Thursday, May 9, 2019
Rizieq, Amien Rais, Yusuf Martak, Para Keturunan Arab Jangan Jadi Provokator!
Melihat gelagat situasi nasional yang tidak menentu akibat sejumlah provokasi para oknum keturunan Arab di Indonesia pasca Pemilu 2019 ini, maka mantan Kepala BIN, Hendropriyono, pun akhirnya turun tangan dan angkat bicara.
Para oknum keturunan Wan Abud memang sudah banyak yang pada ngaco. Sudah terlalu lama bangsa ini diobok-obok mereka karena merasa diri mereka adalah keturunan yang paling dimuliakan di Indonesia.
Hendropriyono pun sangat khawatir jika kondisi provokasi para oknum keturunan Arab di Indonesia ini terus terjadi dan dibiarkan, maka dipastkan akan terjadi kudeta sipil.
Kudeta yang dimaksud yaitu kudeta yang dilakukan oleh warga sipil terhadap pemerintah yang sah dan legitimasi oleh Undang-Undang yang konstitusional di negara ini.
Hendropriyono pun akhirnya menyambangi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Maksud dan tujuan Hendropriyono mendatangi Lemhanas yaitu untuk bertukar pikiran terkait masalah-masalah krusial yang terjadi setelah Pemilu 2019 ini, khususnya terkait masalah stabilitas keamanan nasional.
Menurut Hendropriyono, jika para oknum keturunan Arab di Indonesia terus saja menggerogoti dan memprovokasi masyarakat, maka bukan tidak mungkin, atau bahasa lainnya, bukan hal yang mustahil, kudeta sipil pasti akan terjadi.
Seperti yang kita ketahui bersama sepak terjang Rizieq Shihab dengan mulut kotornya itu selama ini sudah sangat keterlaluan, tidak beradab, dan cenderung biadab.
Mulai dari memaki Pancasila ada di pantat, menyebut orang dengan sebutan kafir, pecundang, dan makian-makian tak pantas lainnya. Ngakunya Habaib tapi mulutnya itu tak ubahnya septik tank.
Ulah Rizieq Shihab selama ini telah memprovokasi rakyat kecil golongan akar rumput, sehingga memicu rakyat untuk melawan pemerintah akibat racun doktrin yang.mendistorsi alam bawah sadar rakyat kecil yang masih lugu dan bodoh.
Padahal si Rizieq Shihab ini notabene bukan orang pribumi asli orang Indonesia, akan tetapi keturunan Yaman yang memanfaatkan status Arabnya dan jubah keagamaan itu untuk memaksakan kehendak semau-maunya di bumi Nusantara ini.
Akibat ulah radikalnya dengan terus menerus memecah belah persatuan bangsa itu akhirnya timbul polarisasi antar umat beragama di Indonesia yang semakin ke sini jurangnya semakin melebar.
Benar seperti yang diutarakan oleh Hendropriyono, rakyat kelas bawah golongan akar rumput hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh orang-orang yang mereka anggap sebagai tokoh agama.
Jika orang yang mereka anggap sebagai tokoh agama itu menyuruh melakukan chaos, maka mereka akan lakukan. Yang model begini ini ujung-ujungnya hanya merusak tatatanan hidup dan disiplin sosial, serta berpotensi ke arah prilaku anarkisme.
Di negara demokrasi di belahan dunia ini di manapun kekuatan sipil itu tidak bisa diabaikan, contohnya seperti yang terjadi di Venezuela. Itulah sebabnya Hendropriyono mengingatkan agar para oknum keturunan Arab tukang ngompor itu agar tahu diri sedikit dan hati-hati dalam bersikap.
“Saya ingin memperingatkan bangsa Indonesia, WNI keturunan Arab, supaya sebagai elite yang dihormati masyarakat cobalah mengendalikan diri. Jangan menjadi provokator, jangan memprovokasi rakyat,” kata Hendropriyono.
“Rakyat kita, apa yang dikatakan orang yang dikagumi, mereka mengikut saja, dan bisa tersesat karenanya, itu yang ingin saya ingatkan," lanjut Hendropriyono.
Karena kepercayaan rakyat kecil kepada WNI keturunan Arab, maka apa yang disampaikan akan didengar dan dipatuhi. Itulah sebabnya, Hendropriyono mewanti-wanti para keturunan Arab di Indonesia agar tahu diri sedikit.
"Saya ingatkan, karena di dusun, di desa, masyarakat kita kalau ada orang Arab pidato, bicara semua cium tangan. Kalau China tidak ada yang cium tangan di kampung-kampung."
"Artinya masyarakat keturunan Arab WNI tahu posisinya yang dimuliakan rakyat, dengan dimuliakannya tahulah dalam posisi yang diharapkan mengayomi."
"Jangan memprovokasi untuk melakukan politik jalanan, apa pun namanyalah. Tetapi itu di jalan, tidak disiplin," ujar Hendropriyono.
Para warga keturunan Arab, tentu saja bukan hanya Rizieq Shihab saja, akan tetapi para oknum WNI keturunan Arab lainnya agar tahu diri.
Terlebih soal ucapan provokasi seperti yang diucapkan oleh Amien Rais soal People Power itu yang berpotensi makar itu kini semakin meluas ke seluruh pelosok negeri.
Selain Rizieq dan Amien Rais, juga ada Yusuf Martak, pendatang baru di dunia politik yang sok jago. Mereka melakukan berbagai cara licik dengan berkedok agama untuk mengadu domba rakyat Indonesia yang notabene adalah pribumi asli.
"Saya peringatkan Rizieq, Yusuf Martak, dan orang-orang yang meneriakkan revolusi kan sudah banyak. Itu inkonstitusional, merusak disiplin dan tata tertib sosial, jangan seperti itu," kata Hendropriyono.
Kalau di era the smiling murder Haji Muhammad Soeharto itu, yang model begini ini sudah lenyap ditelan bumi sejak dulu kala. Daripada membahayakan negara, lebih baik dilenyapkan segera dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sebelum negara jadi kacau balau akibat ulah licik mereka.
Untung saja mereka-mereka para ular beludak ini dan para oknum keturunan Arab provokator lainnya itu hidup di era Presiden Jokowi yang tidak pakai tangan besi, tidak asal main hajar, main sikat, main culik, dan main bunuh sampai koit.
Memang sih ya tidak semua keturunan Arab di Indonesia adalah Provokator, masih banyak lainnya yang baik hati dan tidak sombong. Namun akibat ulah busuk segelintir oknum provokator yang keturunan Arab itu mengakibatkan semua WNI keturunan Arab pun kena imbasnya.
Padahal apa salahnya Presiden Jokowi terhadap para WNI keturunan Arab di Indonesia coba. Saya heran kenapa gerombolan-gerombolan Genderuwo macam Rizieq, Martak, dan lain-lainnya itu tidak mencontohi Qurais Sihab yang begitu sejuk dalam berdakwah dan mengayomi umat.
Termasuk mencontohi Muhammad Ali Al Khatiri yang mendirikan organisasi Hadromi yang membimbing para pemimpin umat Islam yang membawa kedamaian dan kesejukan, bukan mengajak untuk perang.
Oknum-oknum yang tidak jelas asal usulnya itu dengan modal tampang Arab lalu koar-koar dengan sangat berisik untuk mengadu domba bangsa Indonesia. Tanpa punya malu mereka bikin onar di negeri kami.
Contohnya yang paling nyata oknum keturunan Arab provokator adalah Anies Baswedan. Dengan mulut manisnya itu dia mengadu domba warga DKI Jakarta dengan mengatakan bahwa kemenangannya menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah kemenangan muslim pribumi.
Padahal dia sendiri bukan asli pribumi, melainkan keturunan Arab. Lihat mukanya saja Arab banget. Tapi dia sengaja memakai narasi muslim pribumi untuk memprovokasi dan mengadu domba warga DKI Jakarta yang terdiri dsri lapisan masyarakat yang majemuk ini.
Termasuk sepupunya si Novel Baswedan yang keturunan Arab itu juga. Sepupunya Wan Abud ini kerap menyudutkan Presiden Jokowi dengan memanfaatkan kasus penyiraman air keras ke wajahnya itu.
Seolah-olah ada kongkalingkong antara Presiden Jokowi, pihak Kepolisian, dan pelaku penyiraman air keras ke wajahnya itu. Ulahnya menekan pemerintah berpotensi menimbulkan krisis kepercayaan rakyat terhadap kredibilitas Presiden Jokowi dalam kaitannya penegakkan hukum di negeri ini.
Ulahnya Novel Baswedan itu secara tidak langsung membius alam bawah sadar rakyat kecil golongan akar rumput, sehingga timbulnya kebencian yang teramat sangat terhadap pemerintahan Presiden Jokowi. Kan ngehe.
Sudahlah. Kami rakyat Indonesia yang asli pribumi ini sudah sangat muak dan kesal setengah mati dengan pola provokasi kalian yang mengadu domba bangsa kami. Sudah saatnya para oknum onta gurun yang tidak tahu diri itu ditindak tegas.
Kami seluruh rakyat Indonesia yang masih waras siap mendukung eksekusi terhadap para perusuh bangsa dengan modal tampang Arab itu.
Dan kami siap tumpah darah demi NKRI. Pokoknya berani ada yang coba-coba mau bikin onar dan chaos dengan people power itu, akan kami libas habis sampai muntah darah tanpa pandang bulu. Pokoknya NKRI harga mati, merah putih di dada kami. Sudah itu saja, titik!
Rizieq, Amien Rais, Yusuf Martak, Para Keturunan Arab Jangan Jadi Provokator!
Reviewed by JMG
on
May 09, 2019
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment