"Presiden JOKOWI HARUS PIMPIN NKRI🇮🇩❤beberapa Periode, karena fakta2 ini:
Tulisan Denny Siregar :
"MENGAPA MAKIN BANYAK ORANG2 BODOH dan MUNAFIK INGIN JOKOWI DIGANTI 2019..??
Karena DIBODOHIN ORANG2 yang PUNDI2NYA DI-OBOK2 JOKOWI sehingga tidak BISA KORUPSI.
MENGAPA seluruh KEKUATAN2 JAHAT KOMPAK BERSATU INGIN MELAWAN JOKOWI...?
1. JOKOWI PRIBADI yang SEDERHANA, tidak TERKAIT degan TNI-POLRI.
2. JOKOWI sudah MENGHANCURKAN KERAJAAN BISNIS SOEHARTO, GANG CENDANA dan KRONINYA.
3. KITA PAHAM ANAK SBY KAWIN dengan ANAK HATTA RAJASA untuk BISNIS MAFIA BBM, BLT, PROYEK MANGKRAK, TILEP MESIN KPU, BANK CENTURY DLL,
4. Apakah KITA LUPA ANAK AMIN RAIS KAWIN dengan ANAK ZULKIFLI HASAN untuk AMANKAN KORUPSI JUTAAN HA HUTAN yang DIGUNDULI DLL,
DAN FAKTA2 PENTING LAINNYA.
MESKIPUN CUKUP PANJANG NAMUN WAJIB DIBACA dengan TELITI... Sekarang untuk TAHU SIAPA2 SAJA PARA PENGKHIANAT NKRI ITU GAMPANG.
CARILAH ORANG, KELOMPOK ATAU PARTAI yang telah MEMBANTU SINGAPURA MENJADI KAYA DAN JUSTRU NKRI MENJADI MISKIN...,kenapa mereka GETOL TERIAK #2019GANTI PRESIDEN?
KARENA KERAJAAN PENCIPTA PUNDI2 UANG Mereka telah DI-OBOK2 JOKOWI....,
Dulu nih, sebelum JOKOWI naik panggung politik nasional, negeri kaya SDA ini harus berdarah darah harus impor Minyak agar kebutuhan BBM dalam negeri terpenuhi.
Dan impor BBM itu dibiayai dari subsidi agar rakyat merasa terbuai dengan nyaman.
SUBSIDI itu didapat dari HUTANG dan HUTANG.
Mengapa ?
Negeri ini ber-puluh2 tahun mmg Sengaja dibiarkan tergantung impor BBM karena kapasitas kilang BBM tidak ditambah.
Bayangkanlah dengan kapasitas kilang yang dimiliki hanya 800 rb barrel sementara kebutuhan BBM mencapai 1,4jt barrel, lalu yang 600rb barrel dari mana?
Solusinya IMPOR !
"Siapa yang diuntungkan" ?
Perhatikan tataniaganya :
Petral yang merupakan anak usaha Pertamina berubah menjadi lebih berkuasa dan strategis dibanding induknya Pertamina dengan mengontrol 60% impor BBM.
Artinya Petral mengelola 60% pengeluaran Pertamina.
Petral yang duduk manis di Singapura dan tidak punya aset, mengendalikan 60% operasional Pertamina.
Semua tahu dibalik Petral adalah para “pemain” yang dekat dengan elit poltik.
Mari berhitung thn 2012 (saat harga minyak mentah dunia kisaran US$ 100),
jika kebutuhan impor 400 ribu barrel/day x BBM impor rata2 US$ 140 x 365 hari x Rp 12.000 = Rp 245 triliun.
Bagaimana tidak enak, hanya tinggal duduk di belakang meja proyek senilai Rp 245 triliun datang menghampiri.
Itulah sosok Petral yang begitu menggerogoti Pertamina dan tidak memberikan kontribusi yang berarti.
Jika impor 400.000 BBM/day x 365 day = 246.000.000 barrel, itu setara dengan 39,3 miliar liter.
Setara dengan 39,3 miliar ltr x 0,76 = 29,3 miliar kg atau 29,3 jt ton.
Jika diangkut dengan kapal berukuran 50.000DWT, membutuhkan 599 kapal.
Lalu siapa yang menikmati bisnis pelayaran, bisnis asuransi, bisnis jasa freight forwarding, LC perbankan dan lainnya.
Jadi multiplier effect dinikmati oleh trader yang umumnya menggunakan kapal asing, asuransi asing, LC bank asing dan lainnya.
Misal tarif LC 0,125% maka dengan impor senilai Rp245 triliun maka perbankan akan menikmati jasa sebesar Rp30,75 miliar.
Kilang minyak paling baru terakhir dibangun thn 1994 atau dibangun jaman Presiden Soeharto atau 23 thn yll.
Presiden sudah berganti 5X dari Habibie sampai Sby, Menteri BUMN sudah berganti ber-kali2.
Dirut Pertamina sudah berganti ber-kali2 tapi kilang minyak tidak bertambah.
Indonesia makin banyak impor BBM.
Mengapa Indonesia tidak bangun kilang minyak?
Karena katanya dulu tidak punya uang, jualan BBM rugi IRR hanya 8%, resiko besar dan lainnya.
Lebih enak impor, makanya sering diberitakan ada lingkaran istana, menteri, direksi Pertamina yang terlibat impor.
Bahkan ada eks Direktur Pertamina Suroso Atmomartoyo yang dipenjara karena korupsi impor minyak...
Sebentar lagi nyusul Karen Agustiawan orangnya permaisuri Cikeas...
Ironisnya yang senang tiada kepalang adalah Singapura dengan Para Mafia....,
Negeri kecil yang tidak punyak minyak, tapi punya kilang minyak dengan kapasitas sekitar 1,4 juta barel - dengan konsumsi dalam negeri Singapura hanya 150rb barrel, artinya Singapura harus mencari pasar ekspor sekitar 1,25jt barrel agar kilang minyaknya tidak “menjadi besi tua”.
Maka Indonesia dengan potensi pasar impor BBM sebesar 400rb barrel/day adalah potensial, sudah besar pasarnya dekat pula jaraknya, sehingga biaya logistik menjadi murah.
Jika tahun 2025 nanti konsumsi BBM Indonesia bertambah menjadi sekitar 2,2jt barrel dan kalau kapasitas kilang Pertamina tidak bertambah tetapi 800rb barrel (tambah tua, tambah sering rusak, waktu operasi makin berkurang, bisa produksi 700rb barrel di tahun 2025 sudah bagus).
Maka Indonesia butuh 1,4jt barrel BBM.
Nahh...lho...
Singapura yang awalnya harus ekspor jauh2 agar kelebihan 1,25jt barrel terserap (Indonesia 400rb dan 825rb negara lain), maka 100% bisa diekspor ke Indonesia.
Makin kaya tuch Singapura.
Dan Indonesia makin sengsara karena impor minyak harus pakai Dollar.
Agar punya Dollar harus ekspornya di atas impor, agar punya devisa.
Jika devisa kecil dan impor besar maka kurs rupiah akan jauh terhadap dollar, akibat-nya impor minyak butuh uang lebih banyak lagi.
Akibat lainnya impor produk/jasa lainnya juga akan semakin mahal.
Harga HP mahal, harga Laptop mahal, harga obat mahal, harga pakaian mahal (bahan baku masih impor), semua serba mahal.
Itu masa lalu.... adek ku
Sekarang....,
Langkah berani Presiden Jokowi adalah membubar-kan Petral lalu membangun kilang minyak dengan cara bangun kilang baru di Tuban 300 rb barrel, di Bontang 300 rb barrel, upgrading/RDMP di Cilacap, Balongan, Balikpapan dan lainnya. Di thn 2025 diperkirakan Pertamina akan produksi BBM 2,2 jt barrel dengan sebagian besar sudah standar Euro 5.
Bandingkan dengan kilang Singapura yang masih Euro 3.
Dengan kampanye energi ramah lingkungan, suatu saat negara2 yang impor BBM akan gunakan Euro 5.
Spore Closed file.
Itu hanya masalah waktu asalkan semangat kemandirian dan smart terus dipertahankan.
Hasil dari dibubarkannya PETRAL dan diberangus nya MAFIA MIGAS, Presiden Jokowi bisa membayar Warisan Hutang era Soeharto dan Sby sbb :
Thn 2014 -Rp174Triliyun
Thn 2015 -Rp382.Triliyun
Thn 2016 - Rp505Triliyun
Thn 2017 - Rp264Triliyun
Thn 2018 -Rp400.Triliyun
TOTAL HUTANG WARISAN yang DIBAYAR JOKOWI = Rp.1.725.T.
Bagaimana kalau JOKOWI tidak terpilih lagi😭😭😭🇮🇩❤....,
Jadi Pantas khan Klo "Mereka2" ini TOTAL dan GILA2AN Kucurkan Dana Guna Menyerang "ASAL BUKAN JOKOWI"😡
Pikirkanlah Baik2 itu...., Demi🇮🇩❤🙏🙏🙏
Mewaspadai Radikalisme Agama Di Tubuh Polri
Sebab yang merasuki jiwa mereka bukanlah paham yang ditradisikan Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah, tetapi mereka menjadi target sendiri dari kelompok Salafi Haraki dan Salafi Jihadi. Dua kelompok inilah, yang banyak melahirkan teroris-teroris dimana-mana.
Seharusnya Polri menindak tegas perkumpulan sempalan ini. Karena Polri tidak memiliki sayap bernama "Polisi Cinta Sunnah", apalagi memuat di dalamnya ada logo yang mencantumkan tanda Tri Brata, yang identik dengan institusi Polri
Baca selengkapnya: >>>
https://www.hwmi.or.id/2021/04/mewaspadai-radikalisme-agama-di-tubuh.html
#HubbulWathonMinalIman
Oleh:Makmun Rasyid, Penulis Buku
Belakangan ini, di kota kelahiran saya, Gorontalo, muncul kelompok Polisi Cinta Sunnah. Sebagaimana namanya, kelompok ini beranggotakan para personel kepolisian yang masih aktif, namun memiliki ekspresi keagamaan yang sama.
Dari nama saja sudah menandakan bahwa mereka tidak akan pernah sepaham dengan selain kelompoknya. Istilah "Polisi Cinta Sunnah" menjadi virus tersendiri di internal kepolisian. Sebab yang merasuki jiwa mereka bukanlah paham yang ditradisikan Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah, tetapi mereka menjadi target sendiri dari kelompok Salafi Haraki dan Salafi Jihadi. Dua kelompok inilah, yang banyak melahirkan teroris-teroris dimana-mana.
Seharusnya Polri menindak tegas perkumpulan sempalan ini. Karena Polri tidak memiliki sayap bernama "Polisi Cinta Sunnah", apalagi memuat di dalamnya ada logo yang mencantumkan tanda Tri Brata, yang identik dengan institusi Polri.
Gambar ilustrasi
Selain perkumpulan Polisi Cinta Sunnah, sebenarnya bibit-bibit eksklusif dalam beragama itu ada juga, misalnya Bhayangkara/ri Hijrah dan tentunya saya menyelidiki perkumpulan sejenis juga bernama Polisi Mengaji.
Polisi maupun militer kerap berbeda secara ideologi pergerakannya dengan Salafi-Wahabi, Ikhwanul Muslimin, Front Pembela Islam hingga Hizbut Tahrir Indonesia. Jadi kalau ada polisi yang ikut gerbong Polisi Cinta Sunnah berarti ada dua kemungkinan: nasionalismenya menurun atau KW, dan dia minim informasi pergerakan keagamaan yang bersifat transnasional. Tentunya ini perlu penataran kembali.
Mereka yang ikut tergabung dalam perkumpulan Polisi Cinta Sunnah adalah kerap belajar agama kepada orang dengan melihat sampulnya, tapi tidak ke kedalaman dan misi gerakannya. Dalam aspek ini, bisa dipastikan. Maka hampir semua polisi yang terpapar ini tidak mengerti sepak terjang Salafi-Wahabi, IM maupun HTI.
Dan di Gorontalo, jangan dianggap orang-orang itu yang ada di dalam foto ini saja. Bahkan tak jarang di antara mereka, ada yang "taqiyyah" (menyembunyikan identitas mereka) dan ada pula yang terang-terangan.
Di lapangan, ketika mereka dihadapkan untuk memilih: antara institusi kepolisian atau gerakan yang diikutinya, maka tak jarang mereka keluar dari institusi kepolisian. Salah satu alasan yang kerap kita temukan di lapangan seperti "jabatan bukan seumur hidup, tapi belajar agama selama-lamanya".
Hal itu terkesan benar padahal salah. Menabrakkan urusan dunia dengan akhirat. Yang pemahaman itu tidak dikenal dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Bahkan dalam Bhayangkara/ri ditemukan pula seperti "saya rela dikeluarkan dari institusi kepolisian, yang penting yang hidup dalam bingkai sunnah". Dia membayangkan bahwa pekerjaan polisi tidak bernilai ibadah... What?
Dan fenomena ini sudah terjadi 3 tahun belakangan. Tentunya, Polri dan segenap elemennya harus tegas. Semakin dibiarkan semakin keropos institusi ini dan bayangkan jika yang memegang sebuah amanah mereka yang berpaham Salafi-Wahabi atau terafiliasi dengan kelompok transnasional lainnya.
Tinggal menunggu, kapan alarm itu akan berbunyi dan kita pecah-belah...!
No comments:
Post a Comment