-iming mendapatkan surga plus 72 bidadari yg siap memuaskan nafsu mereka.
Inilah tahapan yg paling berbahaya. Agama dijadikan alasan untuk membunuh manusia lain. Menjadikan mereka seperti zombie2 yang siap memangsa korbannya.
=====================
Ketika Agama Dipolitisasi dan Kebenaran Dimonopoli Demi Tujuan Kekuasaan
Bisa kita lihat, saat ini politisasi Islam pun masih berlangsung. Agama masih jadi primadona sebagai jalan politik kekuasaan. Contohnya nyata, HTI yang notabene sudah dibubarkan oleh pemerintah, masih eksis mempromosikan idea Khilafahnya.
Bahkan mereka menggunakan segala cara untuk membenarkan tujuan politiknya. Termasuk ingin menggulingkan kekuasaan yang sah dan menancapkan sistem pemerintahan baru, Khilafah Islamiyah (versi Hizbut Tahrir tentunya).
Selengkapnya:
https://www.hwmi.or.id/2020/08/ketika-agama-dipolitisasi-dan-kebenaran.html
Demi menggapai sebuah kekuasaan, dalam berpolitik tidak jarang kebenaran atas nama agama pun dimonopoli. Bukan sebuah kebenanran yang hakiki yang didapat, karenaa faktanya hanya akan mencatatkan torehan sejarah kelam dan pencorengan atas kemuliaan Islam yang Rahmatan lil Alamin. Buktinya adalah berikut ini.
Kembali menengok sejarah kelam dalam politik di masa lampau. Menurut ulama dan juga sejarawan Imam at-Thabari, setelah dibunuh, jenazah Sayyidina Ustman bin Affan, khalifah ke-3 yang diangkat pada tahun 644 terpaksa “bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”.
Ketika jenazah beliau disemayamkan, bahkan tak ada orang yang menshalati. Karena siapa saja dilarang menshalatinya. Jasad orang tua yang sudah berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya di patahkan. Karena tak dapat dikuburkan di pemakaman Islam, akhirnya terpaksa jenazahnya dimakamkan di Hisy Kaukab, yaitu wilayah pekuburan Yahudi.
12 tahun kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan berujung pada pembunuhan dirinya. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, namun orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak pemerintahannya.
Kontestasi politik tidak berhenti disana. Bergantinya pemerintahan, pada tahun 661, setelah lima tahun memimpin, Ali bin Abi Thalib pun dibunuh dengan pedang beracun. Khalifah ke-4 itu akhirnya wafat setelah dua hari kesakitan.
Siapakah pembunuhnya ? Teryata bukan orang Yahudi atau orang kafir tetapi orang islam sendiri yang bernama Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi padahal ia dikenal pengetahuan agamanya luas, sangat taat dalam beribadah, ahli shalat, puasa, dan penghafal Al-Qur’an.
Karena telah membunuh khalifah Ali, sebagai hukumannnya ia juga mati ditebas pedang dan mayatnya dibakar. Kekerasan di balas kekerasan, nyawa dibalas nyawa. Tidak ada hukum yang beradab dalam kontek politik. Padahal islam tidak mengajarkan, namun politisasi agama punya dalil untuk melegalkan.
Pertanyaannya adalah, mengapa sampai orang islam membunuh Usman bin Affan yang jelas termasuk jajaran sahabat terbaik Rasulullah Saw dan beliau sendiri telah menjamin dia akan masuk surga.
Mengapa sampai orang Islam sendiri tega membunuh Ali bin Abi Thalib yang jelas masih kerabat Nabi dan juga menantu Nabi Muhammad Saw sendiri. Mengapa ?
Ternyata sumber masalahnya adalah politik kekuasaan. Ya, agama dipolitisasi demi tujuan kekuasaan. Mereka yang syahwat ingin berkuasa tega menebarkan fitnah dan ujaran kebencian terhadap penguasa. Tentu saja menggunakan dalil cocoklogi agama.
Akibatnya seperti halnya Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, karena tenggelam dalam fitnah Khawarij, ia menjadi pembunuh sodara Muslimnya sendiri.
Seagaimana sabda Rasulullah Saw, Khawarij adalah kaum yang banyak membaca Al-Qur’an namun tidak memahami apa yang dibaca. Bahkan memahaminya dengan pemahaman yang menyimpang dari kebenaran. Merekalah sebetulnya musuh islam. Musuh peradaban.
“Akan lahir kaum dari keturunan yang bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak melewati batas tenggorokan (tidak memahami substansi-substansi Al-Qur’an dan hanya hafal di Bibir saja).
Mereka keluar dari Agama Islam seperti anak panah keluar dari hewan buruannya, mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Jika aku menemui mereka niscaya aku akan memenggal leher mereka seperti halnya kaum ‘Ad (HR. Muslim)
Terbukti dalam sejarah, jika agama islam di politisir demi kekuasaan, yang terjadi adalah sebuah riwayat panjang tentang arus yang surut. Penyair muslim kelahiran India, Hussain Hali (1837-1914), menggambarkan bagaimana peradaban yang pernah jaya pada abad ke-8 itu akhirnya “tak memperoleh penghormatan dalam ilmu, tak menonjol dalam karya dan industri”.
Yang terjadi kemudian adalah umat Islam hanya sibuk dengan urusan langit dan lupa akan bumi yang mengharuskan bersaing mendapatkan kemakmuran dengan jerih, iktiar atas dasar ilmupengetahuan dan teknologi.
Sementara masa-masa dimana kaum muslim bergerombol-gerombol hanya untuk merebut kekuasaan, adalah masa-masa kelam sejarah mereka. Politisasi agama islam output-nya hanyalah kumpulan orang yang tak henti menyalahkan lawan politiknya.
Bisa kita lihat, saat ini politisasi Islam pun masih berlangsung. Agama masih jadi primadona sebagai jalan politik kekuasaan. Contohnya nyata, HTI yang notabene sudah dibubarkan oleh pemerintah, masih eksis mempromosikan idea Khilafahnya.
Bahkan mereka menggunakan segala cara untuk membenarkan tujuan politiknya. Termasuk ingin menggulingkan kekuasaan yang sah dan menancapkan sistem pemerintahan baru, Khilafah Islamiyah (versi Hizbut Tahrir tentunya).(pecihitam.org)
www.hwmi.or.id
=========================
No comments:
Post a Comment