Sunday, August 30, 2020
Kamboja Pun Bakal Kalahkan RI Dalam Investasi Asing.
Kamboja Pun Bakal Kalahkan RI Dalam Investasi Asing.
Sampai hari ini pun, investasi asing ke Indonesia masih kalah dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah ketinggalan sangat jauh. Salah satunya adalah Nissan menutup pabriknya di Indonesia dan lebih memilih Thailand sebagai basis produksi di pasar Asia.
“Bahkan sebentar lagi Kamboja menyusul kita,” kata Kepala Badan Koordinator Penenaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadali.
Berdasarkan kajian BKPM, ada enam kondisi objektif yang membuat investasi Indonesia kalah menggiurkan dari pada Vietnam.
_Pertama, harga tanah per meter persegi di Indonesia rata-rata mencapai Rp 3,17 juta, sementara Vietnam Rp 1,27 juta per meter persegi._
_Kedua, rata-rata upah minimum tenaga kerja di Indonesia per bulan sebesar Rp 3,93 juta, sedangkan Vietnam Rp 2,64 juta._
Ketiga, rata-rata tingkat kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia mencapai 8,7% per tahun, tren tersebut jauh lebih tinggi dibanding Vietnam yang hanya 3,64% per tahun.
_Keempat tarif gas di Indonesia sebesar US$ 6 per Mmbtu, jauh lebih tinggi daripada harga di Vietnam yang hanya US$ 0,66 per Mmbtu._
Kelima, tarif listrik di Indonesia senilai US$ 0,07 per Kwh, sementara Vietnam senilai US$ 0,04 per Kwh.
Keenam, tarif air di Indonesia sebesar US$ 0,89 per MP, sedangkan Vietnam yakni US$ 0,53 per MP.
Yang paling signifikan adalah upah tenaga kerja dan harga tanah yang menjadi sorotan investor pertama kali jika ingin menanamkan modalnya. Harga tanah yang mahal membuat pemerintah dan BKPM menyiasati dengan membuat kawasan industri baru yang secara harga lebih murah, misalnya Jawa Tengah.
Sedangkan untuk upah tenaga kerja, satu-satunya harapan agar upah buruh Indonesia bisa bersaing dengan negara lain yakni melalui RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
"UU Omnibus Law itu mencari jalan tengah dan ternyata oleh temen-temen dari organisasi buruh meminta itu tidak dimasukkan. Kondisi sekarang, saat masuk ke suatu negara, UU begitu kaku dan merugikan, mohon maaf orang akan ke negara lain. Menko Airlangga bilang selesai Juli selesai," ujar Bahlil.
Kalau Kamboja bisa menyalip negara Indonesia dalam hal investasi asing, saya harus katakan, negara ini sungguh tidak beres dalam pengelolaan. Bahkan bisa dikatakan, negara ini dalam kondisi prihatin kalau sampai ini terjadi.
Dua tahun lalu, saya berlibur ke Hanoi, Vietnam. Hanoi adalah ibukota, sedangkan pariwisata utamanya adalah Halong Bay, yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan dengan bus dari Hanoi. Vietnam dalam bayangan saya waktu itu adalah negara yang masih tertinggal, masih struggling akibat perang Vietnam.
Begitu saya injakkan kaki di sana, bayangan awal saya buyar. Proyek di mana-mana, pabrik berserak, kawasan industri bahkan di kawasan jauh sekali pun. Infrastruktur di sekitar kawasan industri komplit dan mumpuni. Ini belum bicara soal kawasan ekonomi seperti Ho Chi Minh City. Dan lucunya, kota-kota sekunder di sana terlihat jauh lebih modern dari kota sejenis di sini. Kalau Anda pernah ke Halong Bay, pasti akan melewati gerbang megah dan Halong City. Di sana akan terlihat proyek-proyek super megah dan ambisius yang membuat mulut ternganga.(baca selengkapnya bawah...)
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/08/kamboja-pun-bakal-kalahkan-ri-dalam.html]
Inilah yang saya sebut bagai katak hidup dalam tempurung. Kita merasa tempurung ini sudah modern dan maju, ternyata salah.
Negara ini sudah bermasalah akut sejak dulu. Ada investor asing masuk bawa uang dan lapangan pekerjaan, gerombolan sampah di sini teriak asing dan aseng, mau menjajah Indonesia, dan presidennya dibilang mau jual negara ini sebagai budak asing dan aseng. Apalagi kalau sudah menyerempet Cina.
Belum lagi investor bakal dipalak dari segala arah, entah itu oknum, preman lokal maupun ormas parasit tak jelas yang membuat pengeluaran investor makin membengkak. Iuran-iuran siluman yang dipungut oleh para siluman bedebah.
Belum lagi bicara soal buruh yang sebagian kerjanya malas, ogah-ogahan tapi tiap tahun demo minta naik gaji dengan persentase kenaikan yang tak masuk akal.
Investor mana yang tahan dengan kondisi begini? Kalau saya investornya, bye bye Indonesia, let's go to somewhere else.
Kalau pemerintah tidak bisa bereskan ini, siap-siap gigit jari. Negara tertinggal bakal menyalip Indonesia. Malunya tak tanggung-tanggung.
Makanya pemerintah usahakan Omnibus Law dan ternyata ditolak oleh banyak orang. Sudah tahu kan, ternyata banyak penghambat di negara ini yang tidak mau negara ini maju.
https://amp.kompas.com/money/read/2020/06/13/122937226/tak-cuma-vietnam-kamboja-juga-akan-kalahkan-ri-dalam-investasi-asing
Kamboja Pun Bakal Kalahkan RI Dalam Investasi Asing.
Reviewed by JMG
on
August 30, 2020
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment