Saturday, December 8, 2018
ASYIKNYA FAHAM POLITIK GLOBAL
Kekacauan ini berawal dari:
Barat/Kapitalis (Amerika, Inggris, Perancis, Uni Eropa, Australia, Saudi, Israel, dan sekutunya) mulai terdesak oleh kemajuan Timur/Sosialis (Rusia, Cina, Korut, Iran, sebagian Amerika latin, dll), untuk memenangkan perang dagang/dingin ini.
Pilihannya adalah Barat akan menggunakan strategi utamanya, yakni sekuat tenaga men-Suriahkan semua negara muslim agar menjadi amunisi Barat untuk melawan kekuatan Timur (Rusia-Cina-Iran- dan sekarang ditambah Suriah).
Agen penjualan Barat untuk menjerat dunia muslim adalah Saudi dengan senjata andalan untuk menakut-nakuti negara muslim lainnya adalah menggunakan kuota haji.
Lihat bagamana Qatar dan sekarang Palestina yang diembargo jamaah hajinya. Dengan cara licik itulah yang akhirnya Barat melalui Saudi dapat mengendalikan negara-negara Islam.
Kenapa Barat melalui tangan Saudi mulai ikut campur negara Indonesia?
Sebab sekarang Indonesia sudah menjadi negara strategis di bawah kepemimpinan Jokowi.
Dan kekhawatiran Barat terhadap negara Indonesia adalah Barat sangat kawatir bila Indonesia sebagai negara strategis akan lebih condong dan dekat dengan dunia Timur (Rusia-Cina-Iran) sehingga mengancam dominasi Barat terutama di wilayah Asia Tenggara.
Indikasi kekhawatiran USA dan sekutu nampak sekali dengan rencana USA dan sekutunya membangun pangkalan militernya di Papua Nugini.
Terkait rencana pembangunan pangkalan militer di Papua Nugini tersebut dapat diartikan sebagai kabar baik sekaligus kabar buruk bagi Indonesia.
Kabar baiknya adalah USA secara tidak langsung mengakui bahwa Indonesia sudah setara negara maju dan memiliki kekuatan yang dianggap mengancam kepentingan USA di wilayah Asia tenggara dan Australia.
Kabar buruknya adalah Indonesia sudah menjadi golongan negara yang ditarget untuk dihancurkan seperti Irak pada masa Saddam Husein, Libia, Suriah, Korut ketika berpotensi tidak patuh atau bahkan melawan kepada Barat.
POINT PENTINGNYA ADALAH: Selalu ada keterlibatan Barat pada setiap kekacauan dan kehancuran sebuah negara.
Dan selalu ada keterlibatan Saudi pada setiap konflik dan permusuhan sesama umat Islam.
Karena konspirasi jahat mereka kaum Zionis, Kapitalis, dan Wahabis menganut faham: RAMPOKLAH RUMAH YANG SEDANG TERBAKAR!.
Tanda-tanda Indonesia sudah dianggap menjadi ancaman bagi Barat adalah kemajuan yang telah dicapai saat ini.
Di samping itu, Barat merasa Indonesia sudah mulai tidak bisa diatur lagi seperti pada zaman Sukarno dulu.
Bukti Jokowi dianggap melawan Barat adalah kegigihannya mengambil alih aset-aset USA seperti freeport, PT Newmont Nusa Tenggara, Blok Rokan, dan lain sebagainya.
Apa yang dilakukan Jokowi mirip dengan apa yang juga dilakukan Sukarno.
Keberanian Jokowi mengeksekusi bandar narkoba yang datang dari negara-negara Barat juga tidak sedikit mengusik hubungan dengan negara yang bersangkutan.
Juga ketidak sukaan negara-negara sekitar seperti Singapura dengan kebijakan tax amnestinya yang merugikan Singapura. Pembubaran Petral yang berkantor di Singapura juga sedikit banyak mengurangi keuntungan negara Singapura tersebut.
Ketidak sukaan Singapura sangat terlihat sekali ketika dalam penyelenggaraan acara The World In 2019 Gala Dinner malah memberi panggung lebar pada elit-elit Indonesia yang menjelek-jelekkan negaranya sendiri.
Singapura lebih memilih mengundang elit-elit Indonesia yang lebih pro Barat.
Acara tersebut sangat kuat terkesan sebagai upaya Singapura mulai ikut intervensi pilpres di Indonesia dan membantu melobi mencari dukungan internasional agar pada pilpres 2019 dipimpin oleh presiden yang pro Barat sehingga menguntungkan bagi Singapura yang juga bagian dari sekutu Barat.
Kebijakan Jokowi melalui mentri Susi Pujiastuti dengan penenggelaman kapal yang berdampak membunuh kehidupan nelayan-nelayan negara tetangga Indonesia. Sehingga negara-negara tetangga Indonesia tersebut merasa dirugikan oleh kebijakan presiden kita saat ini.
Intinya:
Dengan keberanian presiden saat ini yang membuahkan hasil menyebabkan negara-negara tetangga yang disokong Barat gerah terhadap Indonesia.
Indikasi mereka gerah adalah mereka mulai menghimpun strategi untuk menjatuhkan pihak-pihak yang memiliki komitmen besar untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Di antara indikasinya adalah melalui agen-agen Barat yang disusupakan di negara Indonesia akan menghasut dan meng-agitasi rakyat untuk saling menyerang, mencaci-maki, dan saling memfitnah dengan tujuan negara Indonesia terjebak pada konflik saudara seperti di Irak, Libia, Suriah, dan Yaman.
Namun sayangnya, selalu ada penghianat dari dalam bangsa sendiri hanya untuk ambisi kekuasan sesaat.
Mereka rela menjual diri ke Barat hanya untuk mendapat dukungan menjadi penguasa atau berharap mendapat dukungan terhadap kepentingan diri dan kelompoknya saja.
Ciri-ciri kelompok ini biasanya suka membuat pesimis rakyat, menakut-nakuti masyarakat, menjelek-jelekkan bangsa sendiri di forum-forum internasional di luar negeri, dan bahkan secara diam-diam mendukung pengakuan Zionis yang merampas negara Palestina.
Suasana negara Indonesia yang dipimpin Jokowi saat ini terlihat mirip dengan suasana saat akhir-akhir Sukarno menjabat presiden, sebelum Beliau terguling dari jabatan presidennya.
Saat itu banyak kebijakan Sukarno yang dianggap melawan dan merugikan Barat, seperti ganyang Malaysia, keluar dari PBB dan membuat PBB tandingan, serta sempat juga keluar dari perhelatan olimpiade.
Tindakan berani Sukarno tersebut sebetulnya bentuk protes Sukarno terhadap kebijakan Barat yang dirasa tidak adil bagi negara lemah dan negara-negara Timur.
Ketidak adilan kebijakan Barat tersebut terlihat dari standart ganda yang digunakan.
Seperti ketika Irak menyerang sparatis Kurdi dianggap sebagai pembantaian, namun ketika Israel menghabisi nyawa warga Palestina dianggap Israel mempertahankan haknya.
Namun malang! Keberanian Sukarno tersebut malah menyebabkan dia harus terguling dari jabatan kepresidenannya dan pada akhirnya dia harus menerima untuk terkucilkan hingga akhir hayatnya.
Dengan demikian, Barat dan sekutu ikut andil dalam menggulingkan Sukarno, dan kemudian diserahkan kepada Suharto yang dianggap siap berkomitmen menjaga kepentingan Barat di Indonesia dan Asia Tenggara.
Pilihannya hanya satu, yaitu siapapun presiden sebuah negara di dunia dan juga termasuk presiden Indonesia yang dirasa tidak pro Barat pasti akan dijatuhkan melalui berbagai macam cara, di antarnya melalui gerakan separatis radikalis.
Sebaliknya, kalau sebuah negara ingin aman dari interfensi dan eksploitasi perompak dan perampok kapitalis Barat, pilihannya hanya ada dua; Pertama, Jangan sekali-kali menjadi negara strategis (maju).
Kalau tidak, maka jadilah negara boneka Barat dan sekutu.
Fakta ini sudah nyata dan terang benderang dilakukan oleh Barat dan sekutu yang didukung Saudi di Irak, Libya, Suriah, Yaman, dll.
Saudi akan mensupport kekacauan ini dengan harapan presiden Indonesia akan lebih pro Barat, untuk dijadikan teman melawan Timur yang sudah mulai mendominasi dunia.
Indikatornya banyak, di antaranya bisa dilihat sejauh mana kedekatan kedubes Saudi dengan petinggi-petinggi oportunis dan radikalis di Indonesia saat ini.
Dan perhatikan saja kicauan kedubes KSA dengan menyudutkan NU lewat bansernya sebagai golongan sesat.
Kenapa harus NU dulu yang dihancurkan? Sebab selama Indonesia masih beramaliah NU (Sunni) maka negara tersebut pasti akan sulit untuk dikuasai Barat.
Jadi jangan heran bila Saudi dan Wahabinya ketika merasa terganggu kepentingannya oleh sebuah golongan Islam, mereka akan mudah menyudutkan dengan tuduhan Syiah, ateis, dan liberal.
Seperti mereka akan terus menuduh Syiah dan liberal kepada organisasi NU dan para kiyai-kiyainya.
Tuduhan dan serangan itu terus dilakukan agar orang-orang Islam yang awam meninggalkan NU. Dengan harapan, bila NU kehabisan jamaah, maka secara struktural dan kultural NU akan lemah.
Dengan NU yang semakin lemah tersebut, maka harapannya misi Wahabi sebagai pintu masuk misi Barat akan leluasa di Indonesia dan di negara-negara muslim lainnya.
Fakta yang tidak terbantahkan adalah dari seluruh negara mayoritas muslim, hanya negara berfaham Wahabi saja yang dapat dikuasai dan dikendalikan Barat.
Sedangkan negara-negara yang berfaham Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah) kecenderungannya akan lebih sulit diatur oleh Barat.
Apalagi faham Syiah yang merupakan musuh dedengkotnya Barat.
Kebencian Wahabi kepada NU sangat beralasan, sebab hanya NU yang berani melawan Saudi secara lantang ketika Saudi menghancurkan Yaman sedangkan ormas-ormas Islam yang berafiliasi dengan Wahabi diam-diam saja.
Keberanian itu sudah ditanamkan oleh para pendiri NU sejak dulu ketika para kiyai pendiri NU memperotes Saudi yang berencana menghancurkan makam Nabi yang dianggapnya syirik.
Jadi motto Barat adalah;
Kalau ingin menguasai sebuah negara maka hancurkan dulu faham Sunni-nya.
Sebagaimana upaya kapitasil menghancurkan dunia Islam dengan menyerang dahulu golongan Sunninya di kekhilafahan Islam, mulai dari dinasti Umayyah, Abasiah, hingga dinasti Ottoman Turki, dari perang salib yang berjilid-jilid.
Hingga perang dunia ke satu, ke dua atau nanti bahkan akan menciptakan perang dunia ketiga bila Barat sudah tidak punya cara lain untuk membendung kekuatan Timur yang terus berkembang sangat maju.
Kenapa Saudi selalu setia terhadap Barat, karena kerajaan Saudi takut dan tidak punya pilihan ketika faktanya Saudi merupakan negara hadiah dari Barat berkat bantuan klan Saudi yang memberontak Khilafahan Turki.
Barat dapat menguasai dunia pada era renaissance berkat runtuhnya dinasti Islam Turki yang dimulai dari pemberontakan klan Saudi yang merebut kedua kota suci Islam, Makkah dan Madinah.
Raja Saudi yang pertama merasa berhutang kepada Barat yang telah membalas dendamkam kepada khilafah Turki yang telah membunuh kakeknya: Saud (Nama Yahudinya adalah Moordakhai).
Dan juga Saudi mendapatkan fasilitas keamanan tingkat tinggi dari Barat sebab jasanya yang mendukung berdirinya Israel Raya.
(Sejarah terkait ini sangat panjang).
Kembali fokus ke Indonesia:
Pintu masuknya kepentingan Barat ke Indonesia adalah gerakan-gerakan Wahabi yang disokong Saudi yang berbungkus ajaran, kegiatan, dan gerakan keagamaan.
Dengan cara memantik sentimen agama oleh kaum ekstrimis dan radikalis tersebut diharapkan akan muncul kekacauan umat Islam di Indonesia.
Sebab dengan cara ini akan lebih mudah dan lebih murah biayanya.
Kenapa murah?
Sebab cara ini lebih efektif dilakukan karena orang-orang bodoh agama dan orang-orang ekstrimis-fanatis dalam agama akan lebih mudah dipancing emosinya.
Tujuan emosi orang bodoh disulut adalah agar terjadi kekacauan.
Kenapa harus terjadi kekacauan terlebih dahulu?
Alasannya agar Barat melalui Amerika yang mengklaim sebagai polisi dunia mudah masuk dan mendapat pembenaran serta dukungan global.
Ketika USA dan sekutu sudah dapat masuk ke dalam sebuah negara yang sedang kacau, saat itulah misi Barat dilancarkan.
Misi Barat yang dimaksud adalah Barat akan mudah menguasai aset-aset strategis dan aset-aset energi sebuah negara tanpa harus investasi (mengeluarkan) modal.
Lagi-lagi hal ini sesusi dengan strategi dan motto imperialisme: RAMPOKLAH RUMAH YANG SEDANG TERBAKAR!
Kenapa tanpa modal? Karena Barat merasa (mengklaim) telah berjasa membantu mengamankan sebuah teritorial dan negara.
Sehingga negara yang dipimpin oleh orang-orang bodoh dan orang-orang oportunis akan merasa berterimakasih kepada Barat yang sejatinya penipu tersebut.
Biasanya mereka minta kompensasi penguasaan aset strategis untuk membiayai kegiatan mendominasi global melalui pangkalan-pangkalan militernya di seluruh dunia.
Khususnya di Indonesia, hal itu sudah terjadi sejak era Suharto yang menyerahkan aset strategis di Indonesia sebagai kompensasi (ucapan terimakasih) karena Barat yang telah membantunya menjadi presiden dan merasa terima kasih karena Barat telah dianggap melindungi sebuah negara seperti Indonesia saat itu.
Sayangnya, kaum oportunis tersebut selalu melahirkan generasinya.
Sehingga kaum oportunis yang lahir di era sekarang pemikirannya tetap sama, yakni berharap bahwa fakta sejarah kelam tersebut dapat kembali terjadi saat ini agar mereka dapat mengambil keuntungan dari kekacauan yang timbul.
Usaha yang bisa mereka lakukan adalah dengan cara memunculkan kekacauan melalui sentimen-sentimen agama.
Perhatikan saja golongan elit-elit politik mana yang lebih memiliki kedekatan akses komunikasi dengan Barat dan Saudi.
Kelompok elit mana yang mudah menggunakan isu-isu anti komunis yang diasosiasikan anti Rusia dan Cina untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Perhatikan saja kelompok elit mana yang mudah menggunakan gerakan-gerakan berbungkus agama untuk mendegradasi pihak yang anti Barat sebab ingin mengangkat martabat negara Indonesia yang mereka sangat cintai.
Indikatornya sangat mudah terlihat bagi para intelek namun sulit terbaca bagi mereka yang bodoh agama dan bodoh sejarah.
Lihat saja setiap ada aksi gerakan keagamaan, pasti ada donatur-donatur terselubung dari Barat dan dari kelompok-kelompok pro barat.
Dan ada donatur-donatur elit Orde Baru yang merupakan kepanjangan tangan kepentingan Barat untuk menjajah kembali Indonesia dengan cara menanamkan hegemoni militer dan ekonominya.
Dan perhatikan saja! Elit politik mana yang mendukung Australia untuk memindahkan kedubesnya di Jerusalem.
Banyuwangi, 04-12-2018
Ainur Rofiq Sayyid Ahmad
Penulis adalah;
1. Ketua Umum LDSI
2. Pengasuh Umum Jaringan Pondok Pesantren Sunni seluruh Indonesia.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.facebook.com/sewordcom/posts/2312611342146362&ved=2ahUKEwiyjKr36YrfAhWYb30KHYOuD1UQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw2d9WZNlQSZtfpf7jwh6QKJ
ASYIKNYA FAHAM POLITIK GLOBAL
Reviewed by JMG
on
December 08, 2018
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment