Thursday, May 9, 2019
PILPRES DAN NKRI
Sy forward dr p Iman Taufik, senior sy dan komisaris pt gunanusa..
❇ PILPRES DAN NKRI ❇*
Tiga jam sepuluh menit waktu perjalanan Argo Parahyangan ( Gopar ) dari Bandung pagi itu serasa begitu cepat berlalu.
Awalnya saya agak ragu menyapa pria di sebelah saya yg tengah asyik dengan majalah "Time" yg dibacanya. Tapi rupanya dengan sikap yg santun ia merasa perlu untuk menyapa terlebih dahulu. Diawali dengan formalitas perkenalan, saya sempat bertanya : "Apakah sering pakai kereta-api Jakarta-Bandung seperti ini ?"
"Ya, kereta-api merupakan pilihan yg lebih baik saat ini untuk menghindari kemacetan di tol Cikampek. Selain tepat waktu, kondisi gerbong kereta yg baru ini juga nyaman."
Dari pembicaraan di awal perkenalan, saya kemudian tahu bahwa pria yg saya taksir berusia 50 an tersebut adalah seorang pejabat di Badan Siber & Sandi Negara ( BSSN ). Ia pun pernah bertugas sebelumnya di Badan Intelejen Negara ( BIN ).
"Bagaimana pendapat Anda tentang situasi politik menjelang pilpres sekarang ini ?" Saya mencoba masuk pada pembicaraan yg lebih "serius".
"Saya tidak ingin bicara soal politik praktis yg dimainkan oleh kedua kubu paslon ya Pak, karena itu bukan domain saya. Tetapi harus saya katakan bahwa apa yg terjadi sekarang ini sesungguhnya bukan hal yg "biasa" dan "normal" sebagaimana pilpres2 yg telah lalu."
"Maksud Anda ?" Saya mencoba menggali penjelasannya lebih lanjut.
"Situasi sekarang ini sesungguhnya bukanlah semata kontestasi politik antara kubu #01 dengan #02. Tetapi di balik itu, yg terjadi sebenarnya adalah pertarungan terselubung antara mereka yg ingin mempertahankan & merobohkan NKRI."
"Apa indikatornya kok bisa dikatakan seperti itu ?"
"Sejak lama kami telah mendeteksi terjadinya upaya sistematis dari kelompok radikal di dalam negeri yg dibantu oleh jaringan internasional untuk merobohkan NKRI ini. Mereka telah lama dibiarkan berkembang dan menyusup ke institusi pendidikan, elemen masyarakat, bahkan instansi Pemerintah dan TNI. Meskipun de jure sudah dibubarkan, tetapi de facto mereka masih ada. Dan momentum pilpres ini mereka gunakan dengan memanfaatkan salah satu kubu yg bisa diajak "berkolaborasi" untuk mencapai kepentingan kelompok mereka secara bertahap. Kelompok ini berafiliasi dan didukung oleh pihak luar menggunakan proxy war ~ memecah-belah & mengadu domba ~ melalui media sosial dan serangan siber. Pada tahun 2018 yg lalu saja tercatat ada 225 juta lebih serangan siber dalam kerangka proxy war tersebut."
"Mereka berupaya mempengaruhi & mendistorsi persepsi publik agar terjadi polarisasi pendapat dalam masyarakat. Mereka menyasar masyarakat Indonesia yg sebagian besar awam dan rata2 masih berpendidikan SMP ini, antara lain dengan memanfaatkan isu2 SARA, khususnya agama. Mereka masuk ke dalam masjid2 dan pengajian dengan memanfaatkan orang2 yg punya ambisi pribadi dan pandai berorasi untuk mempengaruhi jamaah yg awam tersebut. Mereka sengaja menebarkan rasa ketakutan seperti ancaman tenaga kerja dan investasi asing, hutang negara yg semakin besar, sampai ancaman kebangkrutan negara, ditambah dengan semburan ujaran kebencian yg menyerang pribadi dan kelompok tertentu. Isu2 negatif yg dibungkus dengan kemasan agama ini akan langsung masuk pada crock brain orang2 awam tersebut sehingga akal sehatnya tidak lagi dapat berfungsi. Ketika ini terjadi, maka fakta dan data riil yg disampaikan pada mereka akan menjadi sia-sia".
Mendengar penjelasannya, sejenak terlintas dalam benak saya kata2 ilmuwan muslim dari Andalusia, Ibnu Rushd :
"Kalau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah sesuatu yg batil dengan kemasan agama"
Ia kemudian meneruskan uraiannya :
"Itulah yg disebut dengan teknik hypnowriting yg biasa dipakai dalam dunia pemasaran. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kepentingan asing dalam penguasaan ekonomi & bisnis terhadap negara kita".
"Apakah itu terjadi akibat pembubaran Petral, divestasi Freeport, pengambilalihan Blok Mahakam & Rokan, pemberantasan ilegal fishing, dan kebijakan Pemerintah RI lainnya yg merugikan banyak pihak di dalam maupun luar negeri ?"
"Ya, itu sebagian di antaranya. Di sini terjadi adanya "kolaborasi" berbagai kelompok kepentingan yg bersifat ideologis, politis, dan ekonomis. Mereka sekarang "bersinergi" dengan satu komitmen untuk meraih ambisi memenangi pilpres dalam jangka pendek dan pada gilirannya meruntuhkan NKRI dalam jangka menengah. Strategi yg populer dengan istilah propaganda Rusia atau firehouse of falsehood ini telah terbukti sukses dalam pilpres di USA dan Brasil, tetapi gagal di Swedia dan Perancis. Sedangkan proxy war yg dimainkan dengan jitu terbukti telah mampu membuat Suriah, Irak, dan Libya hancur berkeping-keping dan ekonominya dapat mereka kuasai."
"Apakah menurut Anda strategi yg sama akan bisa berhasil di Indonesia ?"
"Itu sangat tergantung pada kita sendiri. Jika kita tidak waspada dan menyadari situasi yg terjadi sekarang ini, strategi tersebut ada kemungkinan bisa berhasil. Kenyataannya, sekarang ini telah terjadi polarisasi dalam masyarakat Indonesia. Jika ini terus berlanjut setelah pilpres nanti, kita tidak tahu apa yg akan terjadi, karena cyber war memiliki beberapa tahapan sebelum akhirnya bisa menguasai sebuah negara ..."
Kemudian ia menguraikan rencana strategis yg biasa dipakai dalam cyber war sebelum meneruskan kata-katanya,
"Oleh karenanya, semua pihak sangat penting untuk menyadari situasi ini dan tidak mudah terpengaruh dengan isu2 hoaks yg diproduksi secara masif tersebut. Upaya pencegahan dan penyadaran, khususnya perlu kita lakukan pada mereka yg masih mampu memelihara akal sehatnya. Eksistensi NKRI sangat mahal untuk dipertaruhkan jika kita tidak mampu menyadari situasi ini."
Saya pun menimpali kata2 nya :
"Saya sangat setuju dengan apa yg Anda sampaikan. Betapa mahalnya ongkos yg harus ditebus untuk sebuah jabatan Presiden yg cuma 5 tahunan ini kalau harus mengorbankan persatuan & kesatuan bangsa. Semoga Tuhan masih berkenan melindungi Bangsa Indonesia dan NKRI ...."
Dari uraian dan diskusi panjang hampir 2.5 jam yg "mencerahkan" dan sekaligus mengundang kekhawatiran tersebut, pada akhirnya saya menutup pembicaraan itu dengan ucapan terima kasih dan selamat bertugas kepada pejabat BSSN tersebut.
Tanpa terasa, rangkaian kereta baru hasil produksi BUMN PT INKA ini akan segera memasuki Stasiun Besar Gambir ...
🇮🇩🇮🇩🇮🇩
PILPRES DAN NKRI
Reviewed by JMG
on
May 09, 2019
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment