“Siapa yang bilang politik itu jahat atau tidak bagus? Politik itu baik!”
(21/06/2018)
Mengapa orang Katolik selama ini tidak banyak muncul ke dunia politik? Bukankah dengan terjun ke dunia politik berarti kita ikut memberi garam dan terang dunia? Salah satu kelemahan Gereja Katolik selama ini adalah kurang merespon situasi politik Indonesia dan kaderisasi. Contohnya, setelah era Frans Seda, Cosmas Batubara, dan YB Sumarlin, Gereja Katolik seperti kehabisan stok tokoh Katolik.
Pastor Benny Susetyo Pr mempertanyakan hal itu dalam seminar bertema “Gereja Katolik dalam Pusaran Dunia (Politik): Quo Vadis?” di Gedung Srijaya, Surabaya, 10 Juni 2018 yang dihadiri sekitar 500 peserta.
“Apakah peran kita (Gereja Katolik) menghadapi situasi semacam itu? Bolehkah pastor dan Gereja Katolik berpolitik praktis? Bolehkan umat Katolik ikut berpolitik praktis? Pertanyaan-pertanyaan itu pun diangkat oleh Pastor Benny yang saat ini bertugas sebagai Satgas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam “Gereja dalam Panggung Politik.”
Seraya menghimbau dan memotivasi semua generasi muda Katolik dan umat Katolik untuk terjun di bidang politik, Pastor Benny bertanya, “Siapa yang bilang politik itu jahat atau tidak bagus? Politik itu baik!”
Maka, Pastor Benny mengajak umat Katolik untuk “berdiri sejajar dengan yang lain dalam membangun bangsa dan negara” dan mengkritik umat dan pastor yang setiap saat hanya sibuk mengurus paroki tapi tidak melihat ke luar. “Kita ini hanya berpikir paroki, hanya sibuk di dalam. Setiap kali yang dipikirkan rapat paroki, tetapi kita tidak berpikir ke luar. Harusnya sebagai umat Katolik, sebagai garam dan terang dunia, kita terjun ke dunia politik juga,” tutur imam itu.
Kelemahan lain umat Katolik adalah tidak saling mengalah dan tidak saling mendukung. “Misalnya dalam satu dapil, harusnya kita berikan kesempatan kepada calon kita yang secara kemampuan luar biasa untuk maju menjadi anggota legislatif. Tetapi yang terjadi apa? Kita malah royokan di dapil itu, sekitar 4-5 orang Katolik di situ. Hasilnya, kita kalah melulu,” jelas imam itu.
Pastor Benny juga melihat Gereja Katolik “tidak menyiapkan pendidikan dan kaderisasi politik” tetapi “hanya sibuk urusan di dalam, bertengkar di dalam, rapatnya paling ramai, jago kandang.”
Maka, Pastor Benny menghimbau peserta seminar untuk mulai belajar dari Romo Van Lith yang meletakkan dasar Katolik di Jawa. Karena yakin bahwa pewartaan Gereja tidak akan berhasil kalau Gereja tidak menjadi Gereja pribumi, jelas imam itu, “Romo Van Lith awalnya tidak membangun gereja tetapi membangun manusia.”
Awalnya van Lith bukan membangun gereja tetapi sekolah dan kursus-kursus untuk ibu-ibu warga setempat. “Dari inilah muncul tokoh-tokoh Katolik yang nantinya menjadi peletak dasar tokoh-tokoh Katolik yakni tokoh politik, tokoh berpengaruh, karena baru sadar investasi manusia lebih penting.”
Namun saat ini, sebaliknya, investasi tanah dan gedung lebih penting. “Dewan paroki datar-datar saja. Kalau urusan pembangunan gereja umat antusias, kalau urusan kaderisasi umat tidur karena merasa tidak penting.”
Akhirnya, imam itu mengamati, “kita seperti ini, bukan menyiapkan manusia yang mampu menjadi tanda sarana hadirnya Allah itu, karena keberhasilan diukur dari materi bukan kualitas manusianya. Bagaimana Gereja bisa hadir menjadi ajur ajer, menjadi terang dan garam dunia, itu tidak pernah dipikirkan.” (herman yos k)
https://penakatolik.com/2018/06/21/pastor-benny-susetyo-siapa-yang-bilang-politik-itu-jahat-atau-tidak-bagus-politik-itu-baik/
No comments:
Post a Comment