Tuesday, December 31, 2019
FPI Diberi Nafas, Bom Waktu Siap Meledak, Negara Bakal Rugi Triliunan
"FPI Diberi Nafas, Bom Waktu Siap Meledak, Negara Bakal Rugi Triliunan"
Entah apa yang merasuki pemerintah, wacana membubarkan FPI dengan tidak memperpanjang izin saja tak bisa. Tito berusaha menyerang, tapi kalah dengan tekanan pelindung sekaligus pendiri FPI yang entah siapa.
Kasus intoleransi diperiode kedua harusnya sudah tuntas, langsung dapat dieksekusi saat ini juga, karena pencarian mengenai sumber masalah dan beragam analisa mengenai intoleransi ini harusnya sudah diselesaikan diperiode pertama.
Menag tak berkutik, Wiranto dilantik ketua Wantimpres. Luhut tetap mengisi jabatan. Lingkaran masa lalu Jokowi membelenggu membuatnya tak bergerak.
Kita sekarang melihat Ibukota dibangun megah dan lebih diprioritaskan. Sedangkan radikalisme tumbuh subur membangun pondasi lebih kuat perlahan.
Presiden Berharap karya terwujud, sedangkan kanker radikalisme diabaikan. Nama Presiden mungkin akan dikenang, tapi bagaimana masa depan bangsa dengan ancaman perpecahan yang bakal terang benderang?
Lucu, lucu sekali, para pembisik mengatakan. kelompok radikalisme itu sedikit, bukan ancaman. Tapi sekali lagi, tolong jangan pura-pura untuk tidak melihat. Ancaman itu nyata, dan Negara dapat rugi hingga triliunan besarnya. Kalau sahnya sekarang menghindari konflik adalah untuk menghemat semata.
Ya, demi menghemat. Jika alasan tidak membubarkan FPI, dan tidak mempermasalahkan izinya lagi itu, hanya karena harapannya menghemat. Maka logika paling masuk akal mengenai keputusan ini adalah salah besar.
Sekarang mungkin Pemerintah dapat menghemat 76 miliar untuk 1 kali demo. Tapi kubu radikalisme itu terus melebarkan sayapnya tanpa berhenti sehari pun.
Kelompok radikalisme itu hidup bahagia dan tentram, bebas melakukan ujaran kebencian, bebas buat sensasi intoleran, diberi panggung sana sini lewat media nasional, sedangkan jika mereka terlibat masalah atau terdesak, tanpa pikir panjang mereka berani mengancam turun ke jalan.
Lihatlah kasus Ahok yang digadang-gadang jadi Dirut, Novel Bakmumin siap turun ke jalan bila terbit pesanan. Menghindari terjadinya konflik, Ahok dimutasikan ke posisi komisaris untuk meredam ancaman keributan
Lagi-lagi, Pemerintah takut dan dapat ditekan, kelompok radikalisme itu berani merubah sejarah dengan melontarkan ancaman.
Hanya demi tak mau kehilangan 76 miliar.
Pemerintah mungkin merasa lebih efisien untuk menghemat dana itu sekarang, sementara bisa dialokasikan ketempat lain. Tapi percayalah, angka 76 miliar akan membeludak, karena segala kebijakan kedepannya akan banyak dipengarahui dengan tekanan-tekanan dari beragam pihak yang punya kuasa menekan.
Maju sedikit dihempas kebelakang mundur, mau mengambil keputusan, harus sesama elite yang senang, jika tidak. prajurit bayaran dapat digerakan. Pemerintah tak lagi mencari solusi bersama rakyat, pemerintah hanya akan mencari solusi dengan mendatangi sesama elite.
Karena elite dianggap yang punya kuasa dan akses modal untuk menggerakan demo. Maka jangan heran bila dimasa yang akan datang, ketimpangan akan semakin besar di rakyat. Jika radikalisme dibiarkan, mereka dapat mendoktrin para rakyat itu menjadi pengikutnya.
Jumlah mereka akan bertambah, sedangkan Pemerintah masih lebih memilih mengabaikan masalah ini. Sejatinya kita paham, Jokowi ingin juga memberantas masalah ini, setidaknya itu yang kita lihat dengan banyak terpilihnya Menteri baru, tapi menyelesaikan masalah ini tak semudah membalikan telapak tangan.
Selama lagi-lagi, ikatan masa lalu Jokowi dijadikan alasan, maka niscaya tak akan dapat berubah banyak. Tito contohnya, berusaha sekali dia melawan, Jokowipun berharap dari Tito dapat menekan. Menurunkan kekuasaan seseorang yang lebih besar dari Jokowi itu di istana. Tapi tidak bisa. Peran orang ini sangat kuat, staffnya terlalu banyak.
Untuk itu, bila Tito bersama Jokowi saat ini merasa diserang dengan sekutu sendiri yang jumlahnya lebih banyak. Kami sebagai rakyat coba membantu dengan menguatkan opini publik bahwasanya di dalam sana ada masalah.
Publik banyak tak mengetahui, tapi kami akan terus menyampaikan informasi secara rinci dengan akurat dari data dan fakta. Publik harus tau bahwa Pak Jokowi sedang berusaha tapi belum bisa banyak bergerak.
Pak Jokowi, kita rakyat Indonesia ini memilihmu, janganlah kamu takut. Kita tidak memilih orang yang menekanmu di istana itu. Kita tak akan membiarkan radikalisme menguasai pemilu 2024 mendatang, kami tak akan biarkan perusak negeri ini berhasil merebut tahta itu. Pak Jokowi jangan takut. Rakyat dibelakangmu siap membantu melawan radikalisme ini bersama.
https://seword.com/politik/fpi-diberi-nafas-bom-waktu-siap-meledak-negara-KtNTVV0kc9
Bani
FPI Diberi Nafas, Bom Waktu Siap Meledak, Negara Bakal Rugi Triliunan
Reviewed by JMG
on
December 31, 2019
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment