Tuesday, April 2, 2019
Debat Capres, Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi: Prabowo Permalukan TNI 31 Maret 2019
Debat Capres, Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi: Prabowo Permalukan TNI
- Prabowo Perlu Ikut Bimbel Pertahanan Keamanan Di Jaman Now
JAKARTA - Menanggapi hasil Debat Calon Presiden ke-4, semalam (29 Maret 2019), Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi yang mantan Aster Kasad sekaligus juga teman seangkatan Capres Nomor 02 Prabowo Subiyanto di AKABRI (Nomor Akademi 70), terheran-heran, bagaimana mungkin pak Jokowi yang lulusan Faktultas Kehutanan justru lebih menguasai bidang pertahanan.
Dia menyebut, bahwa dalam debat capres tersebut, Prabowo kembali mempermalukan TNI lagi. Karena ternyata tidak mengetahui bahwa di seluruh dunia, yang digunakan dalam menyusun rencana pertahanan adalah “Hakikat Ancaman” yang bakal dihadapi sebuah negara.
Dan “Hakikat Ancaman” itu sendiri adanya di Perkiraan Intelejen Strategis baik Jangka Pendek, Menengah dan Panjang.
"Dan itulah maka di setiap Kedutaan Besar negara manapun dilengkapi dengan Atase Pertahanan dari ketiga angkatan. Sehingga dasar penyusunan Hakikat Ancaman benar-benar valid, sama sekali bukan asumsi apalagi halusinasi, merekalah Badan Pengumpul Keterangan yang resmi dibiayai negara," tandas Saurip Kadi, hari ini.
Menurut Saurip, Capres nomor urut 01 Jokowi justru mengetahui bahwa perang jaman now bukan lagi adu kekuatan persenjataan seperti perang jaman old, tapi perang asimetris yang intinya adalah bagaimana mempengaruhi rakyat negara lawan melalui perubahan mindset," ujarnya.
Dan saat ini, menurut Saurip Kadi, negara negara lain sudah mengubah konsep pertahanan mereka, bahkan Amerika Serikat sudah menutup sejumlah pangkalan militernya di negara lain.
Saurip Kadi juga menyatakan, keliru besar jika Prabowo membandingkan besaran anggaran militer Indonesia dengan Singapura.
"Dengan luas wilayah yang kecil, tidak lebih dari Kabupaten Brebes, tapi menguasai kekuatan ekonomi kawasan melalui jasa finansial dan perdagangan, maka tidak ada pilihan, Singapura harus mempunyai keunggulan dibidang militer. Karena dengan satu sorty pengeboman saja, Singapura akan habis'" katanya.
Jadi, menurutnya, Prabowo harus belajar lagi soal pertahanan dan keamanan yang terbaru. Sesuai jaman now. "Kalau perlu, melalui Bimbingan Belajar," tandas Saurip Kadi.
Ditanyakan soal makna penyataan Capres Nomor 02 Prabowo Subiayanto bahwa dirinya adalah lebih TNI dari TNI, Saurip Kadi menyilahkan bertanya langsung kepada Prabowo.
"Tapi yang saya ketahui pak PS adalah Perwira Tinggi TNI yang dipecat dari dinas aktif, karena berinisiatif melakukan penculikan sejumlah aktifis, sebagaimana diakui sendiri di depan sidang DKP," imbuhya.
Setelah ikatan dinasnya selesai, berakhirnya dinas militer di negara manapun hanya ada 3 alasan, yaitu pertama karena atas pemintaan sendiri untuk pensiun dini, kedua karena diberhentikan dengan hormat akibat sakit atau cacat sehingga tidak lagi mampu menjalankan tugas-tugas kemiliteran dan yang ketiga karena pensiun sesuai batas umur yang diatur oleh Undang-Undang. Di luar ketiga alasan tersebut adalah karena dipecat.
"Karena pak PS adalah perwira tinggi bintang tiga dan lagi menantu pak Harto, ya saru kalau digunakan istilah dipecat, maka dihadapkan pada kondisi riil saat itu, penggunaan istilah diberhentikan sungguh sangat bijak," tandasnya.
Terhadap pertanyaan, kwalitas jawaban bidang pertahanan oleh capres nomor urut 01 Jokowi, Saurip Kadi mengajak bangsa ini sepatutnya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena mempunyai Presiden yang paham tentang tentara dalam negara demokrasi dimana senjatanya wajib menghadap keluar.
Dan karenanya gelar TNI yang saat ini adalah warisan Belanda yabg dilanjutkan Orba, maka kedepan harus ditata ulang agar bisa meng "cover" seluruh wilayah pertahanan NKRI, untuk melumpuhkan musuh sebelum masuk maupun yang sudah terlanjur masuk masuk ke dalam wilayah NKRI.
Ditanya tentang siapa yang bakal tampil sebagai pemenang dalam Pemilu 17 April 2019 mendatang, Saurip Kadi mengingatkan segenap Keluarga Besar TNI (KBT) bahwa menggunakan Hak Pilih adalah HAM, tapi sebelum segalanya terlambat, terkhusus kepada para pensiunan prajurit TNI dan terlebih mantan elit TNI utamanya mantan Panglima TNI dan Kas Angkatan serta petinggi TNI yang ada di BPN Paslon 02 bahwa sampai ajal menjemput, para pensiunan mempunyai kewajiban untuk menjaga kehormatan, derajat dan martabat TNI.
"Apa yang kita cari di hari tua, haruskah para pensiunanan tega membiarkan TNI kembali menanggung aib, karena prajurit TNI harus menghormat dengan sangkur terhunus kepada mantan petinggi TNI yang berhenti dari dinas aktif, karena dipecat, naudzu bilah mindalik" ujar Saurip Kadi lagi
Diakui oleh Saurip Kadi, memang sulit untuk tidak menempatkan Pak Prabowo sebagai bagian dari KBT, tapi para purnawirawan TNI wajib menjaga TNI sebagai almamater tempat kita dulu menyerahkan jiwa dan raga untuk kejayaan NKRI.
Kecuali bagi mereka yang tidak merasa bahwa penculikan aktifis, bukanlah aib bagi TNI dan terkhusus bagi lulusan Akademi TNI.
"Dan kalau betul ada pensiunan TNI yang tidak menempatkan hal tersebut sebagai aib, maka kedepan mereka tidak layak untuk menyebut dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Karena pak Dirman dan para pendiri TNI lainnya serta para pelatih kita di Akademi TNI tidak pernah mengajarkan bahwa rakyat apalagi aktifis demokrasi sebagai musuh negara, sehingga mereka sah untuk diculik," tegas Saurip Kadi yang memang dikenal kritis ini.
Sementara itu kepada segenap anak bangsa, Saurip Kadi menyerukan bahwa Pemilu bukan Perang. Pemilu tak lebih untuk memilih Capres dan program untuk 5 tahun ke depan.
"Untuk itu, pilihlah Capres yang nyata-nyata sudah terbukti berani dan berhasil memberantas Mega Korupsi, Mafia Tambang serta Migas seperti Petral, Free Port, Newmont, Blok Rokan, Mahakam dan juga mampu membangun rasa Indonesia melalui kwalitas pelayanan dan infra struktur yang sama untuk seluruh wilayah Indonesia dan nyata-nyata mampu melanjutkan pembangunan jalan TOL dan infratsruktur yang dimasa lalu MANGKRAK. Melalui Dana Desa dan sejumlah program Kartu, kini rakyat kecil sudah mulai merasakan manfaat NKRI," pungkasnya. (Aris)
Analisa debat semalam
Saya kadang bingung sama Prabowo. Di matanya semua gak ada yang genah. Sama TNI, dia curiga dan gak percaya. Katanya TNI suka melapor asal bapak senang saja. Dia seakan meremehkan kekuatan TNI.
Bahkan katanya, Prabowo lebih TNI dari TNI. Saya bingung, apa yang dimaksud lebih TNI dari TNI. Oh, mungkin maksudnya, dia adalah anggota TNI yang dipecat. Makanya berbeda dengan anggota TNI biasa.
Dalam kepala Prabowo, dunia selalu berada dalam ancaman. Dia seperti parno menghadapi kehidupan internasional. Makanya yang dipikirin melulu alat perang. Itupun perang dalam arti tradsional. Militer saling bertempur. Mesiu. Bom. Ledakan. Saling bunuh.
Padahal dunia sudah berubah. Jauh berubah. Perang bukan lagi hanya ekspansi fisik. Senjata. Darah. Atau mesiu. Perang saat ini lebih pada ekspansi informasi akibat teknologi informasi.
Disinilah Jokowi lebih peka melihat persoalan. Dia bukan hanya memperkuat militer dengan alutsita tradisional seperti senjata, tank dan pesawat. Lebih dari itu, dia berusaha memenuhi kebutuhan alutsita kita dengan mengembangkan teknologi pertahanan sendiri.
Kini kita sudah mampu memproduksi berbagai alat perang yang canggih. Tank dan senjata diproduksi Pindad. Kapal selam dan kapal perang diproduksi dalam negeri. Sementara teknologi informasi diperkuat untuk menghadang kekuatan asing.
Ketika Prabowo masih sibuk mau mengeluarkan banyak dana untuk alat perang tradisional, Jokowi lebih memilih berpikir jangka panjang. Membangun industri persenjataan dalam negeri dan mengembangkan tenaga-tenaga cyber.
Dalam persoalan pertahanan dan keamanan jelas tergambar, bagaimana seorang militer pecatan berhadapan dengan seorang pemimpin visioner. Bagaimana orang yang melulu mengandalkan otot dengan Jokowi yang lebih mengandalkan otak.
Bagaimana orang emosional berhadapan dengan lelaki bijak dengan cara berpikir jernih.
Ketika bicara soal politik luar negeri, seperti biasa Prabowo selalu melecehkan bangsanya. Dia seolah merasa bisa menyelesaikan masalah diplomasi dengan senjata.
Kadang kita bingung. Bagaimana seorang Prabowo bisa menyelesaikan diplomasi luar negeri kalau dia sendiri terkena larangan masuk ke AS dan beberapa negara lain. Sebab sampai saat ini Prabowo dianggap sebagai penjahat HAM. Jadi sebagai personal, Prabowo sendiri punya reputasi buruk di mata dunia internasional. Bagaimana dia bisa membawa bangsa ini berhadapan dengan asing, jika dia sudah distempel sebagai penjahat kemanusiaan.
Yang paling menarik, Prabowo selalu bicara soal harta kita di bawa ke luar negeri. Padahal perusahaan milik Prabowo dan Sandiaga termasuk yang tercatat di Paradise Papers. Itu karena mereka menempatkan hartanya di negara surga pajak.
Artinya, ya Prabowolah aktor yang membawa harta bangsa ini ke luar negeri.
Gimana soal ideologi? Iya, Prabowo secara retoris mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Tapi pengakuan gak cukup. Sampai sekarang kita gak melihat sikap tegasnya soal HTI dan khilafah.
Bahkan di panggung kampanyenya kemarin, bendera HTI berkibar dengan gagah. Menunjukan dukungan.
Jadi saya melihat, apa yang dikritik Prabowo terhadap bangsa ini, padahal dia sendiri menjadi bagian aktif disana. Mestinya dia mengkritik dirinya terlebih dahulu. Sebab kritiknya justru lebih tepat untuk dirinya sendiri. Ketimbang ditujukan pada Jokowi.
Untung saja Jokowi kalem. Dia sadar, debat kali ini sudah terlalu mepet dengan masa pencoblosan. Tidak akan banyak pengaruhnya kepada suara mengambang.
Dia membiarkan Prabowo marah-marah di panggung debat. Membiarkan emosi Prabowo meluap-luap seperti air mancur. Sebab ketika orang marah, sesungguhnya dia sedang membuka topengnya sendiri. Melucuti kekurangannya sendiri.
Sementara Prabowo ngamuk sampai memarahi penonton, Jokowi santai saja. Dia lebih fokus menjelaskan detil-detil persoalan. Lebih dingin dan adem.
Debat ini menampilkan dua karakter orang yang berbeda. Yang satu gila perang. Satunya lagi adem dan bersahabat.
Debat Capres, Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi: Prabowo Permalukan TNI 31 Maret 2019
Reviewed by JMG
on
April 02, 2019
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment