Monday, May 4, 2020
Harapan Terbaik Yang Kedua
*Prepared For The Worst But Hope For The Best (ke II)*
Suatu ketika Yudhistira sang pemimpin Pandawa yang bijaksana, harus menjawab pertanyaan terakhir dari Raksasa Yaksa sebagai syarat untuk menghidupkan kembali ke empat saudaranya yang telah di bunuhnya
Yaksa," Musuh apakah yang tidak terlihat? *Penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan?* Manusia macam apa yang mulia dan hina?"
Yhudistira menjawab, "Kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat. Ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk semua makhluk dan Manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan".
Ternyata jawaban bijak dari Yhudistira itu membuat sang Raksasa Yaksa puas kemudian dia menghidupkan kembali Bima, Arjuna Nakula dan Sadewa.
*
Artikel harian Kompas hari ini yang berjudul _Berkaca dari Vaksin HIV, Bagaimana Jika Vaksin Corona Tidak Berhasil Ditemukan?_ sangat menarik untuk direnungkan, karena harapan terbesar umat manusia untuk menghentikan keganasan virus ini adalah ditemukannya Vaksin Covid-19.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa sampai dengan hari ini, para ahli dunia belum bisa menemukan Vaksin Human Immunodeficiency Virus (HIV), sehingga sampai dengan saat ini HIV telah merenggut 32 juta jiwa.
Sangat sulit untuk membayangkan bila vaksin Covid-19 gagal untuk dikembangkan dan ditemukan, maka kehidupan didunia akan sangat berbeda dengan sebelum adanya terjangan gelombang virus yang mematikan ini. Roda dunia masih akan berputar seperti biasanya namun kehidupan akan selalu di hantui dengan bayang-bayang menakutkan virus ini.
Karena virus ini tidak mengenal waktu dan tempat maka serangan kembali (second wave) bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, sedangkan manusia dalam hal ini pemerintahan di seluruh dunia ini akan disibukan dengan tes swab, pelacakan kontak, Social Distancing, PSBB, Lockdown dan lain sebagainya.
Saya akan sedikit menyingung tentang kemungkinan yang terjadi di dunia pariwisata, yang menurut hemat saya yang paling terdampak dari terjangan virus covid 19 ini. Seperti tulisan yang terdahulu bahwa sektor pariwisata kemungkinan akan menjadi gerbong belakangan untuk bisa recovery.
Apakah sekarang ini dinilai terlalu dini untuk membicarakan sebaiknya bagaimana menata sektor pariwisata setelah pandemi ini berakhir? Mungkin jawaban yang rasional adalah kembali keatas bahwa pandemi ini harus di akhiri dulu, sebelum membicarakan langkah-langkah pembenahan yang komprehensif dan berkelanjutan. Apalagi selama ini paradigma yang berkembang di sektor pariwisata adalah bahwa tolok ukur keberhasilan pariwisata Indonesia adalah pada jumlah kedatangan wisatawan mancanegara.
Sebagai contoh kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) bila di hadapkan dengan gelombang pandemi ini maka kebijakan ini akan kontraproduktif. Sementara negara-negara diseluruh dunia akan membatasi mobilitas manusia dengan pembatasan perjalanan international, karena mereka tidak ingin “mengimpor” kasus covid 19 baru.
Dengan alasan pertumbuhan ekonomi, mungkin saat ini beberapa negara melonggarkan pembatasan perjalanan international, dengan syarat mengantongi Covid-19 Free Certificate. Tapi justru disini permasalahannya, apakah sertificate dari negara Indonesia misalnya akan di akui oleh negara Amerika, negara-negara Eropa atau negara lain didunia, atau sebaliknya? Bagaimana dengan standar internasional untuk terbitnya sertifikat ini? Apakah WHO yang menerbitkannya? Bagaimana prosedur dan tetek bengek persyaratan lainnya?.
Belum lagi bila ditinjau dari negara yang dituju, karena negara yang dituju harus memperlihatkan kredibiltas bagaimana menangani virus covid 19. Ini bukan sesederhana tentang laporan jumlah pasien yang terjangkit, angka mortalitas, jaminan pemerintah setempat, tapi lebih kompleks daripada itu.
Kejadian pandemi corona ini mungkin adalah momentum, karena sudah saatnya pemangku kepentingan pariwisata untuk lebih memperhatikan wisatawan domestik, dengan tidak mengesampingkan pertumbuhan wisata mancanegara. Kejadian bom Bali telah memberikan contoh, bahwa ketika wisatawan mancanegara masih trauma, justru wisatawan nusantara berbondong-bondong berwisata ke Bali dan tentunya menyelamatkan perekonomian dan dunia pariwisatanya.
Sebagaimana perang Baratayuda, Yudhistira sang pemimpin Pandawa yang bijaksana telah berhasil memimpin Pandawa memenangkan perang. Untuk itu berilah kesempatan kepada para pemimpin bangsa Indonesia yang saat ini menghadapi perang melawan pagebluk korona bin candrabirawa.
Dukunglah langkah dan upaya para pemimpin bangsa Indonesia untuk menghadapi makhluk kasatmata candrabirawa covid 19 ini. Endapkanlah rasa kemarahan dan ketidak-puasanmu dalam menyorot soal kebijakan pemerintah dalam menangani kasus korona ini. Kalaulah dirasa perlu berilah saran yang santun dan kritik yang membangun karena saya yakin pemimpin kita sang Yudhistira sedang merentang Gendewa Panah Cakra Baskara untuk memusnah makhluk kasatmata Candra Birawa bin Korona ini, enyah dari bumi Nusantara.
Wahyu I Widodo
Kasongan 03/05/2020
Harapan Terbaik Yang Kedua
Reviewed by JMG
on
May 04, 2020
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment