Saturday, August 31, 2019
TALIBAN DI TUBUH KPK MULAI RESAH...
Saya dulu ada dibarisan terdepan membela KPK..
Saat itu terjadi kriminalisasi KPK oleh Polri dengan bahasa "Cicak versus Buaya". Bagi saya, Komisi Pemberantasan Korupsi adalah asset yang harus dijaga supaya tidak hancur, apalagi dengan prestasi mereka memenjarakan banyak koruptor kakap.
Bahkan saking semangatnya saya membela KPK, saya sempat percaya bahwa Ketua KPK waktu itu bebas dari noda. Sampai saya kecewa ternyata foto yang beredar saat dia bersama wanita diranjang ternyata benar adanya.
Disanalah saya kemudian berpikir ulang tentang KPK. Bukan terhadap lembaganya, tetapi "orang-orang" didalamnya, yang jauh dari suci dan masih tergoda dunia.
Dan ketika Pilpres 2019, saat Prabowo menunjuk Novel Baswedan sebagai calon jaksa agungnya, saya mulai bertanya, "Apakah orang didalam KPK sudah masuk politik sekarang ?".
Ditambah atraksi mantan wakil ketua KPK, Bambang Wijoyanto sebagai pengacara BPN di Mahkamah Konstitusi yang seperti "membela yang bayar", habis sudah kepercayaan saya terhadap sebagian orang-orang di dalam KPK.
Saya mulai bertanya-tanya...
Dan - BOOM - meledaklah informasi dari internal KPK, bahwa didalam ada yang namanya kelompok Taliban.
Kelompok ini sangat mendominasi KPK. Mereka membangun kerajaan didalam lembaga superbody ini. Mereka berkuasa atas kasus mana yang harus diangkat dan mana yang dipendam. Ini sangat berbahaya. Senjata KPK bisa diarahkan kepada mereka yang punya pandangan politik berbeda.
Bahayanya KPK lembaga ini sudah tercitra "suci" dan lawannya adalah "penjahat".
Sadar akan bahaya itu, saat pemilihan Panitia seleksi calon pimpinan KPK, Jokowi kemudian memilih orang-orang yang berintegritas untuk membersihkan "radikalisme" di dalam KPK.
Salah satu tugasnya adalah membersihkan KPK dari unsur kepentingan, karena itu tugas Pansel kali ini lebih berat karena mengusik "kerajaan" di dalam KPK.
Benar saja. Sekarang Pansel diserang dari berbagai macam arah. LSM-LSM yang diduga adalah tentakel yang dipelihara KPK, mulai sibuk menghantam Pansel melalui pembentukan opini di media.
"Para Taliban" di dalam KPK memang handal bermain dalam pembentukan opini, penghancuran karakter, sehingga orang yang belum dinyatakan bersalah pun sudah menjadi terdakwa. Saya pernah merasakan itu ketika mencoba membongkar adanya Taliban di dalam KPK.
Dan besok, mereka akan mulai memainkan narasi "Save KPK".
Ini adalah narasi yang dibangun kelompok yang sekarang mendominasi KPK, supaya calon dari Kepolisian dan Kejaksaan bisa terlempar dari bursa. Kenapa ? Karena jika Ketua KPK kelak bukan orang yang pengalaman dalam penyidikan dan penyelidikan, akan bisa diatur-atur oleh kelompok mereka.
Kelompok Taliban di dalam KPK memang ingin menguasai KPK dengan terus memperbanyak penyidik independen. Masalah "penyidik independen" yang masuk tanpa melalui tes yang benar inilah yang kemudian mencuat lewat surat dari internal KPK yang resah dengan situasi di dalam sendiri.
Salah satu narasi Save KPK adalah dengan kembali memunculkan tema "Cicak versus Buaya". Ini maksudnya membenturkan kembali KPK dengan Kepolisian supaya orang percaya bahwa Kepolisian sedang ingin menguasai KPK.
Padahal anggota Pansel dipilih oleh Jokowi. Berarti serangan terhadap keputusan Pansel berarti bagian dari serangan mementahkan agenda Jokowi sendiri untuk membersihkan kelompok radikal di tubuh KPK.
Narasi "Save KPK" ini mirip dengan narasi "Membela Islam" tapi yang mengusung adalah kelompok radikal. Jadi hati-hati dengan pelintiran isu yang malah bisa menguntungkan Taliban di dalam KPK.
Saya setuju "Save KPK".
Tapi yang perlu diselamatkan adalah KPK kembali sebagai lembaga independen tanpa ada kepentingan politik pasca Pilpres didalamnya..
Seruput dulu kopinya, kawan.. ☕☕☕
Denny Siregar
SURAT KEPADA PRESIDEN
|| Minoritas Kecewa Berat...
Pak Jokowi...
Sejak Pilpres 2014 lalu, kami kaum minoritas adalah pendukung setia anda. Benar, suara kami mungkin cuma sekutil, namun kami adalah penentu. Kami adalah "Swing Voter", kepada siapa kami berayun maka ia-lah yg akan jadi pemenang.
Melihat selisih suara pada Pilpres yang lalu, dapat kami pastikan bahwa penentu kemenangan anda adalah kami: SUARA MINORITAS. Tanpa suara minoritas yg hampir 100% bulat, anda tidak akan duduk menjadi Presiden, baik pada periode yg lalu maupun sekarang.
Ketahuilah Pak Jokowi...
Satu-satunya alasan mengapa kami tidak memilih Prabowo, rival anda, adalah karena ia dikelilingi kaum, tokoh dan ormas radikalis yg menurut kami berpotensi akan mengancam keberadaan NKRI dan kebebasan kami dalam beribadah.
Lalu, apa yg kami dapat wahai pak Jokowi? Mana balas budimu kepada kami? Hampir setiap hari kami "disuguhi" tontonan dan berita yg membuat hati kami nyeri : gereja ditutup paksa, dilarang, didemo, dirusak, dibakar, disegel dengan dalih ketiadaan ijin. Padahal berpuluh ribu masjid di seluruh Indonesia juga berdiri tanpa IMB/ijin semestinya. Dan ironisnya, gereja kami yg sudah lengkap ijin-nya tetap saja dihancurkan, dengan bom!
Pak Jokowi...
Kami tidak pernah meminta banyak. Walau negeri ini bukan negara Islam, kami tak pernah cemburu melihat Islam selalu diistimewakan dalam berbagai hal.
Kami tak pernah menuntut didirikan Christian Center sebagaimana Islamic Center yg berdiri dimana-mana. Kami tak pernah menuntut harus ada Sekolah-sekolah Kristen Negeri di pelosok tanah air. Kami juga tak menuntut adanya Universitas/Institut Kristen Negeri, walau di daerah mayoritas Kristen sekalipun. Kami tak menuntut adanya "Gereja Negara" sbgmana Masjid Istiqlal. Dan kami tak pernah menuntut negara ikut campur membantu agar kami dapat beribadah/berziarah ke Israel, ke tanah suci kami, dst.
Permintaan kami cuma satu...
Biarkanlah kami bebas beribadah sebagaimana yg sudah dijamin oleh Pancasila dan UUD 1945: Jangan persulit kami beribadah. Jangan halangi kami mendirikan rumah ibadah dengan berbagai dalih diskriminatif dan ketidakadilan. Cabut SKB 2 Menteri yg pernah anda janjikan pada tahun 2014 lalu.
Begitu hebatnya negeri ini, dimana setiap orang jauh lebih mudah dan jauh lebih bebas mendirikan lapak judi, lapak pelacuran, lapak narkoba dll dibandingkan mendirikan gereja yg 100% utk kebaikan dan kemulian Tuhan.
Berlebihan-kah permintaan di atas, wahai Pak Jokowi, Presiden kami?
Ttd.
Luc Martin Sitepu
FORUM SOSIAL POLITIK
TALIBAN DI TUBUH KPK MULAI RESAH...
Reviewed by JMG
on
August 31, 2019
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment